c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 Januari 2018

20:37 WIB

Nelayan Eretan Wetan tak Tergoda Cantrang

Nelayan Eretan Wetan, Kabupaten Indramayu, memilih libur menangkap ikan saat musim barat datang demi memberi kesempatan ikan untuk berkembang biak

Nelayan Eretan Wetan tak Tergoda Cantrang
Nelayan Eretan Wetan tak Tergoda Cantrang
Seorang nelayan memperbaiki jaring cantrang di dermaga Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

INDRAMAYU – Gelombang protes yang dilancarkan nelayan demi menuntut pencabutan larangan penggunaan cantrang untuk menangkap ikan akhirnya menyurutkan langkah pemerintah. Nelayan diberi kesempatan untuk beralih ke alat tangkap yang lebih ramah lingkungan dengan batas waktu yang belum ditentukan.

Namun, nyatanya tak semua nelayan mengandalkan alat tangkap yang menimbulkan efek kerusakan lingkungan bawah laut tersebut. Salah satunya adalah nelayan Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.

Memasuki musim barat pada November lalu, ratusan nelayan di desa tersebut mulai menyandarkan kapalnya. Saat musim itu nelayan Eretan Wetan yang menggunakan pursein dan gillnet --dua alat tangkap yang ramah lingkungan-- memang meliburkan diri. Pursein tak efektif jika digunakan saat gelombang tinggi dan arus kuat.

Aktivitas penangkapan ikan pun semakin sepi di bulan berikutnya. Pada Desember, saat gelombang musim barat lebih hebat lagi, nelayan pursein memang tidak bisa melaut sama sekali. Sepinya aktivitas penangkapan ikan juga merambat ke tempat pelelangan ikan (TPI) di Desa Eretan Wetan.

Para anak buah kapal (ABK) akhirnya memilih profesi lain, seperti Wasim, Rasum dan Rantam, ketiganya menjadi buruh tani karena kebetulan di Kandanghaur sedang musim tanam. Ada juga yang menjadi tukang becak seperti Widodo yang mangkal di Pasar Eretan.

Mereka rela tak melaut selama musim angin barat, demi memberikan kesempatan ikan untuk berkembang biak.

"Masa terus menerus ditangkapi, kan ikan juga perlu kawin, bertelur dan besar," kata Widodo seperti dilansir Antara, Selasa (23/1). Widodo rata-rata mendapat Rp30 ribu per hari dari mengayuh becak.

Warga Desa Eretan Wetan meyakini ombak besar selama musim barat merupakan masa pertumbuhan terbaik bagi ikan.

"Ombak besar di musim baratlah yang membuat ikan cepat besar," kata Rasgianto menirukan perkataan ayahnya. Setelah usai musim barat, biasanya hasil tangkapan nelayan selalu melonjak.

Selain musim barat, bagi nelayan pusein dan gilnet dalam setiap bulan ada sekitar sembilan hari yang libur karena laut disirami cahaya bulan. Cahaya lampu dari kapal yang digunakan untuk menarik ikan ke permukaan efeknya terganggu cahaya bulan. Saat itu pun pelelangan di TPI Eretan Wetan juga menurun.

Dua Kubu Berbeda
Keteguhan nelayan Eretan Wetan ini bertolak belakang dengan tetangga yang berada di seberang barat Sungai Eretan. Tepatnya di Eretan Kulon, meski musim barat tengah berlansung, namun geliat aktivitas masih terlihat nayata. Hampir setiap hari selalu ada ikan hasil tangkapan nelayan di sana.

Ya, nelayan di Eratan Kulon masih menggunakan cantrang dan arad, dua alat tangkap yang sebenarnya sudah dilarang Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 2 tahun 2015. Namun, pemerintah memberikan toleransi sampai akhir 2017. Lantas toleransi kembali diberikan sampai waktu yang belum ditentukan sebagai respon terhadap demo ribuan nelayan di depan Istana Presiden pada 17 Januari 2018.

Cantrang memang bisa dioperasikan kapan saja tanpa mengenal musim. Selain harga jaringnya lebih murah, hasil tangkapan jaring cantrang dan arad juga jauh lebih banyak dibanding jaring pursein dan gilnet. Tak heran jika selalu ada ikan hasil tangkapan di desa nelayan yang masih menggunakan cantrang.

Perbedaan cara tangkap itu berdampak besar pada volume perdagangan di TPI kedua desa. Mansyur Idris, Ketua KUD Misaya Mina di Eretan Wetan, menyebutkan jika di TPI Eretan Kulon mampu mencapai omzet pelelangan Rp30 miliar setahun, maka di TPI Eretan Wetan hanya Rp15 miliar per tahun.

Namun, menurut Mansyur, nelayan Eretan Wetan tetap mensyukuri berapa pun hasil tangkapannya dan masih konsisten untuk tidak menggunakan alat tangkap cantrang dan sejenisnya.

Sikap nelayan yang tak mau menggunakan cantrang lantaran mereka tak mau meninggalkan pesan leluhur yang selalu mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya ikan. Ikan perlu diberi kesempatan untuk berkembang biak dan jangan sampai terus diburu setiap hari.

Selain nelayan Eretan Wetan, pursein mini ini telah menjadi pilihan banyak nelayan yang sebelumnya menggunakan cantrang. Misalnya, di Gebang di Kabupaten Cirebon dan Pulo Lampes di Kabupaten Brebes, nelayan menggunakan pursein waring untuk menangkap teri dengan ukuran jaring lebih kecil.

Purse sein atau disebut nelayan sebagai pursein merupakan alat yang menangkap ikan di permukaan. Caranya, lokasi penangkapan diterangi lampu sehingga ikan berkumpul. Lalu, jaring ditebar mengelilingi sasaran, setelah itu bagian bawah jaring ditarik sehingga menutup ruang di atasnya dan ikan terjebak.

Lampu harus cukup kuat yang minimal menggunakan empat set lampu masing-masing 3.000 watt. Biasanya ada kapal pendamping yang membawa lampu sementara kapal utama membawa jaring.

Ikan yang tertangkap antara lain tembang, ekor kuning, lemuru, tembang, bawal, tongkol, tengiri, dan banyar. (Fin Harini)

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar