14 Oktober 2022
18:30 WIB
Penulis: Mohammad Widyar Rahman
Editor: Rikando Somba
Sejatinya, bahan baku plastik memang berasal dari minyak bumi. Plastik terbuat dari hidrokarbon petrokimia dengan tambahan aditif seperti sebagai penghambat api, penstabil, dan oksidan yang membuatnya sulit untuk terurai secara alami.
Pengolahan kembali sampah plastik menjadi bahan bakar minyak merupakan proses yang menjanjikan di antara energi alternatif yang sedang dikembangkan. Pengolahan tersebut melalui proses yang dikenal sebagai perengkahan pirolisis hidrotermal untuk mengubah sampah plastik padat menjadi fraksi bensin cair.
Keuntungan dari proses pirolisis ini adalah dihasilkannya bahan bakar alternatif. Apalagi, tambahan penggunaan katalis pada proses pirolisis dapat meningkatkan produksi fraksi bensin dari 40,38% menjadi 47,56%.
Saat ini, dikenal banyak jenis plastik yang beredar. Secara umum berbagai jenis plastik tersebut memiliki komposisi yang berbeda. Produk plastik diproduksi secara berbeda untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. Misalnya, plastik jenis PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, dan PS.

Ternyata, berdasarkan karakteristik kimia dari jenis-jenis plastik tersebut, tidak semua jenis plastik dapat diproses melalui pirolisis untuk menghasilkan bahan bakar. Menurut Erdogan (2020), jenis plastik yang memberikan hasil terbaik untuk menghasilkan bahan bakar berasal dari jenis plastik HDPE, PP dan PS.
Berdasarkan karakteristik, diantaranya nilai calorific value, viscosity, density, flash point dan octane number (RON) dari ketiga jenis plastik tersebut mendekati atau sesuai dengan karakteristik bahan bakar bensin dan diesel. Misalnya, calorific value HDPE, PP dan PS masing-masing 40,5 MJ/kg, 40,8 MJ/kg, dan 43,0 MJ/kg, sedangkan calorific value bensin sebesar 42,5 MJ/kg dan diesel 43 MJ/kg.
Sementara itu, jenis PET dan PVC jarang mendapat perhatian dari para peneliti karena menghasilkan rendemen minyak yang sangat rendah dibandingkan dengan jenis plastik lainnya. Bahkan, pirolisis tidak dianjurkan untuk beberapa jenis plastik seperti PVC karena selain memberikan hasil yang rendah, PVC mengandung zat berbahaya.
Baca juga: Sinis Pada Plastik Jadi Bisnis Menarik
Dari keuntungan proses ini, tentunya dapat menjadi alternatif solusi atas tingginya sampah plastik. Menurut data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) KLHK, secara nasional timbulan sampah harian di Indonesia mencapai 83.367,60 ton atau mencapai 30.429.174,09 ton per tahun. Dari total tersebut komposisi sampah plastik mencapai 17,65%.
Di sebagian besar negara berkembang, pembuangan terbuka atau pembuangan sampah adalah praktik umum untuk pengelolaan sampah plastik. Jika proses pengolahan sampah plastik menjadi bahan yang bernilai ini diterapkan, bisa dipastikan dapat memainkan peran penting untuk mengurangi polusi lingkungan terkait limbah dan emisi GRK. Tidak kalah pentingnya dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang besar terutama dalam membentuk circular economy.
Referensi:
Erdogan, S. (2020). Recycling of Waste Plastics into Pyrolytic Fuels and Their Use in IC Engines. In B. Llamas, M. F. O. Romero, & E. Sillero (Eds.), Sustainable Mobility. IntechOpen.
https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/ [diakses pada tanggal 11 Oktober 2022]
Miandad R, M Rehan, M A. Barakat, A S Aburiazaiza, H Khan, I M I Ismail, J Dhavamani, J Gardy, A Hassanpour, Abdul-Sattar Nizami. 2019. Catalytic Pyrolysis of Plastic Waste: Moving Toward Pyrolysis Based Biorefineries. Front. Energy Res., 7 (27): 1-17.
Pahlevi A, A Altway, O Rachmaniah, A Slamet, T Widjaja. 2022. Distillation of Pyrolysis Results from Mixed Used Plastic and Palm Oil in The Fractionation Column to Produce the Gasoline Fraction, with RON Analysis: Experiments and Modeling. Journal of Hunan University (Natural Sciences), 49 (2): 123-127.