c

Selamat

Kamis, 25 April 2024

CATATAN VALID

15 Oktober 2021

18:20 WIB

Ignaz Semmelweis dan Ide Mencuci Tangan

Sejak 2008, saban tanggal 15 Oktober diperingati sebagai Hari Mencuci Tangan Sedunia

Penulis: Mohammad Widyar Rahman

Editor: Faisal Rachman

Ignaz Semmelweis dan Ide Mencuci Tangan
Ignaz Semmelweis dan Ide Mencuci Tangan
Seorang siswa mencuci tangan sebelum memasuki kelas di hari pertama pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 1 Kuta, Badung, Bali, Jumat (1/10). Antara F

Pandemi memang berdampak luar biasa pada tatanan kehidupan. Namun, di balik itu, pandemi juga telah memberikan pembelajaran tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, salah satunya mencuci tangan.

Secara global, jauh sebelum pandemi saat ini terjadi, sejak 15 Oktober 2008, diperingati sebagai Hari Mencuci Tangan Sedunia. Merunut  sejarahnya, mencuci tangan telah menjadi komponen utama dari kebersihan pribadi dan kebiasaan dalam beragama dan budaya, selama berabad-abad. 

Namun, hubungan antara mencuci tangan dan kesehatan pertama kali, baru diperkenalkan kurang dari dua abad yang lalu.

Awalnya, seorang dokter Hungaria yang bekerja di Vienna General Hospital, Ignaz Semmelweis, mencermati fenomena yang terjadi pada peristiwa persalinan. Pada 1846, ia melihat wanita yang melahirkan di ruang bersalin yang dikelola oleh mahasiswa kedokteran/dokter di rumah sakit, jauh lebih mungkin mengalami demam dan meninggal dibandingkan wanita yang melahirkan di bangsal bersalin yang dikelola bidan. 

Semmelweis yang kemudian dikenal sebagai bapak kebersihan tangan, memutuskan untuk menyelidiki dan mencari perbedaan antara dua bangsal tersebut. Dia memperhatikan, dokter dan mahasiswa kedokteran sering mengunjungi bangsal bersalin sesaat setelah melakukan otopsi. Berdasarkan pengamatan ini, Ia mengembangkan teori, mereka yang melakukan otopsi mendapat “partikel mayat” di tangan mereka, yang kemudian mereka bawa ke bangsal bersalin. Sementara itu, bidan tidak melakukan operasi atau otopsi, sehingga tidak terkena partikel tersebut.

Semmelweis pun akhirnya memberlakukan aturan baru yang mewajibkan cuci tangan dengan klorin untuk para dokter. Tingkat kematian di bangsal bersalinnya, turun drastis. Hal ini menjadi bukti pertama, membersihkan tangan dapat mencegah infeksi. Namun, saat itu inovasi mencuci tangan tidak populer di semua kalangan. 

Bahkan, beberapa dokter tidak puas, karena Semmelweis telah menyiratkan bahwa para dokterlah yang harus disalahkan atas kematian. Bahkan, para dokter tersebut berhenti mencuci tangan, dengan alasan mendukung gagasan yang berlaku saat itu yang menyebutkan air adalah penyebab potensial dari penyakit. Semmelweis pun mencoba membujuk dokter lain di rumah sakit Eropa tentang manfaat mencuci tangan, tetapi tidak berhasil.

Beberapa tahun kemudian, di Scutari, Italia, Crimea War melahirkan pelopor mencuci tangan baru yang bernama Florence Nightingale. Pada saat kebanyakan orang percaya infeksi disebabkan oleh bau busuk yang disebut miasma, Florence Nightingale menerapkan cuci tangan dan praktik kebersihan lainnya di rumah sakit tempat dia bekerja. Sementara target dari praktik ini adalah untuk melawan miasma, praktik mencuci tangan Nightingale berhasil mengurangi infeksi.

Sayangnya, praktik kebersihan tangan yang dipromosikan oleh Semmelweis dan Nightingale tidak juga diadopsi secara luas. Secara umum, kampanye mencuci tangan terhenti selama lebih dari satu abad. 

Baru pada 1980-an, ketika serangkaian wabah bawaan makanan dan infeksi terkait perawatan kesehatan menimbulkan kekhawatiran publik, isu tersebut kembali mengemuka. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mengidentifikasi kebersihan tangan sebagai cara penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Dengan melakukan itu, mereka mengumumkan pedoman kebersihan tangan pertama yang disahkan secara nasional, dan semakin banyak yang mengikuti.

Dalam beberapa tahun terakhir, mencuci tangan dengan sabun dan bentuk kebersihan tangan lainnya telah mendapatkan pengakuan sebagai alat penting yang hemat biaya untuk mencapai kesehatan dan nutrisi yang baik. Saat ini keefektifannya tidak lagi dipertanyakan, fokus utamanya adalah bagaimana membuat praktik cuci tangan menjadi kebiasaan universal. 

Namun, setelah jadi kebiasaan yang sudah umum, ada tantangan lain dari praktik mencuci tangan. Di antaranya terkait perubahan perilaku, peningkatan penelitian terkait dampak kebersihan, dan ketersediaan air bersih dan fasilitas mencuci tangan.


Referensi:
https://globalhandwashing.org/about-handwashing/history-of-handwashing/ [diakses pada tanggal 13 Oktober 2021]


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar