c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

CATATAN VALID

22 September 2025

16:15 WIB

Mendukung Keberlanjutan Lingkungan Dengan Eco Friendly Packaging 

Saat ini, banyak orang lebih selektif memilih produk. Penggunaan eco friendly packaging tak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan citra dan kepercayaan konsumen.

Penulis: Oktarina Paramitha Sandy

Editor: Rikando Somba

<p>Mendukung Keberlanjutan Lingkungan Dengan&nbsp;<em id="isPasted">Eco Friendly Packaging&nbsp;</em></p>
<p>Mendukung Keberlanjutan Lingkungan Dengan&nbsp;<em id="isPasted">Eco Friendly Packaging&nbsp;</em></p>

Ilustrasi Kemasan Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Berkelanjutan. Peralatan makan kertas dari bahan alami yang dapat didaur ulang dengan tanda daur ulang. Konsumsi yang bertanggung jawab, konsep tanpa limbah. Shutterstock/witsarut sakorn.

Sampah plastik kini kian menjadi masalah serius di tanah air. Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 66 juta ton sampah setiap tahun, dan hampir 15% di antaranya merupakan sampah plastik. Jenis sampah ini dikenal sangat sulit terurai, bahkan bisa bertahan ratusan tahun di alam.

Kalau dibiarkan, dampaknya tidak hanya merusak ekosistem laut dan darat, tetapi juga berbalik pada manusia. Mulai dari kesehatan, kualitas pangan, hingga keberlangsungan sektor ekonomi bisa terganggu akibat pencemaran plastik. Kondisi ini membuat tanggung jawab dunia bisnis menjadi sangat penting. Bisnis tidak lagi cukup hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga harus ikut andil dalam menjaga lingkungan tempat kita hidup.

Nah, di sinilah eco friendly packaging hadir sebagai salah satu jawaban. Bukan cuma sekadar gaya hidup ramah lingkungan untuk menarik perhatian, tapi benar-benar solusi nyata agar bisnis kamu bisa ikut menjaga keberlanjutan. Dengan memilih kemasan yang lebih ramah lingkungan, konsumen bisa sekaligus memenuhi tuntutan konsumen yang peduli, mendukung regulasi pemerintah, dan menunjukkan bahwa bisnismu punya kepedulian sosial yang nyata.

Menariknya lagi, penggunaan eco friendly packaging tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan citra dan kepercayaan konsumen. Saat ini, banyak orang lebih selektif dalam memilih produk. Mereka bukan hanya melihat kualitas barang, tetapi juga menilai sejauh mana sebuah brand memiliki komitmen terhadap keberlanjutan. Karena itu, beralih ke eco friendly packaging bukan lagi sekadar tren, melainkan sebuah kebutuhan mendesak.

Dikutip dari penelitian bertajuk Food Packaging Innovation to Extend Shelf Life and Reduce Food Waste in a Leading Company in Indonesia (2023), penggunaan eco friendly packaging terbukti membawa dampak yang signifikan. Studi tersebut menjelaskan bagaimana inovasi kemasan berbahan ramah lingkungan mampu memperpanjang masa simpan produk pangan hingga beberapa hari lebih lama dibanding kemasan konvensional. 

Perpanjangan masa simpan ini berarti makanan tidak cepat rusak, sehingga jumlah produk yang terbuang bisa ditekan secara drastis. Selain itu, perusahaan yang menjadi objek penelitian juga mengalami efisiensi biaya karena berkurangnya kerugian akibat food waste serta meningkatnya kepuasan konsumen yang menerima produk dalam kondisi lebih segar.

Penelitian ini sekaligus menegaskan bahwa eco friendly packaging tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi sampah plastik, tetapi juga menjadi strategi bisnis yang menguntungkan. Dengan mengurangi potensi kerugian dari makanan terbuang dan meningkatkan kualitas produk yang sampai ke tangan pelanggan, brand bisa memperkuat citra sebagai perusahaan yang peduli lingkungan sekaligus profesional dalam menjaga kualitas. 

Jadi, untuk Sobat Valid yang berbisnis di sektor F&B, hasil penelitian ini bisa jadi bukti nyata bahwa investasi pada kemasan ramah lingkungan membawa keuntungan ganda: lingkungan lebih terjaga, dan bisnis kamu lebih kompetitif.

Mengenal Eco Friendly Packaging
Kalau kita perhatikan, hampir semua produk di sekitar kita nggak pernah lepas dari yang namanya kemasan. Mulai dari makanan, minuman, sampai barang kebutuhan sehari-hari. Masalahnya, sebagian besar kemasan yang beredar masih terbuat dari plastik sekali pakai yang susah terurai. Nah, di sinilah eco friendly packaging hadir sebagai alternatif. 

Secara sederhana, eco friendly packaging adalah kemasan yang dirancang dengan tujuan utama meminimalkan kerusakan lingkungan. Ada beberapa perbedaannya dengan plastik biasa. Elemen-elemen ini biasanya ada di kemasan bernuansa lingkungan.

1. Biodegradable
Bisa terurai secara alami oleh mikroorganisme dalam waktu relatif singkat, biasanya dalam hitungan bulan hingga beberapa tahun. Berbeda dengan plastik biasa yang bisa bertahan ratusan tahun, material biodegradable memberi peluang lebih besar untuk mengurangi tumpukan sampah di TPA dan lautan.

2.Recyclable
Dapat didaur ulang menjadi produk baru. Dengan begitu, siklus hidup kemasan lebih panjang dan potensi limbah yang berakhir di lingkungan semakin kecil.

3. Reusable
Bisa digunakan kembali berulang kali tanpa kehilangan fungsi utamanya. Karakteristik ini mengubah pola konsumsi sekali pakai menjadi penggunaan berulang yang lebih efisien.

Dikutip dari penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Cleaner Production (2023), penggunaan kemasan ramah lingkungan terbukti mampu menekan jejak karbon hingga 70% dibandingkan dengan kemasan plastik konvensional. 

Efisiensi ini tidak hanya terlihat dari hasil akhirnya, tetapi juga dari seluruh siklus produksinya yang menggunakan energi lebih sedikit serta menghasilkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih rendah. Selain itu, masa pakai kemasan ramah lingkungan di alam juga relatif singkat, sehingga tidak meninggalkan residu yang berkepanjangan.

Bayangkan, kalau plastik biasa bisa bertahan hingga ratusan tahun tanpa benar-benar terurai, kemasan ramah lingkungan umumnya hanya membutuhkan waktu beberapa bulan hingga paling lama dua tahun untuk kembali menyatu dengan alam. Perbedaan yang sangat kontras ini menunjukkan bahwa dengan memilih eco friendly packaging, tiap-tiap kita sebenarnya sedang ikut mempercepat proses pemulihan lingkungan. Jadi, bukan hanya aman untuk bumi, tetapi juga sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang kini semakin menjadi perhatian global.

Dan, belakangan ini.   pilihan kemasan ramah lingkungan sekarang semakin banyak dan variatif. Setiap material punya keunggulan tersendiri, mulai dari daya tahan, kemudahan produksi, sampai nilai ekonomisnya. Artinya, Anda bisa menyesuaikan jenis kemasan dengan karakter produk maupun budget bisnis yang kamu kelola. Dikutip dari penelitian Eco-friendly innovations in Food Packaging: A sustainable revolution (2024) yang dipublikasikan di Environmental Challenges, penggunaan material ramah lingkungan tidak hanya menekan jumlah sampah plastik, tetapi juga membantu menjaga kualitas produk lebih lama serta mengurangi biaya logistik jangka panjang. Berikut beberapa jenis kemasan ramah lingkungan yang bisa jadi pilihan:

1. Kertas daur ulang
Kertas daur ulang termasuk kategori paling populer karena mudah ditemukan dan relatif murah. Kamu pasti sering lihat paper bag di toko retail atau kardus daur ulang untuk packaging pengiriman.

Meski terbuat dari kertas bekas, proses daur ulang membuat material ini tetap kuat dan bisa menahan beban cukup berat. Selain itu, proses produksinya lebih hemat energi dibanding kertas baru, sehingga dampak lingkungannya jauh lebih rendah. Cocok banget dipakai oleh UMKM hingga perusahaan besar yang butuh packaging fungsional sekaligus ramah di kantong.

2. Bioplastik berbahan tumbuhan
Bioplastik menjadi alternatif menarik buat mengganti plastik konvensional. Di Indonesia, bioplastik dari singkong dan jagung sudah mulai diproduksi secara komersial. Ada juga bagasse atau ampas tebu, limbah dari industri gula, yang kini bisa diolah jadi kemasan. Keunggulannya, bioplastik ini biodegradable, jadi bisa terurai alami dalam hitungan bulan. Ditambah lagi, penggunaannya mendukung pertanian lokal karena bahan bakunya berasal dari hasil tani dalam negeri.

3. Kemasan reusable
Jenis kemasan ini dirancang untuk dipakai berulang kali, seperti botol kaca, tas kain, atau wadah logam. Meskipun butuh biaya awal lebih tinggi, tapi kalau kamu hitung-hitung, dalam jangka panjang jauh lebih hemat. Selain itu, reusable packaging juga bisa meningkatkan brand value. Konsumen merasa dihargai karena diberi pilihan kemasan yang bisa dipakai lagi, bukan sekadar sekali buang. Hal ini juga memperkuat ikatan emosional antara brand dan pelanggan yang peduli pada keberlanjutan.

4. Material inovatif
Beberapa tahun terakhir, inovasi kemasan berkembang pesat. Salah satu yang paling menarik adalah edible packaging atau kemasan yang bisa dimakan. 

Bayangkan, kamu beli snack dan kemasannya juga bisa langsung dikonsumsi, praktis sekaligus bebas limbah. Walaupun masih dalam tahap penelitian dan uji coba, konsep ini sangat menjanjikan untuk industri makanan dan minuman. Selain itu, ada juga kemasan berbahan organik lain seperti rumput laut atau pati kentang yang sedang diuji untuk menjaga kualitas produk tetap optimal tanpa menambah beban lingkungan.

Mengapa Bisnis Perlu Beralih ke Eco Friendly Packaging?
Alasan utama mengapa bisnis perlu mulai mempertimbangkan penggunaan kemasan ramah lingkungan adalah adanya perubahan nyata pada pola pikir konsumen. Survei terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen di Indonesia tidak hanya peduli pada isu lingkungan, tetapi juga bersedia membayar lebih untuk produk yang dikemas secara berkelanjutan.

Dikutip dari penelitian The Impact of Willingness to Pay, Environmental Awareness, Consumer Behavior, Consumer Attitudes toward Purchase Decisions on Sustainable Packaging in Indonesia (2024), ditemukan bahwa kesadaran lingkungan dan perilaku konsumen berpengaruh signifikan terhadap keputusan membeli produk dengan kemasan berkelanjutan. Konsumen yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan cenderung memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan, bahkan dengan harga yang sedikit lebih mahal.

Generasi milenial dan Gen Z menjadi motor utama perubahan ini. Mereka tidak lagi hanya menilai kualitas produk, tetapi juga memperhatikan bagaimana produk tersebut dikemas. Apakah kemasannya dapat didaur ulang? Apakah bebas dari plastik sekali pakai? Apakah labelnya jelas mengenai klaim ramah lingkungan? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kini semakin sering muncul dalam pertimbangan belanja sehari-hari. Bagi brand yang masih abai, risiko kehilangan kepercayaan dan loyalitas konsumen tentu tidak bisa diabaikan.

Selain faktor konsumen, pemerintah Indonesia juga semakin tegas dalam mengatur persoalan sampah plastik. Mulai dari pembatasan kantong plastik sekali pakai, kewajiban label ramah lingkungan, hingga pemberian insentif bagi pelaku usaha yang beralih ke kemasan berkelanjutan, semua langkah ini menegaskan arah regulasi yang jelas: keberlanjutan adalah masa depan.

Di tingkat global, tren serupa juga semakin kuat. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki tanggung jawab sekaligus peluang besar untuk menunjukkan kepemimpinan dalam praktik bisnis berkelanjutan. Menggunakan eco friendly packaging tidak hanya membantu bisnis kamu menyesuaikan diri dengan pasar lokal, tetapi juga membuka akses ke pasar internasional yang semakin ketat dengan standar keberlanjutan.

Beralih ke kemasan ramah lingkungan juga bukan sekadar bentuk kepedulian terhadap bumi, melainkan strategi bisnis yang cerdas. Konsumen yang merasa nilai pribadinya sejalan dengan misi keberlanjutan brand cenderung lebih loyal. Dengan kata lain, keputusan bisnis kamu untuk berinvestasi pada kemasan berkelanjutan berpotensi menghasilkan tingkat retensi pelanggan yang lebih tinggi.

Dari sisi komunikasi, kemasan ramah lingkungan bisa menjadi bahan cerita yang kuat untuk strategi pemasaran, CSR, maupun kampanye digital. Cerita tentang komitmen terhadap lingkungan sering kali lebih mudah mendapatkan perhatian media dan berpotensi viral di media sosial, tanpa harus mengeluarkan biaya promosi yang besar.

Memang benar, investasi awal dalam kemasan berkelanjutan mungkin terasa lebih tinggi. Namun, dalam jangka panjang, strategi ini dapat mengurangi biaya operasional, menekan beban pengelolaan limbah, dan membantu bisnis kamu terhindar dari risiko regulasi yang semakin ketat.

Pertanyaannya, apa sudah ada yang menerapkannya di Indonesia?

Jika  diperhatikan, adopsi eco-friendly packaging di Indonesia mulai menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, meski belum merata di semua sektor industri. Perubahan ini bisa kamu lihat paling jelas di sektor Food & Beverage (F&B). Banyak brand besar, baik lokal maupun global, kini beralih ke eco friendly packaging sebagai bagian dari strategi keberlanjutan mereka. Misalnya, restoran cepat saji yang mengganti sedotan plastik dengan kertas, atau brand minuman yang mulai menggunakan botol berbahan daur ulang.

Di sektor retail dan e-commerce, pergeserannya juga semakin jelas. Marketplace besar seperti Tokopedia dan Shopee meluncurkan kampanye khusus untuk mendorong para seller menggunakan kemasan ramah lingkungan. Misalnya, Shopee pernah meluncurkan program “Kreasi Kemasan Ramah Lingkungan” yang mengedukasi penjual tentang pentingnya penggunaan bahan daur ulang. 

Tokopedia juga mendorong seller mereka untuk beralih ke paper bag atau kemasan berbahan kardus dengan memberikan label ramah lingkungan di toko yang sudah menerapkan hal ini. Langkah ini bukan hanya soal strategi branding, tapi juga bagian dari edukasi konsumen agar mereka lebih terbiasa menerima produk dengan kemasan berkelanjutan.

Brand global pun tidak ketinggalan. Unilever Indonesia dan Nestlé Indonesia sudah lama menjadikan kebijakan keberlanjutan sebagai standar operasional, bukan sekadar tambahan. Unilever, misalnya, menargetkan 100% kemasan plastiknya dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diurai secara kompos pada tahun 2025. Nestlé Indonesia juga meluncurkan Nestlé Packaging Vision yang fokus pada penggunaan plastik daur ulang dan material berbasis kertas untuk produk susu dan makanan ringan mereka.

Meski perkembangannya cukup positif, tantangan tetap ada. Biaya produksi masih jadi hambatan utama karena harga kemasan ramah lingkungan relatif lebih tinggi dibanding plastik konvensional. Selain itu, edukasi konsumen perlu terus ditingkatkan agar mereka paham bahwa harga produk bisa sedikit lebih mahal karena investasi bisnis dalam menggunakan material berkelanjutan. Supply chain juga belum sepenuhnya mapan.

Sebagian besar bahan baku bioplastik, misalnya, masih harus diimpor sehingga harga kemasan sulit bersaing. Untungnya, beberapa produsen lokal mulai berinvestasi untuk memproduksi kemasan biodegradable dan kertas daur ulang skala besar di dalam negeri. Langkah ini diharapkan bisa menekan biaya dan memperkuat industri kemasan ramah lingkungan di Indonesia.

Dikutip dari penelitian Barriers to Mainstream Adoption of Circular Packaging in Indonesia (2023) percepatan transisi menuju kemasan ramah lingkungan di Indonesia menghadapi sejumlah hambatan mendasar. Penelitian ini menyoroti empat faktor utama: keterbatasan infrastruktur daur ulang, tingginya biaya produksi kemasan berkelanjutan, rendahnya kesadaran konsumen, serta inkonsistensi regulasi pemerintah

Terkait masalah infrastruktur, kamu bisa melihat bahwa banyak kemasan yang seharusnya bisa dimanfaatkan kembali akhirnya berakhir di TPA. Biaya produksi yang lebih tinggi juga masih menjadi beban, terutama bagi UMKM yang margin keuntungannya tipis. Sementara itu, dari sisi konsumen, meski semakin banyak orang peduli isu lingkungan, keputusan pembelian masih sangat dipengaruhi harga. Regulasi pun belum sepenuhnya konsisten; kebijakan pengurangan plastik sekali pakai memang sudah berjalan, tapi implementasi dan penegakannya masih berbeda-beda antar daerah.

Menariknya, potensi adopsi paling besar justru ada pada UMKM dan startup. Karena sifatnya yang lebih fleksibel, mereka lebih cepat mengintegrasikan inovasi, misalnya dengan menggunakan paper bag daur ulang, bioplastik, atau bahkan kemasan berbasis rumput laut. Kita mungkin juga sudah melihat banyak brand kecil di marketplace yang mulai menonjol karena komitmen mereka pada isu lingkungan. 

Dari sisi kebijakan, dukungan pemerintah juga semakin nyata. Dikutip dari roadmap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2025, Indonesia menargetkan pengurangan sampah plastik hingga 70% pada 2030. Target ambisius ini tentu tidak bisa tercapai tanpa kolaborasi. Pemerintah perlu memastikan regulasi dan insentif berjalan efektif, pelaku usaha harus berani berinvestasi dalam inovasi kemasan, sementara konsumen—termasuk kamu—punya peran besar lewat keputusan belanja sehari-hari.

Yang perlu kamu ingat, transformasi menuju eco friendly packaging tidak hanya soal menyelamatkan bumi atau mengurangi polusi plastik. Lebih dari itu, perubahan ini membuka peluang bisnis yang menjanjikan. 

Perusahaan yang bergerak cepat akan memiliki posisi lebih kuat sebagai pemimpin pasar di era ekonomi berkelanjutan. Jadi, kalau kamu punya bisnis, sekarang adalah waktu terbaik untuk mulai melangkah. Karena pada akhirnya, keberlanjutan bukan hanya tentang menjaga bumi tetap lestari, tapi juga tentang memastikan usahamu tetap relevan dan kompetitif di masa depan.


*Penulis merupakan kontributor di Validnews.id   

 

Referensi :

  1. Food Packaging Innovation to Extend Shelf Life and Reduce Food Waste in a Leading Company in Indonesia (2023) 
  2. Journal of Cleaner Production (2023) 
  3. Eco-friendly innovations in food packaging: A sustainable revolution (2024) 
  4. The impact of willingness to pay, environmental awareness, consumer behavior, consumer attitudes toward purchase decisions on sustainable packaging in Indonesia (2024) 
  5. Barriers to Mainstream Adoption of Circular Packaging in Indonesia” (2023) 

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar