04 Februari 2021
18:15 WIB
JAKARTA – Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI terus berupaya mempercepat pemulihan ekonomi lewat sinergi dengan berbagai kalangan.
Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP HIPMI Ajib Hamdani mengatakan, konstraksi ekonomi yang terjadi sepanjang 2020 akibat pandemi covid-19, menyisakan tantangan yang kompleks ketika Indonesia mengawali 2021 dengan sejumlah target ekonomi yang cukup tinggi.
Karenanya, sejalan dengan semangat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dicanangkan presiden, Hipmi terus melakukan diskusi-audiensi dengan OJK untuk bersinergi dan mendorong agar kredit terus tumbuh di masyarakat. Apalagi, kredit di beragam sektor strategis mempunyai daya ungkit optimal terhadap masyarakat luas.
"Pemulihan ekonomi memerlukan langkah komprehensif dari semua stakeholder regulator untuk mendesain kebijakan dengan arah dan orientasi yang sama: kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial. Serta keterlibatan para leading sector di lapangan, yaitu para pengusaha," ujar Ajib, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (4/2).
Dalam kesempatan itu, Ajib juga menjelaskan salah satu target ekonomi yang cukup tinggi, yaitu pertumbuhan kredit. Karena likuiditas kredit yang mengalir ini, diharapkan akan menjadi pelumas lincahnya pergerakan ekonomi nasional.
Sebelumnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Kemenkeu bersama BI, OJK dan LPS akan mengupayakan terbentuknya tingkat suku bunga yang lebih efisien di sektor jasa keuangan pada 2021. Antara lain melalui pengawasan dan komunikasi publik atas suku bunga dasar kredit atau SBDK perbankan yang telah dilaporkan kepada OJK dan telah dipublikasikan.
KSSK akan melanjutkan koordinasi untuk terus menjaga stabilitas sistem keuangan serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap paket kebijakan terpadu untuk peningkatan pembiayaan dunia usaha dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi.
Ajib pun menilai, semakin banyak likuiditas yang mengalir di masyarakat, akan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. "Angka 7,5% pertumbuhan kredit menjadi angka yang sangat menantang untuk bisa dieksekusi," ucapnya.
Karena di sisi lain, ungkapnya, regulator harus mendesain dan mengawal mikroprudensial agar perbankan tetap sehat, mengucurkan kredit produktif, cermat dan memberikan daya ungkit yang maksimal di masyarakat. Kompleksitas kondisi ini bisa terselesaikan dengan baik, ketika terjadi sinergi antara regulator dan dunia usaha.
Pihaknya, konkret akan fokus mendorong sektor UKM, agro dan maritim dengan sistem clustering business, membantu mitigasi risiko dan membangun ekosistem dari hulu sampai hilir.
Sementara, OJK akan mengawal dan memberikan pengawasan terbaik agar ekosistem bisnis dan ekosistem keuangannya berjalan dan tetap prudensial.
Ia juga menegaskan, sinergi antara OJK sebagai regulator dan Hipmi sebagai pelaku usaha ini diharapkan bisa menjadi akselerator kredit di masa pandemi, dengan mengoptimalkan fungsi mikroprudensial dan di sisi lain bisa terjadi percepatan di lapangan.
"Pada akhirnya, semua ini untuk memberikan daya ungkit terhadap pertumbuhan ekonomi di masa pagebluk. Sehingga pemulihan ekonomi nasional bisa terlaksana dengan baik," ujarnya. (Khairul Kahfi)