c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

07 Januari 2020

15:15 WIB

Harga Minyak Dunia Naik Pasca-Serangan Militer AS

Serangan militer AS menewaskan jenderal pasukan elite Iran

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Harga Minyak Dunia Naik Pasca-Serangan Militer AS
Harga Minyak Dunia Naik Pasca-Serangan Militer AS
Anjungan minyak lepas pantai di di Teluk Meksiko. ANTARA/REUTERS/Henry Romero

JAKARTA – Harga minyak dunia naik pada Senin (6/1), pasca-berita mengenai pembunuhan seorang perwira militer Iran, Qassem Soleimani, oleh serangan militer Amerika Serikat.

Dilansir dari Antara, perseteruan ini dikhawatirkan mengganggu produksi minyak di wilayah Timur Tengah. Terpantau harga pada West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari naik 0,22 dolar AS menjadi US$63,27 per barel di New York Merchantile Exchange.

Sementara harga patokan minyak internasional, minyak mentah Brent, untuk pengiriman Maret naik 0,31 dolar menjadi ditutup pada US$68,91 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak Brent mencapai US$70 per barel pada awal sesi perdagangan. Ini adalah kenaikan tertinggi selama lebih dari tiga bulan.

Serangan militer Amerika Serikat membunuh Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran Quds, dalam serangan udara di Baghdad pada hari Jumat (3/1) yang meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Melalui akun Twitter resminya, Donald Trump bahkan mengancam bakal menyerang puluhan situs bersejarah di Iran jika negara tersebut menyerang penduduk atau aset Amerika Serikat, pemerintah AS akan menargetkan 52 situs bersejarah yang penting bagi Iran. Angka itu merepresentasikan jumlah warga AS yang ditawan beberapa tahun silam.

Usai berita pembunuhan itu menyeruak, Trump terus mengunggah kecaman-kecaman dan pendapat pendukungnya yang setuju atas serangan kepada Iran.

Pelaku pasar khawatir meningkatnya ketegangan Timur Tengah dapat berdampak pada produksi energi di kawasan kaya minyak, yang menyumbang hampir sepertiga dari pasokan minyak global, kata para analis.

Namun para analis juga mencatat, meskipun ada ketegangan geopolitik, kapasitas cadangan dalam minyak mungkin tetap memadai.

"Kami masih mengharapkan pasar minyak yang kelebihan pasokan tahun ini karena pertumbuhan pasokan non-OPEC melampaui pertumbuhan permintaan minyak yang moderat," kata kepala investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele dan timnya dalam sebuah catatan pada hari Senin (6/1).

Menurut Haefele, harga minyak berpotensi membangun premi risiko yang lebih besar di tengah ketegangan politik yang meningkat, harga Brent akan berjuang untuk bertahan di US$70 per barel pada paruh pertama 2020. (Nadia Kurnia)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar