17 Oktober 2025
16:00 WIB
Dating App Fatigue: Kenapa Swipe Di Aplikasi Kencan Sudah Tak Lagi Seru?
Dating app fatigue adalah kelelahan emosional dan mental akibat penggunaan aplikasi kencan secara terus-menerus tanpa hasil yang berarti. Kondisi ini memengaruhi isi hati dan pikiran penderita.
Penulis: Oktarina Paramitha Sandy
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi penggunaan dating app yang memperlihatkan ikon hati dan seorang potret pria pada sebuah handphone. Shutterstock/oatawa.
Buat Sobat Valid yang pernah menggunakan aplikasi kencan, apakah kamu masih ingat saat pertama kali mengunduhnya? Rasanya menyenangkan, bukan?
Setiap notifikasi match muncul, langsung membuat jantung berdebar dan menumbuhkan rasa penasaran. Siapa tahu, kali ini kamu bertemu seseorang yang cocok.
Namun, seiring waktu, antusiasme itu perlahan memudar dan tak semenyenangkan seperti saat pertama. Aplikasi yang dulu terasa seru, kini hanya menjadi ikon di layar ponsel, jarang dibuka, atau bahkan membuat kamu merasa lelah setiap kali mencoba berinteraksi dengan orang-orang di dalamnya.
Kalau Sobat Valid merasa seperti itu, kamu tidak sendirian. Banyak pengguna aplikasi kencan yang dulunya antusias, kini justru merasakan kebosanan, bahkan kelelahan emosional.
Aktivitas yang awalnya penuh harapan, berubah menjadi rutinitas yang terasa kosong. Pertanyaannya, mengapa sesuatu yang dirancang untuk mendekatkan orang justru membuat banyak penggunanya merasa jenuh?
Fenomena ini dikenal dengan istilah dating app fatigue, yakni kondisi kelelahan emosional dan mental akibat penggunaan aplikasi kencan secara terus-menerus tanpa hasil yang berarti. Ini bukan sekadar rasa bosan sesaat, melainkan bentuk keletihan yang bisa memengaruhi suasana hati, cara berpikir, dan bahkan cara kita membangun hubungan di dunia nyata.
Berdasarkan penelitian berjudul Coping with Mobile-Online-Dating Fatigue and the Negative Self-Fulfilling Prophecy of Digital Dating (2025) sekitar 14% pengguna aplikasi kencan mengalami gejala kelelahan emosional seperti stres, kekecewaan, dan menurunnya rasa percaya diri akibat interaksi digital yang berulang dan dangkal. Penelitian ini juga menemukan bahwa semakin sering seseorang mengandalkan aplikasi kencan untuk mencari validasi sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami kelelahan digital atau yang disebut dating app fatigue.
Sobat Valid mungkin tidak sadar mengalami hal tersebut. Terlebih, setelah ratusan swipe dan puluhan percakapan, koneksi yang kamu harapkan tidak kunjung datang.
Akhirnya, Sobat mulai merasa jenuh, sulit percaya, dan bahkan mempertanyakan tujuan menggunakan aplikasi itu. Bukan karena tidak ingin berkenalan, tapi karena prosesnya terasa melelahkan dan tidak lagi memberi makna.
Di era digital yang serba cepat ini, fenomena lelah kencan online menjadi cerminan dari cara kita berhubungan, serba instan, minim kedalaman, dan penuh ekspektasi. Generasi muda yang tumbuh bersama teknologi kini harus menghadapi dilema baru: di satu sisi ingin menemukan koneksi yang tulus, di sisi lain justru terjebak dalam siklus interaksi yang dangkal dan berulang.
Apa Itu Dating App Fatigue?
Dating app fatigue adalah kondisi kelelahan emosional, mental, dan sosial yang muncul akibat penggunaan aplikasi kencan secara berlebihan atau dalam jangka waktu panjang. Ini bukan sekadar rasa “bosan” atau “malas” sesaat, tapi bentuk keletihan yang bisa benar-benar memengaruhi kesejahteraan psikologis kamu.
Penggunaan aplikasi kencan yang terus-menerus sering memunculkan ekspektasi tinggi, harapan untuk “klik”, dan keinginan untuk menemukan hubungan yang nyata. Namun kenyataannya tidak demikian. Dari situlah rasa frustasi muncul, dan akhirnya pengguna merasa kehilangan motivasi atau malah merasa sia-sia.
Berdasarkan penelitian berjudul Dating App Use and Wellbeing: An Application-Based Pilot Study Employing Ecological Momentary Assessment and Objective Measures of Use (2023), ditemukan bahwa waktu yang dihabiskan di aplikasi kencan dengan frekuensi notifikasi yang tinggi bisa memengaruhi mood, self-esteem, bahkan keinginan terus-menerus untuk membuka aplikasi tersebut.
Penelitian ini juga menunjukan, adanya korelasi negatif yang cukup kuat, semakin lama dan sering seseorang menggunakan aplikasi, semakin besar kemungkinan mereka mengalami penurunan mood serta gangguan pada persepsi diri.
Jadi, kalau Sobat Valid pernah merasa seperti sedang “berputar di tempat” saat menggunakan aplikasi kencan, mungkin ini alasannya. Selain itu, budaya tampil “sempurna” di aplikasi kencan juga memperparah situasi. Foto yang dikurasi, bio yang dirancang sedemikian rupa, serta ekspektasi tinggi yang muncul dari kesan pertama membuat banyak pengguna mengalami kekecewaan ketika kenyataan tidak seindah profilnya.
Semua pengalaman itu bisa menumpuk menjadi beban emosional yang nyata buat penggunanya.
Kenapa sih, sesuatu yang awalnya terasa menyenangkan seperti aplikasi kencan, malah bisa bikin kelelahan? Dikutip dari tulisan Dating Apps Get Personal to Counter Fatigue Among Gen Z oleh Financial Times, banyak pengguna merasa aplikasi kencan lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas. Di mana, kurangnya koneksi nyata dan adanya tekanan untuk tampil sempurna di profil menyumbang pada penurunan kepuasan pengguna terhadap pengalaman mereka di aplikasi.
Dari hasil riset, bisa dsimpulkan ada beberapa hal penyebab kelelahan macam ini.
1. Terlalu Banyak Pilihan (Choice Overload)
Sekilas, punya banyak pilihan terlihat menguntungkan. Tapi dalam kenyataannya, terlalu banyak opsi justru bisa membuat kamu kewalahan. Fenomena ini dikenal sebagai decision fatigue, ketika otak kamu kelelahan karena harus membuat keputusan terus-menerus untuk swipe kanan atau kiri, mulai chat atau abaikan saja, lanjut atau berhenti.
Akibatnya, penggunanya kehilangan fokus dan motivasi untuk benar-benar mengenal satu orang. Pengguna malah cenderung terus mencari “yang lebih baik”, padahal belum tentu ada. Lama-lama, proses memilih ini terasa seperti beban, bukan kesempatan.
2. Kurangnya Koneksi Emosional
Meskipun aplikasi kencan mempermudah pertemuan, interaksi yang terjadi di dalamnya sering kali terasa dangkal. Percakapan yang dimulai dari sapaan sederhana seperti “lagi ngapain?” atau “udah makan?” jarang berkembang menjadi obrolan yang lebih bermakna.
Hubungan yang terbentuk pun cepat menguap, satu pesan tidak dibalas, lalu obrolan berhenti begitu saja.
3. Ilusi Algoritma dan Ekspektasi yang Tidak Realistis
Aplikasi kencan sering kali menanamkan harapan bahwa pasangan ideal cuma sejauh satu swipe saja. Padahal, algoritma yang digunakan sebenarnya hanya mencocokkan beberapa hal, seperti foto, usia, dan lokasi. Kenyataannya, sebagian besar interaksi tidak sesuai ekspektasi. Kamu berharap menemukan seseorang yang klik, tapi justru sering merasa kecewa. Semakin sering hal itu terjadi, semakin besar rasa frustrasi dan penurunan motivasi untuk melanjutkan pencarian.
4. Tekanan Sosial dan Fear of Missing Out (FOMO)
Ada tekanan tersendiri dalam budaya kencan digital. Kamu mungkin merasa harus terus aktif karena takut kehilangan “orang yang tepat”. Belum lagi dorongan sosial yang muncul ketika teman-temanmu membicarakan keberhasilan mereka menemukan pasangan lewat aplikasi.
Bagi sebagian orang, jumlah match bisa menjadi ukuran nilai diri. Semakin banyak match, semakin tinggi rasa percaya diri. Tapi kalau match berkurang atau tidak ada yang berlanjut, harga diri pun ikut turun. Tekanan seperti ini perlahan menggerus rasa nyaman dan membuat kamu terus berada dalam siklus stres yang sama.
5. Ketergantungan Digital dan Siklus Dopamine Loop
Aplikasi kencan dirancang agar kamu selalu ingin kembali. Setiap kali ada notifikasi atau match baru, otakmu melepaskan dopamine, hormon yang menciptakan rasa senang dan puas sesaat. Tapi efek ini cepat hilang, dan kamu terdorong untuk mencari sensasi yang sama lagi dan lagi.
Lama-lama, penggunanya bisa terjebak dalam siklus dopamine loop, di mana pengguna melakukan swipe bukan karena benar-benar ingin berkenalan, tapi karena ingin mengejar perasaan menyenangkan sesaat. Akibatnya, aktivitas yang seharusnya bermakna berubah menjadi kebiasaan tanpa arah.
Dating App Fatigue dan Masalah Kesehatan Mental
Kalau kamu merasa semakin sering lelah secara emosional setiap kali berinteraksi di aplikasi kencan, percayalah, itu bukan sekadar perasaan yang dibayangkan. Kelelahan seperti ini punya kaitan yang nyata dengan kondisi kesehatan mental. Dating app fatigue bukan hanya tentang rasa bosan mencari pasangan secara online, tapi juga merupakan sinyal bahwa sistem emosional kamu sedang kewalahan menghadapi tekanan dari interaksi sosial yang serba cepat, dangkal, dan berulang. Kelelahan dari aplikasi kencan juga berdampak pada keseimbangan hidup seseorang secara menyeluruh.
* Penulis merupakan kontributor di Validnews.id
Referensi: