c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

EKONOMI

28 Desember 2018

18:29 WIB

‘Hijrah’ Karena Tergiur Inovasi Baru

Spesifikasi tinggi dan harga terjangkau jadi pertimbangan dalam membeli ponsel pintar

Editor:

‘Hijrah’ Karena Tergiur Inovasi Baru
‘Hijrah’ Karena Tergiur Inovasi Baru
Suasana di salah satu booth penjualan handphone di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur, Minggu (24/9). Validnews/Agung Natanael

JAKARTA – Telepon seluler atau ponsel sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Ponsel seakan-akan menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas sehari-hari. Perusahaan pembuat ponsel terus bergerak cepat menawarkan produk inovasi terbaru pada masyarakat di berbagai lapisan. Dalam perkembangannya, muncul ponsel pintar yang dibuat untuk semua kalangan, dengan harga paling mahal hingga termurah. 

Fungsi ponsel ini pun berkembang. Berangkat dari perannya sebagai alat komunikasi dan mempermudah dalam bekerja, kini, ponsel menjadi acuan tingkat kemapanan penggunanya. Citra individu biasanya dimanifestasikan lewat ponsel yang digenggamnya.

Keterkaitan dengan citra ini, mungkin membuat pengguna ponsel cenderung latah untuk berganti ponsel pintarnya dengan seri terbaru yang menawarkan inovasi serba canggih. Kebanyakan pengguna mengganti ponsel baru dalam waktu 2 tahun. Sebagaimana tercatat dalam survei Visi Teliti Saksama, kebiasaan mengganti ponsel dalam dua tahun sekali adalah perilaku kebanyakan orang.

Hasil survei tentang pengguna telepon seluler yang dilakukan melalui jejaring sosial dan chatting online itu menyebutkan 72% responden mengganti ponsel baru setelah dua tahun. Penggantian ponsel itu dilakukan meski ponsel lamanya terbilang masih layak pakai alias tidak rusak. Bahkan dalam survei yang melibatkan 509 responden ini mengungkapkan, ada 21% responden mengganti ponsel baru dalam kurun waktu satu tahun. 

Hasil ekstrem pun muncul dalam survei tersebut meski angkanya terbilang kecil. Setidaknya 7% responden mengganti ponselnya dua kali dalam setahun. Jadi, ponsel itu hanya bertahan digenggaman tangan selama enam bulan.

Peneliti Utama Visi Teliti Saksama, Sita Wardhani mengatakan, survei tidak mencuatkan pertanyaan alasan mereka mengganti ponsel baru hanya bertahan dalam waktu 12 bulan. “Bisa jadi responden mengganti ponselnya lantaran, mendapatkan penghasilan tambahan seperti bonus, dapat harga murah atau mendapatkan potongan harga di e-commerce yang banyak menawarkan harga promo,” ujarnya. 

Munculnya media sosial dan beragam aplikasi juga punya pengaruh terhadap pemilihan berganti ponsel.

Dalam survei tersebut, mendata sebanyak 50,9% responden aktif menggunakan kamera dan aplikasi fotografi. Dan, 34% lainnya menggunakan aplikasi percakapan dan telepon. Dua hal ini yang sering digunakan responden melalui telepon pintarnya. Adapun aplikasi fotografi adalah fitur yang tersedia untuk mengedit dan mengubah hasil foto atau video.

Aplikasi editing ini dipilih pengguna yang ingin tampil eksis lewat media sosial. Buat mereka, kualitas foto dalam aplikasi itu menjadi sesuatu yang penting.  

Dari survei juga terbeber, ada 3,1% responden yang kerap menggunakan ponselnya untuk bermain gim. Fitur gim ternyata bukan alasan penting individu memilih ponsel.

Yang tidak kalah mengejutkan, adalah kebiasaan baca pengguna ponsel pintar ternyata terbilang rendah. Responden yang memanfaatkan ponselnya untuk membaca berita, kurang dari 1%.  Jumlah responden yang membaca berita dari ponsel hanya 0,6%. Angka yang sama juga terjadi pada penonton film melalui ponsel.

Catatan angka itu masih sedikit di bawah penggunaan aplikasi transportasi online yang mencapai 0,8%.  

Dominasi Android
Industri ponsel sendiri kini didominasi dua merek raksasa, yakni Samsung dan iPhone; ponsel pintar yang dikeluarkan Apple. Dua merek raksasa beda sistem operator (OS) ini bersaing ketat dalam merebut hati konsumen. Survei Visi Teliti Saksama menyebutkan pengguna Samsung sedikit lebih banyak, dengan 28,79% responden. Sedangkan, pengguna iPhone hanya  22,07% dari total responden.

Tiga peringkat di bawahnya disusul oleh merek yang belakangan ini gencar melakukan promosi di pasar. Ketiganya, yaitu Xiomi (10,52%), Asus (9,83%) dan Oppo (8,10%). Sementara, Blackberry dan Nokia yang sempat merajai dunia ponsel anjlok meski masih berada di 10 besar. Kedua merek yang sempat menyandang julukan ponsel sejuta umat itu hanya mengoleksi 1,21% responden. Sementara ponsel buatan lokal, yakni Advan berada di posisi juru kunci dengan perolehan 0,34%. Meski demikian, Advan tergolong dalam 15 besar merek ponsel yang paling banyak digunakan responden.

Pengguna Samsung dan iPhone juga terkait faktor loyalitas. Masih berdasarkan data survei Visi Teliti Saksama, 60% responden mengaku cukup setia dengan ponsel pintarnya, hanya 40% yang hobinya gonta-ganti dengan mencoba merek baru. 

Bicara loyalitas penggunanya, iPhone merupakan merek yang paling jago dalam mengikat penggunanya. Sebagian besar pengguna ponsel pabrikan asal Amerika Serikat itu sangat loyal dan sulit berpaling ke merek lain. Atau, bahasa kerennya, pengguna iPhone tak bisa move on

Survei mencatat ada 134 dari 509 responden merupakan pengguna iPhone. Sebanyak 81 % mereka, mengaku setia dengan menggunakan iPhone tanpa ponsel tambahan. Sedangkan, pengguna iPhone lainnya yang memilih ponsel tambahan berjumlah 19%. Dari kalangan itu, pengguna iPhone menambah koleksi ponsel baru merek lain tanpa bisa menghilangkan ketergantungannya terhadap ponsel buatan negeri Paman Sam itu. 

Jika pengguna iPhone tergolong setia, berbeda dengan responden yang mengaku menggunakan ponsel merek lainnya. Sebanyak 56% responden menyatakan dirinya tidak setia terhadap merek. Hal ini yang membuat golongan tak setia ini memiliki ponsel lebih dari satu dengan merek berbeda. 

Terkait loyalitas yang terbangun dari pengguna iPhone, Sita memiliki pandangan sendiri. Menurutnya, para pengguna iPhone ini bukan pendatang baru dalam mengoleksi perangkat buatan perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs itu. Pengguna iPhone biasanya sudah terbiasa dengan produk Apple, yaitu iPad, MacBook dan iPod. 

“Sehingga apapun yang dikeluarkan Apple pasti memiliki daya pikat tersendiri,” kata Sita. 

Ditambakan Sita, ada beberapa faktor yang membuat iPhone begitu sulit dilepaskan tergantikan dengan merek lain. Sita menyebut empat hal yang membuat ponsel dengan logo apel itu banyak diminati masyarakat. 

Sita membagi ke dalam empat karakter yang terbenam dalam iPhone, mulai dari fitur, harga jual, sistem operasi (OS) yang digunakan, dan desain ponsel tersebut. 

Dalam hal fitur, kata Sita biasanya pengguna iPhone lebih banyak digunakan oleh para pekerja kreatif, yaitu desainer, arsitek, produser, editor, dan penulis konten (content writer). Fitur unggulan pada iPhone yang banyak diacungi jempol adalah keunggulan kameranya. Karena sejak awal kemunculannya iPhone selalu memanjakan penggunanya dengan hasil jepretan setara dengan kamera profesional.

Misalnya saja, pada produk iPhone X, ada dua kamera belakang dengan resolusi 12 MP. Berdasarkan data yang dihimpun, kualitas kamera yang dibenamkan dalam ponsel ini terbilang paling canggih dibanding dengan kompetitornya. Dua kamera ini disematkan satu untuk wide-angle dengan bukaan f/1.8 serta yang lainnya untuk telefoto dengan bukaan f/2.4. 

Selain itu, terdapat kemampuan digital memperbesar hingga 10 kali serta optical zoom, ditambah dengan dual optical images stabilization (OIS). Sebagai pelengkap, dua kamera di bagian belakang dilapisi dengan kristal sapphire.

Untuk di bagian depan, yang disebutnya sebagai TrueDepth Camera, terdapat kamera 7 MP dengan bukaan f/2.2. iPhone X juga dibekali dengan OIS untuk video serta digital zoom hingga enam kali dan optical zoom. Sedangkan, pada kamera depan bisa merekam video dengan kualitas 1080p.

Dengan keunggulan itu, harga jual iPhone melambung tinggi.  Ini dijadikan celah oleh merek lain, berformat operasional android untuk merebut pasar. Banyak produk ponsel ini menawarkan sama; dua kamera, dengan harga jauh di bawah iPhone.

‘Hijrah’
Meski demikian, baik iPhone dan Android kata Sita memiliki tingkat loyalitas pengguna yang tinggi. Kedua pengguna merek favorit itu pun ada yang pindah ke merek lain atau beralih. Menariknya, perpindahan pengguna merek tersebut alasannya nyaris sama, yakni pada harga dan kemudahan penggunaan. 

“Pengalaman pengguna yang lebih baik kembali menjadi alasan utama, termasuk harga yang dianggap lebih bersahabat,” terangnya

Sita memperkuat keterangannya itu dengan membeberkan pengalaman seorang mahasiswa yang semasa kuliahnya menggunakan android ketika lulus dan bekerja bisa saja beralih menggunakan iPhone karena sudah memiliki penghasilan. Mahasiswa tersebut mengganti ponsel pintarnya iPhone dengan cara mencicil atau menabung.

Sebaliknya perpindahan pengguna iPhone ke Android bisa saja disebabkan faktor pekerjaan. Lantaran tidak lagi menggunakan fitur yang hanya tersedia di iPhone, misalnya fitur untuk melakukan edit video tanpa menggunakan laptop atau PC.  Selain itu, faktor harga jual yang tinggi juga menjadi salah satu penyebab pengguna iPhone hijrah ke Android harga jual iPhone second yang masih tinggi di pasaran membuat pengguna masih memiliki sisa uang ketika membeli Android.

“iPhone 6 masih laku di pasaran sekitar Rp3–4 juta, Rp2–3 juta digunakan untuk membeli Android sisanya dipegang untuk keperluan lain,” ujarnya.

Soal harga, ponsel dengan banderol murah tetap primadona. Dari hasil jejak pendapat diketahui harga ponsel yang paling banyak digunakan berharga kisaran Rp1–2,9 juta menempati urutan teratas, dengan jumlah 38% responden. Tidak sedikit produk yang bermain di kisaran harga tersebut, yakni merek, Xiomi, Oppo, Vivo, Advan dan Samsung keluaran lama.

Sedangkan pada posisi kedua, ponsel berharga jual Rp3–4,9 juta dipilih oleh 28% responden. Produk yang bisa dibawa pulang di antaranya iPhone 4 atau 5, Xiomi Redmi Note 4, Oppo seri F, Advan keluaran terbaru.

Sementara, ponsel pintar dengan harga Rp5 juta ke atas, memunculkan 30% responden. Pada posisi berikutnya ponsel pintar seharga Rp5 sampai 7,9 juta sebesar (14%) dan banderol tertinggi Rp 8 juta ke atas persentasenya (16%).

Nah, dari survei ini juga terpapar bahwa adanya penghasilan tambahan, yakni bonus, dapat harga murah atau mendapatkan potongan harga di e-commerce yang banyak menawarkan harga promo, menjadi pemicu keinginan berganti ponsel.

Lantas, Anda termasuk yang mana? Mau ganti ponsel baru ya? (Fuad Rizky)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER