09 Desember 2017
09:34 WIB
MELBOURNE- Sudah sekian lama wisatawan asal Australia mendominasi jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Bali. Berbagai peristiwa yang terjadi, seperti Bom Bali terbukti tak menyurutkan minat wisman asal Australia datang ke pulau Dewata. Begitu juga dengan kejadian erupsi Gunung Agung yang saat ini terjadi.
General Manager Wilayah Victoria/Tasmania/South Australia Garuda Indonesia Micky Irfandi Sommeng, di Melbourne, Sabtu (12/12), mengatakan jumlah kursi untuk penerbangan ke Denpasar, Bali dari Melbourne hingga Desember 2017 sudah mencapai 80% penuh.
"Dengan kata lain, masyarakat di Melbourne khususnya, tidak terlampau mempersoalkan adanya aktivitas Gunung Agung yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir," kata Micky.
Menurut Micky, load factor yang tetap stabil tinggi tersebut menjadi indikator nyata bahwa wisman di Australia tetap menganggap Bali sebagai tujuan favorit liburan mereka. Ia menambahkan, meski ada beberapa kasus pembatalan penerbangan ke Denpasar ketika dilakukan penutupan Bandara Ngurah Rai, namun secara umum pembatalan tersebut jumlahnya juga tidak besar.
"Tidak signifikan jumlah pembatalannya, banyak dari mereka yang mengatakan bahwa Bali merupakan rumah kedua mereka, jadi mereka tidak mempersoalkan apa yang sedang terjadi di Bali," katanya lagi.
Hal itulah, kata Micky, menjadi peluang yang akan terus digarap maskapai pelat merah tersebut. Ia pun menganggap Australia merupakan pasar potensial sekaligus kantong-kantong wisman yang dapat memberikan kontribusi besar bagi target kunjungan 20 juta wisman pada 2019.
Dari sisi marketing sendiri, Garuda menganggap Australia merupakan pasar yang penting. Karena itu, frekuensi penerbangan khususnya dari Melbourne ke Denpasar PP terus ditambah dari 5 kali sepekan menjadi 6 kali sepekan, kemudian menjadi 8 kali sepekan pada Desember 2017. Bahkan mulai April 2018, ditingkatkan kembali menjadi 10 kali per pekan.
Sedangkan penerbangan dari Melbourne ke Jakarta PP ditingkatkan pula dari empat kali per pekan menjadi lima kali per pekan. "Tingginya minat masyarakat di Australia untuk ke Bali juga terlihat dari saat peluncuran penambahan rute Melbourne-Denpasar yang langsung habis dalam dua pekan sejak diluncurkan rute ini," katanya.
Micky mengaku masih mengalami kendala dalam hal promosi dan sosialisasi kepada publik di Australia, sehingga ia memerlukan sinergi dengan pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata.
Menanggapi hal itu, Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Judi Rifajantoro dalam Business Meeting antara Garuda Indonesia dengan Kemenpar RI di Melbourne, Jumat (8/12), mengatakan, pihaknya siap memberikan insentif berupa promosi dan subsidiary airfare.
"Kami berharap Garuda dapat membuat paket-paket wisata yang menarik masyarakat Australia dan berupaya memperkenalkan destinasi baru di luar Bali," kata Judi.
Ia pun menyarankan agar maskapai tersebut membuat dan menawarkan paket wisata ke Lombok dan Yogyakarta kepada masyarakat di Australia.
Tarif Rendah
Pemerintah Indonesia, kata Judi, juga mengapresiasi dan menyambut baik keinginan maskapai bertarif rendah (low cost carrier) yang berpusat di Melbourne, Australia, Jetstar Airways, untuk membantu mendatangkan wisman ke Indonesia dari basis-basis penerbangannya baik di Australia maupun Singapura.
Kata Judi, Jetstar yang memiliki basis di Australia dan Singapura telah menyampaikan keinginan dan ketertarikannya untuk membawa turis-turis dari Australia dan Singapura ke Indonesia. "Jetstar tertarik untuk membawa turis-turis dari Australia dan Singapura ke berbagai destinasi di Indonesia selain Bali," kata Judi.
Pihaknya menggelar pertemuan bisnis terbatas dengan perwakilan Jetstar di Melbourne, Australia, sebagai salah satu upaya untuk memasarkan paket-paket wisata favorit Indonesia kepada masyarakat di Negeri Kanguru tersebut.
"Maskapai ini bisa membangun jembatan bagi wisman asal Australia dan Singapura dengan menjadikan destinasi di Indonesia sebagai titik singgahnya," ujar Judi.
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Executive Manager Government, Industry, & International Affairs Qantas Rohan W. Garnett itu disampaikan, Jetstar yang merupakan anak usaha Qantas tertarik untuk membawa turis ke tujuan wisata selain Bali, di antaranya Lombok dan Yogyakarta.
"Mereka sedang mempelajari apakah melalui kerja sama dengan maskapai domestik Indonesia atau dengan membuka penerbangan langsung ke destinasi di luar Bali tersebut," ucapnya.
Kementerian Pariwisata sendiri, imbuhnya, menyambut baik keinginan dan ketertarikan maskapai tersebut. Bahkan menyiapkan sejumlah insentif sebagai bentuk dukungan, di antaranya berupa promosi bersama dan insentif cash hardselling.
"Kami siap membantu kerja sama promosinya, baik dalam hal peningkatan tingkat isian rute yang sudah ada saat ini, maupun untuk membangun rute-rute barunya. Isentif hardselling, yaitu bagi airline atau operator perjalanan wisata yang membawa wisman dengan charter flight ataupun blocking seats pada penerbangan reguler," serunya.
Rohan W. Garnett sendiri mengakui, Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk diterbangi. "Kami akan bekerja sangat keras dan berkomitmen terhadap apa yang sudah eksisting di Indonesia," tuturnya.
Komitmen Jetstar untuk mendatangkan wisman ke Indonesia juga terlihat dari keseriusannya memasarkan paket-paket wisata ke Indonesia dalam acara Consumer Selling yang digelar di area publik yakni di mall yakni Westfield Southland, Cheltenham Vic, pada 6-11 Desember 2017. Pada kesempatan itu Jetstar menjual paket wisata ke berbagai destinasi khususnya Bali kepada pengunjung mall tersebut. (Faisal Rachman)