16 Oktober 2025
14:00 WIB
Green Building Certification Sebagai Penentu Gedung Ramah Lingkungan
Green building certification adalah program pemberian pengakuan terhadap gedung yang telah berhasil menerapkan unsur keberlanjutan lingkungan. Ini diterapkan lewat banyak hal
Penulis: Nabila Ayu Ramadhani
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi green building certification yang ditunjukkan oleh gedung ramah lingkungan di kota modern. Gedung kaca perkantoran berkelanjutan dengan pohon untuk mengurangi CO2. Arsitektur Hijau. Shutterstock/dee karen.
Sobat Valid termasuk orang yang selalu memadamkan lampu ruangan pada siang hari? Kalau air sudah memenuhi bak mandi, apakah kamu langsung matikan atau tunggu sampai meluber cukup lama dulu? Nah, kebiasaan-kebiasaan yang tak menyianyiakan energi listrik ini berdampak baik, bukan hanya terhadap kantong kita, tetapi juga buat kelangsungan alam sekitar, loh!
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM-RI) menyatakan, peluang upaya penghematan energi listrik untuk bisa diterapkan dalam pengelolaan sektor bangunan gedung di Indonesia mencapai 10% hingga 30%. Besarnya angka ini telah merepresentasikan betapa pesar potensi optimalisasi audit energi yang bisa dicapai.
Upaya inilah yang kemudian melahirkan konsep sertifikasi bangunan hijau. Pembangunan gedung dituntut harus memenuhi standar ramah lingkungan.
Pengertian dan Penerapan Sertifikasi Hijau di Sektor Konstruksi
Sertifikasi bangunan hijau atau green building certification adalah program pemberian pengakuan terhadap gedung yang telah berhasil menerapkan unsur keberlanjutan lingkungan dan kepedulian sosial dalam operasional sehari-hari. Tujuan di balik sertifikasi ini bukan hanya tentang perancangan ruangan yang nyaman, tetapi juga penciptaan inovasi baru berbasis peduli lingkungan. Menariknya, konsep sertifikasi hijau ini ternyata telah diberlakukan oleh sejumlah negara di belahan dunia, mulai dari Jerman, Amerika Serikat, hingga Indonesia.
Jerman
Tak hanya dikenal karena unggul dalam hal teknologi dan mobil canggih, Jerman juga merupakan salah satu pelopor gerakan bangunan berkelanjutan di dunia. Negara ini telah mendirikan Deutsche Gesellschaft für Nachhaltiges Bauen atau German Sustainable Building Council (DGNB), sebuah lembaga jaringan bangunan hijau paling besar di Eropa sekaligus menduduki peringkat kedua di kancah global sejak didirikannya pada tahun 2007
Lewat sektor konstruksi dan real estat, DGNB berhasil membangun lebih dari 2.300 organisasi, serta membuka peluang kerja bagi tenaga kerja baru di ranah berkelanjutan. Upaya ini bertujuan memperkuat komitmen menuju penciptaan industri yang lebih bertanggung jawab terhadap konservasi sumber daya alam dan kemakmuran masyarakat sekitar. Hasilnya, tercipta kolaborasi sempurna yang memanfaatkan keindahan alam sekaligus mengikis angka kemiskinan di negara tersebut.
Amerika Serikat
Amerika Serikat termasuk dalam salah satu negara yang turut mengimplementasikan konsep keberlanjutan, terutama melalui pengembangan sektor konstruksi. Contoh nyata implementasi bidang ini dapat dilihat melalui peluncuran berbagai program, salah satunya yaitu Leadership in Energy and Environmental Design (LEED), sebuah sistem yang diluncurkan oleh U.S. Green Building Council (USGBC) bahkan telah tersebar luas hingga mancanegara.
Memangnya ada produk hasil buatan LEED yang sukses menarik perhatian negara-negara di dunia? Jangan salah, mereka bukan sekadar mempromosikan label ramah lingkungan, tapi juga menyediakan framework lengkap yang bisa dipasang di berbagai pengadaan proyek tertentu, dari rumah sakit, sekolah, kantor, hingga berbagai fasilitas di kawasan perkotaan.
Dalam sistem ini, setiap proyek yang berhasil memenuhi kriteria berkelanjutan akan mengantongi sebuah poin sesuai pencapaiannya, seperti Certified, Silver, Gold, atau bahkan Platinum. Poin-poin tersebut mencerminkan bentuk apresiasi atas kontribusi besar dalam mewujudkan upaya pembangunan industri ramah lingkungan secara berkelanjutan.
Inggris Raya
Negara ini merupakan salah satu pionir di balik munculnya sistem sertifikasi hijau. Hal ini dapat dilihat melalui adanya pengembangan Building Research Establishment Environmental Assessment Method (BREEAM) yang dibangun oleh Building Research Establishment (BRE) pada 1990. BRE sendiri merupakan organisasi nirlaba di Inggris yang menyediakan riset, pengujian, sertifikasi, dan konsultasi berbasis sains untuk lingkungan binaan dan industri terkait.
Sistem BREEAM berfungsi sebagai alat ukur untuk menilai keterlibatan unsur keberlanjutan dalam setiap inci mekanisme pembangunan secara menyeluruh. Penilaian ini juga mencakup berbagai kategori, mulai dari efisiensi energi, penghematan energi, kesehatan dan kenyamanan penghuni, serta penggunaan bahan material yang terjamin tidak memicu timbulnya gejala kesenjangan alam.
Pilar Green Building Certification dalam GREENSHIP
Indonesia sendiri ternyata juga punya sistem sertifikasi hijau yang bergerak pada penentuan kualitas bangunan hijau. Sistem verifikasi yang dikelola oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) dinamakan GREENSHIP. Melalui GREENSHIP, GBCI berhasil merepresentasikan upaya nyata Indonesia dalam mendorong praktik pembangunan berkelanjutan secara inklusif.
Dengan adanya sistem GREENSHIP, setiap proyek GBCI diharapkan mampu memenuhi ketentuan-ketentuan yang didasari oleh kolaborasi penting antara keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Makanya, mereka kemudian menyusun tiga kriteria utama yang menjadi pedoman utama guna mendukung berjalannya sertifikasi, mulai dari kriteria prasyarat, kredit, hingga bonus.
Langkah awal yang wajib dilakukan ketika ingin mendirikan suatu bangunan adalah memenuhi kriteria prasyarat. Kriteria ini dimaksudkan untuk memastikan apakah bangunan tersebut telah layak mengantongi sertifikasi hijau. Jika persyaratan ini belum terpenuhi, langkah menuju tahapan lebih lanjut belum bisa dilakukan. Kriteria prasyarat bisa dibilang merupakan titik awal menuju pengadaan gedung ramah lingkungan di Indonesia.
Dalam hal kriteria kredit, kualifikasi sebenarnya hanya sebagai unsur pendukung yang bersifat opsional. Lebih jauh, pemenuhan persyaratan ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pengerjaan maksimal masing-masing proyek. Meski begitu, jika jenis kriteria ini berhasil terakomodasi, bangunan akan memperoleh poin ekstra berupa bintang penghargaan.
Sebagai sistem penilaian terakhir dalam proses mendirikan bangunan hijau, kriteria bonus meliputi besarnya peluang nilai ekstra bagi proyek yang mampu melampaui standar yang sudah ditetapkan. Sama halnya dengan kriteria kredit, kriteria ini juga tidak wajib untuk dipenuhi, mengingat ada prosedur kerja yang terbilang cukup rumit untuk ditiru.

Keuntungan Bangunan Hijau bagi Lingkungan dan Ekonomi Nasional
Di era modern ini, konsep green building certification makin gencar diterapkan di Indonesia. Selain tampak asri secara fisik, gedung yang menganut konsep ini juga turut mengadopsi prinsip keberlanjutan dalam tiap langkah pembangunan dan operasionalnya. Jadi, bukan hanya pemilik usaha dan karyawan terkait yang mendapatkan keuntungan dari pembangunan gedung yang memiliki sertifikat green building, namun juga lingkungan. Soalnya, konsep ini berpotensi mengurangi timbulnya risiko kerusakan alam sekitar.
Bangunan yang telah mengantongi sertifikasi hijau umumnya lebih menekankan konservasi sumber daya alam secara bertanggung jawab, contohnya penggunaan energi air dan pengolahan bahan baku lainnya yang berasal dari alam. Melalui pemanfaatan sistem pencahayaan alami, penghematan energi air, serta penggunaan keanekaragaman hayati sebagai alat bangunan, biaya operasional seperti tarif listrik dan anggaran perawatan properti dapat ditekan secara signifikan.
Selain menguntungkan dalam segi ekonomi, ide kreatif ini juga mampu membantu mengurangi jejak karbon. Makanya, bangunan yang terbukti ramah lingkungan, nyaman ditempati, dan hemat energi, cenderung lebih diminati oleh masyarakat maupun investor. Hal tersebut dapat memperkuat posisi daya saing di pasar sekaligus meningkatkan reputasi mitra industri atau pemilik usaha sebagai pihak yang dianggap memiliki rasa peduli terhadap kelestarian alam.
Setiap pelaku usaha yang turut memasukkan unsur keberlanjutan dalam setiap rancangan bangunannya bisa dibilang punya komitmen tinggi untuk menciptakan suasana hunian yang lebih ramah lingkungan. Meskipun sangat bergantung pada sumber daya alam, setiap aspek seperti desain, pemilihan material, hingga pembuatan sarana prasarana dituntut harus berpaku pada efisiensi, prinsip keberlanjutan lingkungan, dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Contoh Peraih Green Building Certification di Indonesia
Tak hanya itu, sertifikasi bangunan hijau juga dapat mempermudah tercapainya insentif pemerintah atau bantuan subsidi. Suasana yang asri dan ramah lingkungan juga mampu mengurangi beban pikiran para pengunjung ataupun penghuni gedung. Masyarakat setempat pun bisa lebih terlibat dalam aktivitas yang tergolong lebih produktif karena punya kondisi mental yang sehat.
Tidak hanya diterapkan oleh negara-negara di dunia, Indonesia juga tidak mau ketinggalan! Menara BNI menjadi salah satu bukti nyata yang mencerminkan konsistensi Indonesia terhadap sertifikasi bangunan ramah lingkungan.
Menara BNI adalah sebuah bangunan perkantoran milik pemerintah di bilangan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Gedung ini sukses meraih sertifikasi GREENSHIP GOLD dari Green Building Council Indonesia (GBCI), dan menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dalam mewujudkan prinsip keberlanjutan lingkungan dalam mekanisme pembuatan gedung.
Demi mewujudkan ambisi besar ini, BNI melakukan kerja sama bersama Ecobuild Green Building Consultant dan Gunung Dua Permai. Bank BUMN ini menghubungkan kemampuan mereka dengan visi untuk membangun sebuah gedung yang efisien, ramah lingkungan, dan dapat bertahan lama.
Selama proses sertifikasi, Menara BNI telah berusaha keras menunjukkan kinerja unggul di berbagai kategori penilaian, seperti pengembangan lahan secara tepat, efisiensi energi, hingga manajemen lingkungan bangunan. Selain itu, Menara BNI juga sukses meraih pencapaian tertinggi pada kategori Sumber Daya dan Siklus Material dengan skor sempurna, yakni sebanyak 76 poin.
*Penulis merupakan mahasiswa aktif, tengah magang mandiri di Validnews.id.
Referensi: