07 Desember 2018
18:44 WIB
JAKARTA – Usaha rintisan (start-up) saat ini kerap disandingkan dengan digitalisasi. Penjualan online pun diagung-agungkan untuk beragam produk jenis usaha rintisan. Meskipun dipandang baik, 100% mengandalkan digitalisasi tidak dianjurkan.
Presiden Joko Widodo justru berpandangan, perlu kolaborasi offline juga terkait pengembangan usaha rintisan ke depan. Karena itu, sisi luar jaringan diminta turut diperhatikan dan dikembangkan oleh para pelaku usaha ini.
"Ekosistem tidak hanya di online saja, di offline-nya juga harus digarap. Dua-duanya harus berkolaborasi. Enggak bisa hanya yang urusan online saja," kata Presiden Jokowi ketika membuka “Digital Start-up Connect 2018 di Kartika Expo”, Balai Kartini, Jakarta Selatan, seperti dilansir Antara, Jumat (7/12).
Pasalnya dari temuannya dilapangan, masih banyak usaha rumah tangga yang belum mampu berkembang. Masih banyak yang pemasarannya hanya di gerobak di depan rumah saja. Walaupun juga tumbuh, usaha-usaha itu kurang memiliki pemahaman mengenai pentingnya membangun sebuah brand bagi produk mereka.
"Bagaimana membuat sebuah packaging (pengemasan)yang baik kemudian ditempel dengan brand yang bagus juga," kata Presiden.
Untuk itu, ia mengajak, anak-anak muda ikut membantu mencarikan solusi bagi persoalan-persoalan yang ada di masyarakat tersebut. Diharapkan ke depannya lebih banyak lagi usaha kecil dan mikro yang mampu merintis menuju pasar global dengan bantuan dan inovasi anak-anak muda.
Menurutnya, ekosistem online dan offline memang harus saling terkoneksi. Selain untuk mengeruk untung yang lebih besar, tapi juga untuk meningkatkan taraf hidup usaha-usaha rumah tangga. Tujuannya agar kelak Indonesia bisa memiliki brand dengan kemasan yang baik sehingga bisa masuk ke pasar global.
Para pelaku usaha rintisan pun diminta untuk dapat memanfaatkan momentum perubahan global dan disrupsi industri yang terjadi. Terlebih mengingat keterbukaan pasar saat ini juga telah membuka peluang bagi pendatang baru untuk dapat berkompetisi dengan kompetitor lain dalam ekonomi digital.
“Inilah kesempatan bagi yang kecil untuk mencuri kesempatan dalam situasi seperti ini. Membuka kesempatan bagi anak-anak muda yang kreatif dan inovatif untuk menyalip di tikungan," katanya.
Dari keterangan tertulis yang diterima Validnews, data Badan Ekonomi Kreatif RI mencatat, nilai produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif secara konsisten terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2016 PDB ekonomi kreatif tercatat Rp922,59 triliun.
Sementara itu, tahun berikutnya tumbuh 5,25% hingga mencapai Rp1.009 triliun. Tahun 2017 lalu, setidaknya sektor ini berkontribusi 7,57% dari total PDB nasioal. Lalu untuk tahun 2018, diprediksi nilai PDB dari sektor ini mencapai Rp1.105 triliun.
Sebagai informasi tambahan, menurut laporan McKinsey proses digitalisasi dapat meningkatkan perekonomian Indonesia hingga 10% terhadap PDB. Sektor ini tercatat membuka 3,7 juta lapangan pekerjaan baru sebelum tahun 2025.
Di Indonesia sendiri, menurut catatan IMF, semenjak 2014 transaksi digital melalui uang elektronik (e-money) di Indonesia terus berkembang hingga 3,7 kali lipat di tahun 2017 atau mencapai US$925 juta. Sementara itu, transaksi e-commerce tahun 2017 tumbuh 22% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 5780 juta. (Bernadette Aderi)