• Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Nasional

Upaya Semesta Meredam Kekerdilan

Ibu hamil yang kemungkinan melahirkan anak stunting harus mendapatkan pengawasan ketat
14 Januari 2021 , 21:00
Ilustrasi ibu hamil. Shutterstock/dok
Ilustrasi ibu hamil. Shutterstock/dok

JAKARTA – Lia Monica (33) terlihat kebingungan saat warung sayur langganannya kehabisan tempe dan tahu. Tapi dia tak lantas pergi. Bola matanya tetap bergerak liar mengamati semua jenis makanan yang ada. Lia kemudian menjatuhkan pilihannya pada setumpuk kentang.

“Memang tempe dan tahu itu merupakan lauk makanan yang bergizi nan murah dan menjadi menu favorit keluarga,” kata Lia kepada Validnews, Rabu (13/1).

Lia belakangan memang agak hati-hati memilih asupan makanan yang akan dikonsumsinya. Usia kandungannya sudah 8 bulan. Lia sadar, nutrisi ibu hamil menjadi faktor utama penentu kesehatan janin. Makanya, dia pusing bukan main saat tempe dan tahu hilang dari peredaran, seperti yang sempat terjadi di awal tahun.

Dosen gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Hardinsyah MS mengatakan, ibu hamil seperti Lia sangat membutuhkan asupan lauk pauk yang mengandung protein tinggi. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekerdilan atau stunting.

Pada prinsipnya, kata Hardinsyah, upaya menurunkan angka stunting sama dengan halnya menurunkan angka kasus covid-19. Ibu hamil yang dinilai berpotensi melahirkan anak stunting harus mendapatkan pengawasan ketat. Misalnya, pengawasan ibu hamil yang memiliki berat badan tak ideal pada semester pertama masa kehamilan. Berat badan ibu hamil rata-rata bertambah 12 kilogram.

“Itu harus dipantau. Kalau dia miskin, dibantu. Kalau dari keluarga mampu harus diedukasi biar mau beli lauk pauk yang bergizi dan buah-buahan,” ujar Hardinsyah kepada Validnews.

Apabila kesadaran semua pihak soal pencegahan stunting tinggi, Hardinsyah optimis, target menurunkan angka stunting hingga 14% pada 2024 akan terwujud.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka stunting di Tanah Air saat ini sebesar 27,67% per 2019. Sementara itu, batas minimal angka stunting yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) di setiap negara yakni 20%.

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2020 memang belum bisa dilakukan akibat pandemi. Namun, kalau merujuk data 2019, ada empat provinsi yang sudah memiliki prevalensi di bawah 20%, yakni Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Bali, dan DKI Jakarta.

Satu hal yang jadi masalah, jarak dengan provinsi lain masih cukup tinggi. Beberapa provinsi, seperti Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT), prevalensi stunting-nya bahkan masih di atas 40%.

Saran Hardinsyah pun terbilang sederhana agar bayi terhindar dari stunting. Bayi harus mendapatkan air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan pertama. Namun pada masa itu, kondisi kesehatan si ibu juga harus tetap terjaga. Hardinsyah sangat yakin, ibu yang sehat akan menghasilkan ASI yang bergizi.

Barulah, setelah enam bulan, bayi diberikan makanan pendukung ASI (MP-ASI). Menurut Hardinsyah, MP-ASI yang baik adalah makanan yang memiliki tekstur lembut atau bisa dilumat bayi.

Saat usia bayi satu tahun, makanannya dapat ditambah dengan lauk pauk dan sayur-mayur. Pemberian ASI pada anak idealnya hingga usia dua tahun. Bagi ibu yang sulit memberikan ASI kepada anaknya, entah itu karena masalah kesibukan ataupun produksi ASI bermasalah, mereka berkonsultasi ke ahli atau petugas kesehatan.

“Baru setelah itu diberikan pengarahan. Itu sebabnya, sangat penting mencegah stunting di waktu kehamilan,” tegasnya.

Persoalannya, masyarakat masih minim mendapatkan edukasi terkait pencegahan stunting. Padahal, menurut Peneliti Madya Bidang Kepakaran Pangan dan Gizi, Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna (P2TTG), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ainia Herminiati, pencapaian target angka stunting 14% sangat tergantung pada perilaku masyarakat.

“Di atas (pemerintah) programnya bagus, tapi di bawahnya (masyarakat) tidak jalan. Konvergensi di bawah masih kurang,” kata Ainia.

Sebagai contoh, pemerintah telah memberikan petani bibit tanaman padi yang mengandung mineral dan zinc. Nantinya setelah panen, beras yang mengandung mineral dan zinc tersebut wajib dikonsumsi oleh si petani. Namun nyatanya, beras yang bagus untuk mencegah stunting itu malah dijual.

Dia menilai, yang paling penting dalam upaya menekan angka stunting adalah edukasi. Masyarakat kelas bawah mayoritas belum paham betul akan ancaman stunting. Mereka lebih doyan untuk fokus pada hal-hal yang sifatnya memuaskan diri sendiri.

“Misalnya ada bapak yang mengutamakan membeli rokok ketimbang membeli makanan yang bergizi, malah ada yang nikah lagi,” kata dia.

Dampak Pandemi
Situasi pandemi covid-19 sekarang lebih mengkhawatirkan. Turunnya pendapatan para kepala keluarga saat pandemi rentan menurunkan kualitas dan porsi makanan yang memiliki nilai gizi cukup. Dia berkata, kira-kira sebanyak 24 juta balita berisiko mengalami kurang gizi selama masa pandemi ini.

Keberadaan program bantuan langsung tunai (BLT) dari Kementerian Sosial (Kemensos) memang dapat menjadi penawar. Namun, permasalahan bakal kembali muncul jika si penerima tidak bisa mengelola dengan tepat bantuan yang diberikan oleh pemerintah. 

“Di sini kan peran dari aparat setempat juga diperlukan,” katanya.

Untuk itu, kata Ainia, perlu disediakan komoditas esensial yang kaya nutrisi untuk anak-anak. Perlu ada upaya bersama baik dari pihak swasta maupun pemerintah untuk saling berkolaborasi mendukung tersedianya akses produk bernutrisi bagi anak-anak Indonesia.

Senada dengan Ainia, ahli gizi dan penulis buku tentang gizi, Rita Ramayulis mengatakan, pandemi sangat berpengaruh pada sektor perekonomian. Banyaknya orang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga akhirnya berdampak pada keuangan keluarga.

Apabila keuangan keluarga menurun, otomatis akses untuk mendapatkan makanan bergizi juga ikut menurun. “Adanya bantuan tunai dari pemerintah mestinya bisa mengatasi. Tapi kalau menurut prediksi  para ahli, tahun ini tahun tersulit untuk menurunkan kasus stunting,” kata Rita.

Meski situasi serba sulit, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tetap menginstruksikan para menterinya agar melakukan intervensi penurunan stunting sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. Intervensi percepatan penurunan stunting yang terintegrasi harus terus dioptimalkan.

Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Lenny N Rosalin mengatakan, KPPPA sejauh ini telah melakukan tiga pendekatan dalam menurunkan angka stunting. Kordinasi, pembuatan model, dan edukasi kepada masyarakat adalah yang diambil.

Salah satu bentuk koordinasi yang dimaksud Lenny yakni terkait pencegahan perkawinan anak. Pemerintah yakin, perkawinan yang terjadi pada usia muda merupakan awal masalah dari terjadinya stunting.

Selain menimbulkan risiko penyakit reproduktif, perkawinan anak juga akan menimbulkan kompetisi pemenuhan zat gizi antara ibu yang masih tumbuh dengan janin yang juga masih memerlukan makanan. Biasanya yang dikalahkan adalah janin sehingga janin tidak tumbuh dan kembang sebagaimana biasanya. Dengan kata lain, bayi rentan lahir kurang dari 2.500 gram dan panjang kurang dari 48 sentimeter.

Selanjutnya, upaya koordinasi dilakukan untuk memperkuat kawasan tanpa rokok (KTR) melalui kabupaten/kota layak anak (KLA), desa/kelurahan layak anak serta di tingkat keluarga.

Merokok disebut Lenny memiliki aspek yang sangat luas. Selain menurunkan belanja untuk rumah tangga, asap rokok juga menjadi racun yang mengganggu penggunaan oksigen di dalam tubuh, baik pada perokok maupun yang kena paparan asap rokok. 

Gangguan oksigen pada ibu hamil akan mengganggu perkembangan janin, sehingga bayi yang dilahirkan berpotensi stunting. Di samping itu, keberadaan asap rokok juga berpotensi mengganggu tumbuh kembang bayi.

Oleh karena itu, KPPPA mendorong agar ibu hamil mengonsumsi habis tablet tambah darah yang telah didistribusikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hal ini sangat penting sebagai upaya agar ibu hamil bebas dari anemia. Anemia sendiri tidak saja membuat anak yang dilahirkan stunting, tetapi juga berpotensi meningkatkan kematian ibu.

Selain itu, secara khusus dilakukan upaya menurunkan konsumsi gula, garam dan lemak (GGL). Hal ini untuk mengatasi masalah kegemukan dan penyakit tidak menular pada usia yang lebih muda.

Selain menguatkan koordinasi dengan kementerian atau lembaga lain, KPPPA juga melakukan upaya pencegahan stunting lewat pembuatan model, berupa Kampung Anak Sejahtera (KAS).Di kampung tersebut anak akan memperoleh haknya. Seperti hak memperoleh ASI, memperoleh MP-ASI, memperoleh air bersih, jamban, dan berbagai kebutuhan dasar lainnya. Saat ini, KAS dikembangkan di 8 kampung.

Pendekatan yang terakhir adalah edukasi masyarakat. Hal ini dilakukan dengan cara pendekatan kearifan lokal.

Di sisi lain, peran orang tua juga sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak. Orang tua harus menjauhkan anak dari perilaku merokok. Orang tua harus mengupayakan penyediaan air bersih untuk anak. Orang tua juga harus menyiapkan asupan makanan yang beragam dan cukup.

“Dan, bawalah secara rutin anak ke pos pelayanan terpadu (posyandu),” ujar Lenny.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menilai, peran ibu dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sangat penting. Ibu harus mengonsumsi makanan bergizi dan dapat menontrol berat badan. Selama hamil pun, setiap satu bulan berat badan harus naik 2 kilogram. 

“Jadi kita harus fokus untuk melindungi 1.000 HPK. Kalau misalkan ditemukan di lapangan itu ada kehamilan yang tidak sesuai dengan ukuran seharusnya, agar segera dilakukan tindakan, jangan sampai baru diketahui setelah bayi lahir,” katanya.

Sertifikat Pranikah
Hasto juga berpendapat, pencegahan stunting pada anak bisa dilakukan sejak pranikah. Setiap orang yang ingin melangsungkan pernikahan, harus benar-benar mempersiapkan diri, mulai dari kesiapan mental hingga ekonomi.

Baginya, persiapan pranikah akan membentuk keluarga yang berkualitas. Sebab masalah ekonomi, perceraian, keluarga yang tidak harmonis menjadikan salah sumber stunting.

Oleh sebab itu, BKKBN mendorong penerbitan aturan, semisal Peraturan Presiden, yang mewajibkan calon pengantin memiliki sertifikat pranikah dari BKKBN. Saat ini, sertifikat pranikah sifatnya tak wajib.

Hasto inginnya pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) dan Kantor Catatan Sipil tidak bisa dilaksanakan bagi setiap pasangan yang tidak memiliki sertifikat pranikah.

Untuk mendapatkan sertifikat pranikah, calon pengantin harus melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb), meminum tablet penambah darah, dan vaksin tetanus toksoid (TT).

Biaya untuk melakukan rentetan tes tersebut sangatlah murah, kurang lebih hanya Rp20 ribu. Namun, nyatanya masih banyak calon pengantin yang mengabaikannya.

Selain program pranikah, menjaga jarak kehamilan tak kalah pentingnya. Idealnya, jarak kehamilan pertama dan berikutnya tidak boleh kurang dari dua tahun. Menurut Hasto, masalah jarak kehamilan yang dekat ini menjadi salah satu penyumbang angka stunting di Indonesia. 

BKKBN juga berjuang sangat keras menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa usia yang ideal untuk menikah adalah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Jelas, pernikahan dini juga menjadi salah satu penyumbang terbesar angka stunting atau bisa disebut juga tengkes pada anak di Indonesia.

“Bayi-bayi yang lahir ukurannya di bawah standar itu hampir 23%,” kata dia. (Herry Supriyatna, James Manullang, Seruni Rara Jingga)

  • Share:

Baca Juga

Kultura

Tetap Sehat saat Terdampak Bencana Alam

  • 18 Januari 2021 , 18:07
Kultura

Sapioseksual, Orientasi Seksual Yang Tertarik Pada Kecerdasan

  • 11 Januari 2021 , 15:41
Kultura

Nikmatnya Wisata Kuliner di Banten

  • 07 Januari 2021 , 08:30

Tulis Komentar

Lupa Password?

ATAU

MASUK DENGAN

Facebook
Google+
Belum memiliki Akun? Daftar Sekarang

Belum ada komentar.

Vista

Ironi Si Pengolah Sandi


  • Terbaru

KKP Dorong Penetapan Tiga Kawasan Konservasi Di Kalimantan
23 Januari 2021 , 18:00

BPSPL Pontianak akan melakukan penilaian evaluasi efektivitas pengelolaan di delapan kawasan konservasi yang sudah ditetapkan dan melakukan pendataan jenis ikan terancam punah

Total Penyebaran Covid-19 di Indonesia Hampir Sejuta
23 Januari 2021 , 18:00

Angka kesembuhan capai 791.059. Angka kematian mendekati 28 ribu jiwa

Menjaga Asa Tanpa Laga
23 Januari 2021 , 18:00

Pandemi membuat suporter tidak lagi bisa memenuhi tribun stadion. Hanya kecintaan terhadap tim kesayanganlah yang membuat mereka tetap bertahan, meski tanpa kepastian

Menjaga Asa Tanpa Laga
23 Januari 2021 , 18:00

Pandemi membuat suporter tidak lagi bisa memenuhi tribun stadion. Hanya kecintaan terhadap tim kesayanganlah yang membuat mereka tetap bertahan, meski tanpa kepastian

PELUANG USAHA

Modal Minim Bisnis Reparasi Kereta Angin
22 Januari 2021 , 20:22

Peluang laba dari pengelolaan bengkel sepeda masih terbuka lebar meski tren kemudian turun

Buah Senarai Samar Kompetisi
21 Januari 2021 , 21:00

Kelanjutan kompetisi masih tanda tanya. Beban klub tak tersolusikan

Kandas Laba Dari Olahraga
19 Januari 2021 , 21:00

Tak semua cabor bisa diadakan online. Faktor sponsor tetap menentukan

Bertabur Teman Baru Di Tengah Pandemi
18 Januari 2021 , 21:00

Pembatasan selama pandemi ini rentan memunculkan perasaan keterisolasian

Mencari Pengganti Kedelai
16 Januari 2021 , 18:00

Protein nabati pada kedelai paling lengkap. Rasanya membuat sulit tergantikan

Makanan Beku Untuk Kondisi Tak Menentu
15 Januari 2021 , 21:00

Sekitar 60% orang Indonesia lebih banyak ngemil selama pandemi dibandingkan sebelumnya

  • Fokus
  • Paradigma

Gaya Hidup Sehat Dan Bisnis Apparel Yang Melesat
21 Januari 2021 , 18:38

Pada masa pandemi, tampilan kasual yang dipengaruhi gaya sporty, akan tetap penting bagi pelanggan, khususnya Gen Z.

Menelisik Tren Mobil Listrik
18 Januari 2021 , 13:00

Mobil listrik mulai dilirik. Namun baru sebagian kelompok yang mampu menjamahnya. Selain faktor harga, ketersediaan fasilitas pendukung teknologi ini juga jadi pertimbangan calon konsumennya.

Krisis Repetitif Kedelai
15 Januari 2021 , 16:00

Tingkat konsumsi kedelai masyarakat Indonesia mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 7,97 kg/kapita/tahun

PSBB Total, MRT Lakukan Penyesuaian Operasional
14 September 2020 , 10:47

Ada pembatasan jumlah penumpang menjadi 62 -67 orang dalam satu kereta

BERSAMA BIJAK TANGGAPI BENCANA

Urgensi Ketegasan Dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia
27 Maret 2020 , 20:00

Ada indikasi bahwa pemerintah seolah gamang, dalam mengambil tindakan tegas untuk penanganan Covid-19

MENYESAP BAHAGIA DENGAN BERDERMA

Tren Filantropi dan Potensi Kebaikan Hati
03 Februari 2020 , 18:19

Tren Filantropi dan Potensi Kebaikan Hati

 
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer & Privacy Policy
  • Kontak
© Copyright validnews.co. All rights reserved.