15 Juli 2021
17:18 WIB
Tidak semua orang terlahir dengan gigi yang rata dan indah dipandang. Ada orang-orang yang perlu melalui usaha dan proses yang tidak sebentar demi mendapatkan gigi yang rapi. Lewat deretan gigi yang teratur itulah, mereka lebih percaya diri dalam menebarkan senyum.
Lain dulu, lain sekarang. Begitulah kira-kira fenomena pemakaian behel. Dahulu, kita mungkin merasa malu memakai kawat gigi. Sekarang, kawat gigi justru seakan menjadi bagian dari fesyen dan tren yang membuat pemakainya tampak modis.
Kita sudah biasa melihat anak muda hingga orang tua memakainya. Jika tadinya sekadar alat untuk meratakan deretan gigi, kini menjadi bagian dari lifestyle.
Di Amerika, anak-anak muda tidak ragu-ragu lagi memakai behel berkat aktor Tom Cruise. Ya, dia memakai behel untuk gigi atas dan bawahnya pada sekitar tahun 2002. Sejak itu, kawat gigi berubah imej.
Sejak dulu, lilitan dari bahan metal ditemukan oleh arkeolog pada gigi-gigi mayat manusia yang diawetkan dengan balsam atau kita kenal dengan sebutan mumi.
Lilitan bahan metal itu dipercaya sebagai alat untuk menahan gigi-gigi mumi agar tidak merenggang. Namun, saat itu rahasia penciptaan behel belum terungkap.
Aristoteles dan Hippocrates, dua filsuf Yunani yang populer, berpikir mengenai metode-metode untuk memperbaiki macam-macam kondisi gigi. Mereka hidup pada 400-500 SM.
Sementara, dalam Surat Golden Age, penguasa Yunani sudah mengubur mati orang-orang dengan peralatan yang dipakai untuk mencegah gigi-gigi mereka runtuh.
Di Mesir, peneliti menemukan gigi-gigi yang terikat kawat emas di sebuah makam Romawi. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya sudah sangat lama mengenal dan menggunakan behel.
Seorang dokter gigi bernama Pierre Fauchard menulis The Surgeon Dentist, sebuah buku yang terbit pada 1728. Alat bernama pita pengikat rambut yang berbentuk tapal kuda dari logam digunakan Fauchard pada saat itu.
Pada 1887, Edward Hartley Angle menyusul dengan alat terapi gigi dan tata penggolongan sederhana untuk letak gigi yang tidak teratur.
Hingga kini, alat tersebut masih digunakan.
Berikutnya, Bourder pada 1957 mengupas tentang baris geligi dan pemakaian alat terapi dalam mulut melalui bukunya yang berjudul The Dentist Art. Selanjutnya buku ini menjadi rujukan dalam ilmu merapikan gigi memakai teknik behel atau alat bantu lainnya.
Behel pun berkembang sejalan dengan perubahan teknologi. Kini, kita bisa melihat bentuk behel yang bermacam-macam. Bukan hanya berbahan kawat dan besi, tapi juga emas berlian. Dapat dilepas atau menetap di gigi, bisa dipilih.
Bahkan, tak jarang kita melihat behel yang sekadar menjadi penghias gigi.
Namun, harus dicatat, apapun bahannya, modelnya, dan jenisnya, behel tidak boleh dipasang dengan sembarangan. Pemasangan behel harus dilakukan oleh dokter gigi spesialis terapi gigi. Dengan pemakaian yang aman, kawat gigi bukan hanya menjadi bagian dari tren yang indah dipandang, tapi juga aman, nyaman, dan bekerja sesuai prinsip kerjanya: Merapikan gigi.
Referensi:
M., Zaenuddin H. (2015). Asal-Usul Benda-Benda di Sekitar Kita: Tempo Doeloe. Jakarta: CHANGE.