c

Selamat

Jumat, 26 April 2024

EKONOMI

19 April 2021

13:42 WIB

PNM Ungkap Dampak Besar Holding UMi Bagi Pelaku Usaha

Tujuan utama pembentukan holding ultra mikro adalah mengintegrasikan atau membentuk ekosistem pembiayaan sekaligus bisnis pelaku UMKM

Editor:

PNM Ungkap Dampak Besar <i>Holding</i> UMi Bagi Pelaku Usaha
PNM Ungkap Dampak Besar <i>Holding</i> UMi Bagi Pelaku Usaha
Perajin membuat tas berbahan tali kur di Solo, Jawa Tengah, Jumat (16/4/2021). Pemerintah mengupayakan penambahan 12 juta penerima Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk UMKM sehingga total menjadi 24 juta pelaku usaha mikro pada tahun 2021. ANTARAFOTO/Maulana Surya

JAKARTA – Pembentukan holding BUMN ultra mikro dinilai meningkatkan integrasi pelaku UMKM di Indonesia. Hal ini akan berdampak signifikan terhadap upaya pelaku UMKM meningkatkan daya saing dan merambah pasar internasional.

Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, Arief Mulyadi menyampaikan, hal ini sesuai dengan tujuan utama pembentukan holding ultra mikro, yakni mengintegrasikan atau membentuk ekosistem pembiayaan sekaligus bisnis pelaku UMKM.

Melalui keberadaan holding, ekosistem UMKM akan terbentuk dan membawa dampak berantai terhadap seluruh pelaku usaha mikro, kecil, bahkan ultra mikro. Alasannya, keberadaan ekosistem membuat setiap pelaku UMKM bisa saling mendukung dan berkolaborasi untuk meningkatkan produksi dan penjualan barang/jasa masing-masing.

"Ekosistemnya tentu akan menjadi lebih besar. Pelaku ultra mikro dapat menjalin kerja sama dengan pelaku usaha menengah, bahkan korporasi, secara langsung. Bahkan ini justru yang akan membuka peluang ekspor lebih baik lagi," ujar Arief dalam keterangan resmi yang diterima Validnews, Senin (19/4).

Arief menilai, hingga kini model bisnis pelaku usaha ultra mikro masih dijalankan dengan kekuatan berbasis kelompok kecil. Hal ini ditemukan dari pengalaman PNM menjalankan program pemberdayaan dan penyaluran pembiayaan bagi pelaku usaha ultra mikro yang bernama Mekaar dan ULaMM.

Sementara, mayoritas pelaku usaha ultra mikro saat ini masih memiliki kemampuan terbatas untuk berintegrasi dan melakukan kerja sama dengan pebisnis lain di luar kelompoknya. Melalui kehadiran holding BUMN ultra mikro, peluang kolaborasi ini terbuka.

Kemunculan peluang ini dimungkinkan karena nantinya PNM akan terintegrasi dalam holding bersama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI dan PT Pegadaian (Persero). Melalui integrasi PNM, BRI, dan Pegadaian, maka pengelolaan serta pemberdayaan pelaku UMKM bisa dilakukan bersama-sama.

Dia menjelaskan, keberadaan holding BUMN ultra mikro juga akan membuat integrasi data menjadi lebih baik. Pengelompokan sektor usaha akan jauh lebih kuat dan bisa melibatkan semua kelompok usaha.

Menurut Arief, dengan basis data yang bagus dan kuat itu, maka ke depannya PNM bisa memiliki data komoditas mana saja yang dibutuhkan oleh korporasi besar atau menengah. Kebutuhan ini bisa dimanfaatkan PNM untuk membantu pelaku ultra mikro yang diberdayakan agar mampu memproduksi barang sesuai data yang ada.

"Kalau pun komoditas (yang dibutuhkan pelaku usaha besar dan menengah.red) ini tidak ada dalam daftar nasabah kami, kami bisa ekspansi mendorong pelaku usaha baru untuk menjadi pemasok, dan kami pun punya kesempatan meningkatkan nasabah kami," sebutnya.

Baca Juga:

Sejak PNM Mekaar berdiri awal 2016 hingga Maret 2021, PNM memiliki akumulasi data nasabah ultra mikro peserta program Mekaar sebanyak 10,7 juta orang. Dari jumlah tersebut, ada 8,92 juta nasabah aktif yang tengah menjalani pemberdayaan dan menerima pembiayaan dari PNM.

Rata-rata pertumbuhan nasabah PNM per harinya mencapai 14 ribu-15 ribu orang. Jumlah ini berpotensi meningkat pasca holding BUMN ultra mikro terbentuk nanti.

Peningkatan jumlah pelaku usaha ultra mikro yang mengikuti program pemberdayaan akan berdampak positif pada upaya pemerintah menaikkan rasio pembiayaan UMKM.

Kementerian Koperasi dan UKM atau Kemenkop UKM belum lama ini menyampaikan rasio kredit UMKM ditargetkan dapat melampaui lebih dari 30%.

Pemerintah ingin memastikan penyaluran pembiayaan kredit mikro akan jauh lebih terarah kepada usaha kecil dan mikro yang memerlukan dengan bunga yang lebih rendah, mudah, dan juga ada pertambahan nasabah baru yang signifikan.

Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki menyebutkan, porsi kredit perbankan untuk UMKM saat ini masih kurang dari 20%. Angka ini kalah jauh dibandingkan rasio pembiayaan UMKM di negara tetangga, seperti Singapura 39%, Malaysia 50%, Thailand 51%, Jepang 66%, dan Korea Selatan 82%.

"Jadi, kita berharap porsi kredit perbankan untuk UMKM setidaknya bisa naik jadi 30% dengan dorongan dari pembentukan holding ini," kata Teten. (Fitriana Monica Sari)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar