- Nasional
Vaksin Merah Putih Diharap Bisa Produksi Di Kuartal III 2021
14 Januari 2021 , 20:54

JAKARTA – Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, vaksin covid-19 buatan dalam negeri, vaksin merah putih, kemungkinan tak bisa tersedia di 2021. Sebab proses penelitian vaksin yang dilakukan tujuh institusi ini belum selesai dan terus berlangsung hingga kini.
"Diskusi kami dengan teman-teman lembaga penelitian memang timeline ini tidak mungkin bisa selesai vaksinnya di 2021. Maka vaksin merah putih tak masuk di program suplai kita untuk penanganan covid-19 di 2021," ujarnya saat Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR, Kamis (14/1).
Tujuh institusi itu yakni Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Honesti mengatakan, tim peneliti di masing-masing institusi itu mengembangkan vaksin dengan platform yang berbeda. LBM Eijkman, contohnya, menggunakan bibit vaksin dari protein rekombinan. Ini adalah platform yang sama yang dikembangkan Novavax.
Dari semua pengembangan itu, diprediksi yang paling cepat selesai prosesnya adalah LBM Eijkman. Bio Farma sendiri sudah bekerja sama dengan LBM Eijkman sejak awal, sebab platformnya sudah pernah mereka gunakan, misalnya untuk vaksin Hepatitis B.
"Kalau bibit vaksin dari Eijkman ini sampai di kami di kuartal I 2021, kemudian kami akan proses yang namanya karakterisasi, uji klinis, dan segala macamnya. Kalau semuanya berjalan lancar, kemungkinan di kuartal III kita sudah bisa memproduksi vaksin merah putih," kata dia.
Menurut Honesti, produksi vaksin merah putih diperlukan untuk kemandirian kesehatan ke depannya. Mengingat sampai saat ini belum diketahui jangka waktu ketahanan efektivitas vaksin dari yang sudah ada, sehingga akan membutuhkan vaksinasi kembali (booster).
"Jadi kita tidak bergantung lagi ke barang-barang impor. Pengalaman kita selama pandemi ini ketergantungan yang sangat tinggi itu membuat kita juga susah untuk mendapat suplai," ungkap Honesti.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa ketahanan itu sebenarnya baru dari sisi platform vaksinnya. Sedangkan untuk kapasitas produksinya, saat ini hanya Bio Farma sebagai satu-satunya industri farmasi di Indonesia yang bisa memproduksi vaksin untuk manusia.
Masalah Sertifikasi
Honesti menjelaskan, produksi vaksin berbeda dengan produk-produk farmasi lain. Proses produksi vaksin harus dengan standar nilai tertinggi, di mana belum ada lagi industri farmasi di Indonesia yang sanggup melakukan itu selain Bio Farma.
"Memang sampai hari ini belum ada satu pun industri farmasi di Indonesia yang memiliki sertifikasi untuk membuat vaksin (manusia). Ada satu pabrik farmasi di daerah Bogor, mereka hanya mampu membuat vaksin hewan," ucap dia.
Berdasarkan arahan dari Menteri Kesehatan, Menteri Riset dan Teknologi, dan Menteri BUMN, maka Bio Farma diminta mendampingi industri farmasi lain untuk meningkatkan kemampuan produksi mereka agar bisa menjadi produsen vaksin untuk manusia.
"Jadi kita akan bekerja sama antara BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dengan swasta untuk bisa sama-sama meningkatkan kapasitas produksi untuk vaksin ini, terutama nanti untuk vaksin merah putih," tegas Honesti.
Bio Farma juga berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan audit terhadap fasilitas-fasilitas produksi vaksin itu. Ke depan, diharapkan Bio Farma dan industri farmasi lain bisa secara paralel meningkatkan kapasitas produksi.
Diketahui bahwa Bio Farma punya dua fasilitas produksi vaksin dengan kapasitas produksi totalnya 250 juta dosis per tahun. Tetapi baru satu fasilitas yang sudah mendapat sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM untuk produksi vaksin covid-19.
"Audit berikutnya yang fasilitas 150 juta dosis. Jadi insyaallah setelah audit dari BPOM proses pada Februari selesai, lalu Maret dapat CPOB. Maka satu lagi produksi bisa akan kita lakukan dengan menggunakan fasilitas produksi yang baru," jelas Honesti. (Wandha Nur Hidayat)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN