08 Desember 2018
10:52 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
WINA – Harga minyak meningkat usai Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak Non-OPEC sepakat untuk memangkas produksi hingga 1,2 juta barel per hari (bph) pada Jumat (7/12). Kesepakatan yang mulai diimplementasikan pada Januari 2019 ini berlaku untuk periode enam bulan.
Menyusul tersebut, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, naik US$1,12 menjadi di US$52,61 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, naik US$1,61 dan ditutup pada US$61,67 per barel di London ICE Futures Exchange.
Langkah pemangkasan produksi ini diambil untuk menjaga harga minyak di tengah keputusan Presiden Trump untuk terus menggenjot produksi minyak Amerika Serikat.
Menurut kesepakatan yang dicapai, negara-negara anggota OPEC berkontribusi memotong produksi 0,8 juta barel per hari dan produsen minyak Non-OPEC termasuk Rusia berkontribusi 0,4 juta barel per hari dari level produksi Oktober. Namun, rincian kuota untuk setiap negara anggota tidak diberikan.
Menteri Energi Saudi Arabia Khalid Al-Falih menyebutkan keputusan OPEC untuk memangkas produksi murni berdasarkan pendekatan ekonomi dan bukan didorong oleh agenda politik.
“Jika mempertimbangkan kompleksitas dan jumlah variable yang memengaruhi permainan, saya cukup puas kita bisa mengambil keputusan pada Jumat dan bisa pulang di akhir pekan,” ujarnya Jumat (7/12), seperti dikutip dari CNN.
Kesepakatan itu tercapai setelah Iran diberikan pengecualian untuk membatasi produksi karena sanksi Amerika Serikat. Selain Iran, Venezuela dan Libya juga dikecualikan dari keputusan untuk membatasi produksi tersebut.
Baca Juga:
Keputusan pemotongan produksi bersama yang dibuat oleh anggota OPEC dan non-OPEC datang pada saat harga minyak turun sekitar 30% selama dua bulan terakhir, karena kelebihan pasokan di pasar minyak mentah global.
Dilansir dari Antara, lonjakan produksi minyak AS, yang telah meningkat 2,5 juta barel per hari sejak awal 2016 menjadi 11,7 juta barel per hari, telah memberi OPEC dan produsen minyak lainnya lebih banyak tekanan dalam persaingan pasar global.
Produksi minyak AS untuk pertama kalinya sejak 1973 bahkan melampaui Rusia dan Saudi Arabia.
Al-Falih menyebutkan kebijakan memangkas bakal membuat perusahaan minyak dan gas di Amerika Serikat bernafas lega. Pasalnya, harga minyak mentah AS anjlok 22% selama November, terburuk setelah krisis finansial global yang melanda pada 2008.
“Produsen minyak dan gas di AS mungkin bernapas lega bahwa kami menyediakan beberapa kepastian dan jarak pandang untuk 2019,” katanya.
Arab Saudi dan produsen lainnya sepakat pemangkasan produksi hanya berlaku untuk enam bulan. Hal ini untuk mencegah harga melonjak hingga US$100 per barel.
“Dalam enam bulan terakhir kami telah menunjukkan bahwa kami tidak hanya memutuskan untuk memotong produksi, tapi kami juga bisa melepaskan pasokan jika diperlukan,” pungkasnya. (Fin Harini)