26 November 2019
09:57 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merehabilitasi dan merekonstruksi ruas jalan yang menghubungkan Palu dan kawasan sekitarnya yang sebelumnya luluh lantak dihajar gempa. Diharapkan konektivitas segera pulih untuk mendukung perkembangan perekonomian kawasan.
Wakil Menteri (Wamen) PUPR John Wempi Wetipo menyebutkan jalan yang diperbaiki adalah ruas jalan nasional Tompe–Dalam Kota Palu–Surumana sepanjang 48,39 kilometer, berikut 21 jembatan sepanjang 634,40 meter. Besaran anggaran untuk proyek ini mencapai Rp150 miliar. Konstruksi jalan tersebut akan dilakukan hingga awal Januari 2021 dikerjakan oleh kontraktor PT. Nindya Karya-Passokarang dengan sistem Kerja Sama Operasional (KSO).
Sementara untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Non Nasional Palupi–Simoro–Kalawara–Palolo dan askes ke lokasi Huntap sepanjang 42,31 kilometer akan dikerjakan oleh kontraktor PT. Widya Sapta Contractor-Sarana Puterasejati (KSO) dengan nilai kontrak sebesar Rp73 miliar.
"Kegiatan perbaikan jalan ini dimaksudkan untuk memperbaiki konektivitas antar pusat kegiatan agar perekonomian di Kota Palu cepat pulih dan terus berkembang," kata Wamen Wempi dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (25/11).
Ia menyebutkan terdapat beberapa upaya yang diambil pihaknya untuk menghadapi bencana. Salah satunya adalah meningkatkan ketahanan wilayah dalam menghadapi bencana dengan selalu mengurangi kerentanan infrastruktur terbangun.
Upaya lainnya adalah mendorong pengembangan ruang publik yang lebih tangguh dalam menghadapi bencana.
“Seperti tempat evakuasi sementara dan area publik yang dapat difungsikan sebagai tempat pengungsian,” ujarnya.
Terakhir, menurut Wamen Wempi, seluruh unsur Kementerian PUPR harus terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana serta koordinasi lintas sektor dan instansi dalam penanganan tanggap darurat, masa transisi sampai dengan pemulihan pasca bencana.
Kepala Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto mengatakan selain perbaikan jalan, pihaknya juga akan membangun Tanggul Pantai Silebeta yang membentang mulai dari ujung Jalan Cumi-Cumi hingga Kawasan Penggaraman dengan panjang sekitar 7,2 kilometer. Pekerjaan tanggul pantai yang membutuhkan anggaran Rp250 miliar tersebut merupakan bagian dari Pekerjaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana di Provinsi Sulawesi Tengah.
Tanggul laut tersebut didesain untuk menahan muka air laut tertinggi agar tidak membanjiri Kawasan Tangguh Bencana Silebeta dan menanggulangi abrasi. Untuk membangun Kawasan Tangguh Bencana Silebeta, Arie melanjutkan, pembangunan infrastruktur akan segera diikuti dengan beberapa kegiatan lain seperti penanaman hutan bakau berbasis partisipasi masyarakat, pembangunan jalan logistik dan wisata yang ditinggikan (elevated road).
Tidak hanya itu, pembangunan Tsunami Shelter yang terintegrasi dengan rehabilitasi dan rekonstruksi Kampus IAIN, penataan kawasan terbuka hijau dan jetty untuk nelayan serta pembangunan kembali Jembatan Palu IV sebagai icon Kota Palu juga dilakukan.
"Semua rencana yang telah kita susun bersama ini tidak akan bisa terwujud tanpa kerja sama Pemerintah Daerah terkait, penanganan masalah sosial, penyediaan lahan serta pengaturan fungsi ruang dan bangunan. Diharapkan untuk pekerjaan tanggul laut pada tahun ini sudah bisa dilelang," tandas Arie.
Kerusakan akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR) di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Petobo merupakan kawasan yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Upaya untuk memulihkan Sulawesi Tengah akibat gempa terus berlangsung. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan hingga 31 Oktober 2019 sebanyak 49 unit rumah sudah selesai dibangun dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi rumah pascabencana tahap pertama. Sebanyak 3.690 unit rumah sudah dalam proses pembangunan.
Tahap pertama ini mencakup target rumah 4.522 unit dengan total biaya anggaran sebesar Rp235,5 miliar. Rinciannya, dana bantuan darurat yang telah disalurkan untuk Kota Palu sebesar Rp74,5 miliar. Dari target 1.594 unit rumah insitu, 1.241 unit masih dalam proses pembangunan dan 9 unit telah selesai dikerjakan di Kota Palu.
Di Kabupaten Sigi telah tersalurkan dana sebesar Rp80,1 miliar. Dari target 1.602 unit rumah insitu, sebanyak 1.155 unit dalam proses pembangunan dan 10 unit telah diselesaikan.
Sedangkan di Kabupaten Donggala dengan dana Rp38,1 miliar dan target 899 unit rumah, 748 unit rumah insitu masih dalam proses pembangunan.
Terakhir, Kabupaten Parigi Moulong yang memiliki jatah dana bantuan darurat sebesar Rp21,3 miliar dan target rumah insitu sebanyak 427 unit, sebanyak 397 unit masih dalam proses pembangunan dan 30 unit telah selesai dibangun.
Untuk diketahui, BNPB mencatat sampai 20 Oktober 2018, kerugian dan kerusakan akibat bencana mencapai lebih dari Rp13,82 triliun. Dengan rincian, kerugian mencapai Rp1,99 triliun dan kerusakan mencapai Rp11,83 triliun.
Kerugian dan kerusakan tersebut berdampak pada 5 sektor pembangunan, yaitu pemukiman dengan dampak mencapai Rp7,95 triliun, infrastruktur Rp701,8 miliar, ekonomi produktif Rp1,66 triliun, sosial Rp3,13 triliun, dan lintas sektor mencapai Rp378 miliar.
BNPB memperkirakan, pembangunan kembali daerah terdampak bencana di Sulteng akan memerlukan anggaran lebih dari Rp10 triliun. (Rheza Alfian)