21 September 2024
14:00 WIB
Tren Hemodialisis Di Kalangan Anak Muda
Hemodialisis selama ini dianggap sebagai prosedur medis untuk kelompok usia lanjut, tapi kini cuci darah mulai menjadi kebutuhan bagi anak muda akibat peningkatan penyakit gagal ginjal.
Penulis: Devi Rahmawati
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi pasien cuci darah. Shutterstock/dok
Hemodialisis atau cuci darah biasanya lebih dikenal di kalangan mereka yang lanjut usia (lansia), tetapi kini semakin banyak anak muda yang harus menjalani prosedur ini. Hal ini karena kondisi kesehatan tertentu, seperti gagal ginjal kronis. Kondisi seperti ini menyoroti pentingnya kesadaran anak muda tentang kesehatan ginjal serta gaya hidup yang lebih sehat.
Hemodialisis adalah prosedur yang membantu tubuh membuang limbah dan cairan berlebih ketika ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Di masa sekarang, cuci darah tidak hanya bagi kalangan tua saja, tetapi juga sudah dipenuhi oleh anak-anak muda. Peningkatan anak muda dalam cuci darah tidak terlepas dar gaya hidup tak sehat yang mereka jalani. Dengan demikian, usia 25-35 tahun menjadi target baru untuk mencuci darah.
Hemodialisis dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga kualitas hidup yang lebih baik. Namun, bagi kalangan muda hal ini adalah hal yang penuh tantangan. Sebagian besar anak muda yang menjalani hemodialisis sering terhalang oleh aktivitas normal, seperti kuliah, bekerja, atau bersosialisasi. Banyak di antaranya yang lupa untuk mencuci darah, hingga berujung pada kematian. Walaupun begitu, banyak dari mereka yang berhasil menjalani kehidupan produktif dengan manajemen waktu yang baik dan dukungan dari keluarga serta teman.
Terpicu Minuman Manis
Menurut data dari World Health Organization (WHO), obesitas dan diabetes menjadi penyebab utama kerusakan ginjal di kalangan anak muda. Kedua kondisi ini mempercepat penurunan fungsi ginjalensi dan juga menjadi masalah besar di kalangan anak muda. Ketika tekanan darah tinggi tidak dikontrol, pembuluh darah ginjal mengalami kerusakan secara bertahap, sehingga akhirnya menyebabkan gagal ginjal. International Society of Nephrology memperkirakan bahwa hipertensi bertanggung jawab atas sekitar 25% kasus gagal ginjal pada usia muda.
Cuci darah tidak hanya disebabkan oleh penyakit gagal ginjal kronis saja, melainkan gaya hidup yang tak sehat. Jarang minum air putih, tidak rutin berolahraga, senang minum manis, dan riwayat diabetes dapat menjadi penyebab hemodialisis rutin. Cepat atau lambat, makanan yang banyak mengandung natrium dan fosfor dapat merusak fungsi ginjal.
Faktor-faktor lain seperti pola makan tinggi garam, obesitas, dan konsumsi obat atau suplemen yang tidak aman dapat mempercepat kerusakan ginjal. Edukasi mengenai pentingnya menjaga pola hidup sehat sejak dini sangat diperlukan untuk mencegah kondisi yang bisa berujung pada hemodialisis di usia muda.
Inspirasi, Dukungan, dan Kesadaran Diri
Di lain kasus, banyak anak muda yang harus menjalani hemodialisis dan menginspirasi orang lain dengan semangat hidup mereka. Bantuan teknologi medis yang semakin berkembang dan akses yang lebih baik ke fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa cuci darah tidak menghentikan usaha dan karier mereka.
Kampanye kesadaran sangat penting untuk membantu mengurangi stigma dan rasa takut terhadap peningkatan hemodialisis di kalangan anak muda.
Selain itu, dukungan emosional dan mental dari lingkungan sekitar menjadi kunci dalam menjaga kualitas hidup pasien muda yang menjalani hemodialisis. Banyak anak muda yang merasa terisolasi karena kondisi kesehatan mereka, serta menghadapi kecemasan tentang masa depan mereka. Dukungan emosional dari keluarga dan komunitas sangat penting untuk membantu mereka menjalani proses ini dengan lebih baik.
Meningkatnya tren hemodialisis di kalangan anak muda menjadi masalah serius yang harus diatasi melalui pendekatan komprehensif. Selain disebabkan penyakit bawaan, gaya hidup modern yang tidak sehat, seperti pola makan buruk, obesitas, dan penggunaan obat-obatan terlarang, memainkan peran besar dalam peningkatan kejadian gagal ginjal. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal sejak dini, memperluas akses deteksi dini, serta menyediakan dukungan mental dan fisik untuk pasien muda, kita dapat mengurangi dampak buruk dari tren peningkatan ini.
Referensi:
Ramadhani, Agnes. (2024). Diakses melalui Hemodialisa Meningkat di Kalangan Anak Muda pada 20 September 2024.
International Society of Nephrology. (2021). Kidney Health Awareness for Young People.
Tampake, R., & Doho, A. D. S. (2021). The Characteristics of Chronic Kidney Disease Patients Who Undergo Hemodialysis. Lentora Nursing Journal, 1(2), 39-43.