- Nasional
Uji Klinis Tahap 1 Vaksin Merah-Putih Medio 2021
27 Januari 2021 , 20:58

JAKARTA – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro mengatakan, uji klinis tahap pertama Vaksin Merah Putih diprediksi dimulai pada pertengahan 2021. Ini mengingat bibit vaksin baru akan diserahkan pemerintah kepada PT Bio Farma sekitar Maret tahun ini.
"Kalau melihat perkembangan dari beberapa platform Vaksin Merah Putih, yang relatif paling cepat di tahap laboratorium sampai pengembangan bibit vaksin, paling cepat uji klinis tahap satu mungkin sekitar pertengahan tahun ini," kata Bambang, Rabu (27/1).
Bambang mengatakan, sebenarnya Kemenristek hanya memiliki kendali waktu sampai tahap penyerahan bibit vaksin. Tahap setelah itu sudah menjadi tugas dan fungsi Bio Farma, mulai dari purifikasi, scaling up bibit vaksin, uji praklinis, hingga akhirnya uji klinis.
Adapun bibit vaksin yang dimaksud adalah yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dengan platform subunit protein rekombinan. Pengembangan bibit vaksin ini disebut yang tercepat selesai di antara lima platform Vaksin Merah Putih lain.
Bambang menuturkan, vaksinasi memakai Vaksin Merah Putih mutlak diperlukan untuk kemandirian Indonesia terhadap vaksin covid-19. Sebab, populasi Indonesia sangat besar, sehingga pemerintah tidak bisa bergantung sepenuhnya pada vaksin impor.
"Indonesia itu tidak boleh bergantung 100% pada vaksin impor. Karena Indonesia bukan negara kecil, Indonesia penduduknya 270 juta. Jadi sangat tidak masuk akal kalau kita hanya bergantung pada vaksin impor," ungkap dia.
Selain itu, kemandirian vaksin juga diperlukan karena vaksinasi covid-19 merupakan program yang berkelanjutan. Atas dasar inilah, menurut Bambang, tidak menjadi soal Vaksin Merah Putih masih dikembangkan ketika program vaksinasi sudah dimulai saat ini.
"Menurut rencana Kemenkes, vaksinasi akan selesai 15 bulan. Kita harapkan Vaksin Merah Putih barangkali bisa berpartisipasi pada bagian akhir dari vaksinasi yang pertama ini," ucap Bambang.
Dia juga menegaskan bahwa daya tahan tubuh yang ditimbulkan vaksin covid-19 tidak akan bertahan selamanya. Ada kemungkinan perlu vaksinasi ulang atau booster. Vaksin Merah Putih dapat berperan pada tahap ini, sehingga tidak perlu bergantung impor ke depannya.
Impor vaksin yang dilakukan pemerintah saat ini semata merupakan langkah mendesak, di mana kekebalan komunitas atau herd immunity harus segera dibentuk. Keberlangsungan herd immunity inilah yang akan dijaga dengan kemandirian Vaksin Merah Putih.
"Jadi kita harus perhatikan itu bahwa vaksin ini bukan one time event, tetapi itu adalah continuous event," tegas Bambang.
Vaksinasi sebagai program berkelanjutan juga mengingat adanya potensi mutasi virus yang dapat mengganggu kinerja vaksin. Meskipun sampai saat ini berbagai penelitian menyebut bahwa belum ada mutasi yang mengganggu kinerja pada vaksin apa pun yang ada saat ini.
Artinya, tegas Bambang, mutasi virus memang benar-benar terjadi, di mana jenis atau tipe virus berubah. Namun, sampai saat ini, belum mengganggu area pengembangan vaksin. Kendati demikian, mutasi virus harus terus dipantau untuk mengantisipasinya.
"Vaksin ini adalah peristiwa yang akan terus berlanjut. Baik perlunya revaksinasi apabila daya tahan tubuh akibat vaksin mulai turun. Maupun perlunya barangkali modifikasi dari vaksin apabila virusnya bermutasi pada tingkat yang bisa mengganggu kinerja vaksin," imbuhnya.
Bambang menyebutkan pemerintah juga akan mengembangkan alat pengukur antibodi, baik sebelum maupun sesudah divaksin. Alat ini bertujuan untuk mengetahui kadar antibodi yang dibentuk vaksin, serta mengetahui sisa antibodi setelah misalnya 6-12 bulan divaksin.
"Kalau antibodinya tidak ada tentu harus ada revaksinasi atau booster. Itu hanya bisa diketahui kalau kita mengembangkan test kit itu. Itu yang sedang dikembangkan di lingkungan Kemenristek, terutama oleh LBM Eijkman bekerja sama dengan BPPT," urai dia. (Wandha Nur Hidayat)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN