c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

05 November 2018

19:46 WIB

Kuartal III 2018, 405 Emiten di BEI Catatkan Keuntungan

Laba bersih emiten-emiten tersebut mencatatkan kenaikan 12% atau Rp26 triliun dari sebesar Rp218 triliun pada kuartal III-2017, menjadi sebesar Rp244 triliun pada kuartal III-2018

Kuartal III 2018, 405 Emiten di BEI Catatkan Keuntungan
Kuartal III 2018, 405 Emiten di BEI Catatkan Keuntungan
Ilustrasi pasar modal. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) melansir, sebanyak 405 perusahaan tercatat di lantai bursa, membukukan laba bersih untuk periode kuartal III tahun 2018. Jumlah sebesar itu setara dengan 78% dari total emiten 519 yang sudah menyampaikan laoran keuanganya.

Untuk diketahui, hingga awal November 2018, sebanyak 87% perusahaan tercatat atau sebanyak 519 perusahaan telah menyampaikan laporan keuangan kuartal III-2018

"Dari 519 emiten yang telah menyampaikan laporan keuangannya, secara umum kinerja keuangan emiten meningkat jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya," papar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (5/11).

Lebih jauh ia menuturkan, pendapatan emiten-emiten yang ada di BEI naik sekitar 10% atau Rp185 triliun dari Rp1.876 triliun pada kuartal III-2017, menjadi Rp2.061 triliun pada kuartal-III-2018. Adapun laba bersih emiten-emiten tersebut mencatatkan kenaikan 12% atau Rp26 triliun dari sebesar Rp218 triliun pada kuartal III-2017, menjadi sebesar Rp244 triliun pada kuartal III-2018.

Sedangkan total aset, tercatat naik 6% atau Rp 510 triliun menjadi sebesar Rp 9.687 triliun pada kuartal III-2018 dibandingkan dengan akhr tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp 9.177 triliun.

Dari 405 perusahaan atau sebanyak 78% yang membukukan laba bersih, sekitar 301 perusahaan tercatat atau sebanyak 58% membukukan kenaikan laba bersih, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun buku 2017. Sementara itu, ada 46 perusahaan tercatat, pada Kuatal III 2017 sebelumnya membukukan rugi bersih, menjadi membukukan laba bersih pada periode kuartal III 2018.

Untuk diketahui, seluruh sektor membukukan peningkatan pendapatan dan aset, dengan persentase peningkatan pendapatan terbesar dibukukan oleh sektor pertambangan, aneka industri, dan jasa perdagangan dan investasi. Sedangkan persentase peningkatan aset terbesar dibukukan oleh sektor pertambangan, aneka industri, properti, real estate dan konstruksi.

Sedangkan sektor yang membukukan persentase peningkatan laba bersih terbesar adalah industri dasar dan kimia, aneka industri, properti, real estate dan konstruksi. Nyoman Yetna menambahkan sektor yang membukukan persentase peningkatan laba bersih terbesar adalah industri dasar, aneka industri, properti dan konstruksi.

Sedangkan, sektor yang membukukan peningkatan pendapatan dan aset, dengan persentase peningkatan pendapatan terbesar dibukukan oleh sektor pertambangan, aneka industri dan perdagangan.

Ia menyebutkan lima emiten yang membukukan laba bersih terbesar per 30 September 2018, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp23,5 triliun, PT Astra International Tbk sebesar Rp21,5 triliun, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp20,6 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp18,7 triliun dan PT Bank Central Asia Tbk sebesar Rp18,5 triliun.

Sementara itu, lima emiten yang membukukan total aset terbesar per 30 September 2018, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp1.183,3 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp1.173,6 triliun, PT Bank Central Asia Tbk sebesar Rp798,9 triliun, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp763,5 triliun dan PT Astra International Tbk sebesar Rp333,3 triliun.

Tekanan Mereda
Terpisah, Bahana TCW Investment Management menilai tekanan terhadap pasar keuangan di sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia pada kuartal keempat 2018 berangsur mereda.

"Hal itu tampak dari arus modal yang kembali masuk ke pasar obligasi maupun saham," ujar Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat dalam kajiannya, Senin seperti dilansir Antara.

Sepanjang pekan lalu, lanjut dia, investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp1,3 triliun di pasar saham. Sementara di pasar obligasi sebesar Rp5,86 triliun. Ia menilai arus modal asing yang kembali masuk itu disebabkan sentimen investor terhadap negara berkembang mulai membaik dan valuasi pasar yang dinilai sudah murah.

"Investor masih yakin akan fundamental ekonomi Indonesia yang stabil. Meski terseret sentimen negatif, sebagai negara berkembang, Indonesia menunjukkan indikator ekonomi yang relatif kuat," katanya.

Ia menambahkan penerimaan pajak hingga September 2018 yang tumbuh 17%, menunjukkan pemerintah masih mampu membiayai anggaran negara secara internal.

"Di samping itu, data domestik seperti penjualan mobil dan motor juga membaik. Kredit perbankan hingga September 2018 tumbuh 12,6 % yoy," paparnya.

Secara valuasi, lanjut Budi Hikmat, pasar keuangan Indonesia juga telah dianggap murah, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi 7,07% sejak awal tahun ini. Sementara yield obligasi mencapai 8,29 % per tahun.

"Koreksi di pasar saham yang cukup dalam membuat valuasi IHSG dan obligasi menjadi menarik. Investor pun mulai kembali untuk masuk," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar