- Opini
Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksinasi Covid-19
18 Februari 2021 , 19:00

Oleh Mohammad Widyar Rahman*)
Program vaksinasi covid-19 yang diperuntukkan bagi garda terdepan dengan risiko tinggi, yaitu tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik, telah memasuki tahap kedua penyuntikan. Pemerintah pun terus berupaya menyosialisasikan program vaksinasi dengan beragam cara.
Logis, jika program ini terus ditingkatkan. Berdasarkan update vaksinasi covid-19 di Indonesia per 9 Februari 2021 (Kemenkes, 2021), sasaran vaksinasi tenaga kesehatan mencapai 1,46 juta orang.
Dalam hal ini, cakupan vaksinasi tahap I mencapai 57,55% dan tahap II mencapai 15,07%. Jumlah ini merupakan bagian dari total sasaran vaksinasi yang mencapai 181,55 juta orang secara nasional.
Penerapan vaksinasi yang kini dilakukan guna mencapai herd immunity bukan perkara mudah. Juga, bukan hal yang bisa dilakukan dalam jangka waktu yang singkat. Pencapaian herd immunity membutuhkan kesadaran kolektif semua pihak, terutama di tengah masyarakat, agar pandemi dapat terkendali.
Tantangannya, sebagian masyarakat Indonesia dihadapkan pada masih kentalnya kepercayaan yang bersifat turun temurun, norma dan nilai-nilai yang dianut, serta jaringan sosial yang dipandang sebagai suatu saluran untuk mengalirnya informasi.
Asumsi tradisional yang dianut dan diyakini, sangat berperan di tengah masyarakat. Padahal, orang tua/para pendahulunya boleh jadi menderita kekurangan informasi dan akses terhadap fakta sehingga memperoleh informasi yang salah. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki pemahaman yang lengkap tentang vaksinasi.
Mirisnya, kondisi tersebut telah berlangsung dalam waktu yang lama dan dapat menjadi penularan perilaku. Oleh sebab itu, seberapa baik dan benarnya informasi yang diterima masyarakat saat ini menjadi penting.
Artinya, kualitas informasi yang diterima masyarakat akan memengaruhi tingkat kepercayaan, pengetahuan, dan sikap setiap individu, yang kemudian dapat membangun persepsi guna memberikan penularan perilaku baik di masyarakat.
Pertanyaannya, bagaimana persepsi masyarakat terhadap program vaksinasi covid-19?
Hasil Survei
Pada 28 Januari–8 Februari 2021, Visi Teliti Saksama mengadakan survei online yang ditujukan kepada masyarakat pada rentang usia 18—59 tahun untuk menggali persepsi masyarakat terhadap program vaksinasi covid-19. Terhitung, terdapat 909 responden yang mengikuti survei ini.
Hasil profil responden menunjukkan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, yakni dengan persentase sebesar 79,4%. Sementara itu, responden berjenis kelamin perempuan hanya sejumlah 20,6%.
Dilihat dari usia, berdasarkan pengelompokkan usia yang dilakukan, sebagian besar berada pada rentang usia 24—40 tahun, yakni sebesar 52,6%. Disusul rentang usia 18—23 tahun (41,4%) dan sisanya berada pada rentang usia 41—59 tahun (6,1%).
Kemudian, dilihat dari domisili, sebagian besar berada di luar Jabodetabek, yakni sebanyak 57.3%. Sisanya, sebesar 42,7% responden berasal dari Jabodetabek.
Sementara itu, untuk sebaran tingkat pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 51,3% dan pendidikan diploma/S1 sebanyak 37,3%.
Dalam survei ini, aspek persepsi yang menjadi tolok ukur adalah tingkat kepercayaan, pengetahuan, pengalaman, dan sikap responden terhadap program vaksinasi covid-19. Selain itu, kami juga menggali sumber informasi yang telah mereka peroleh selama ini, terkait vaksinasi covid-19.
Hasilnya, dari total responden yang telah mengikuti survei ini, tingkat kepercayaan responden terhadap program vaksinasi covid-19 ini sangat tinggi. Hasil klasifikasi tingkat kepercayaan menunjukkan bahwa sebanyak 77% responden memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap penerapan vaksinasi covid-19. Meski masih ada sekitar 7,5% responden yang tidak yakin terhadap vaksinasi covid-19.
Apabila dilihat dari tingkat pengetahuan, sebanyak 98,7% telah mengetahui program vaksinasi yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini terlihat dari tingkat pengetahuan mereka terkait pentingnya protokol kesehatan 3M meskipun telah divaksin (95,2%), tingkat keamanan vaksin (86%), cara pemberian vaksin (98,8%), dan manfaat pentingnya vaksinasi di suatu daerah (88,6%).
Ketika ditanyakan terkait merek vaksin yang digunakan di Indonesia, sebanyak 52,8% responden menjawab tidak tahu. Namun, sebagian besar responden (86,1%) mengetahui bahwa merek vaksin yang sedang digunakan saat ini adalah Sinovac.
Survei ini pun menggali informasi terkait pengalaman responden. Disimpulkan, sebanyak 77,7% responden pernah mengikuti vaksinasi umum untuk penyakit lain, misalnya polio, campak, BCG, cacar, dan lain-lain. Namun, hanya ada 13,3% yang telah mengikuti vaksinasi covid-19. Malahan, sebanyak 3,19% dari 13,3% responden tersebut belum pernah mengikuti vaksinasi umum untuk penyakit lainnya.
Lebih lanjut, dalam kaitannya dengan sikap, survei ini menggali informasi terkait kesediaan responden untuk mengikuti vaksinasi covid-19. Hasilnya, sebanyak 81,2% responden bersedia untuk mengikuti vaksinasi covid-19 dan hanya 18,8% yang menolaknya. Ketika ditanya kesediaan untuk divaksin secara spesifik menggunakan Sinovac sebagaimana saat ini sedang dilaksanakan, responden yang menolak sedikit meningkat menjadi 21,3%.
Meski ada sedikit peningkatan penolakan, sebagian besar (70,6%) responden menilai Sinovac berada di antara kategori cukup baik hingga sangat baik. Lagi pula, dari 78,3% responden yang bersedia mengikuti vaksinasi dari pemerintah beralasan bahwa vaksinasi dapat mencegah tubuh terinfeksi covid-19 (74,7%), mencegah penularan covid-19 (65,6%), dan melindungi orang di sekitar dari covid-19 (58,6%).
Bahkan, jika harus mengikuti vaksinasi mandiri, dari 78,3% responden ini, hampir setengahnya bersedia untuk mengikuti vaksinasi mandiri.
Uji Korelasi
Berdasarkan hasil survei tersebut, penelitian ini juga mencoba menggali lebih dalam terkait hubungan antara tingkat kepercayaan, pengetahuan, dan pengalaman, terhadap sikap responden untuk mengikuti vaksinasi covid-19.
Dalam hal ini, tingkat kepercayaan, pengetahuan, dan pengalaman diklasifikasi ke dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Kemudian, dari hasil klasifikasi tersebut dilakukan uji korelasi dengan sikap responden untuk mengikuti program vaksinasi covid-19.
Hasil uji korelasi antara tingkat kepercayaan dan sikap responden untuk mengikuti program vaksinasi covid-19 ini, memperlihatkan adanya hubungan yang siginifikan antara tingkat kepercayaan dan sikap responden tersebut, X²(2, N=909) = 285,231; 0,000 < 0,05. Artinya, tingkat kepercayaan menentukan tingkat kesediaan responden untuk mengikuti vaksinasi covid-19.
Untuk hubungan antara pengetahuan dan sikap, hasil uji korelasi antara tingkat pengetahuan dan sikap responden untuk mengikuti program vaksinasi covid-19, memperlihatkan adanya hubungan yang siginifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap responden tersebut, X²(2, N=909) = 186,229; 0,000 < 0,05. Artinya, tingkat pengetahuan menentukan tingkat kesediaan responden untuk mengikuti vaksinasi covid-19 ini.
Kemudian, dilihat dari hubungannya dengan pengalaman, hasil uji korelasi antara tingkat pengalaman dan sikap responden untuk mengikuti program vaksinasi covid-19 memperlihatkan adanya hubungan yang siginifikan antara tingkat pengalaman dan sikap responden tersebut, X²(2, N=909) = 28,435; 0,000 < 0,05. Dengan kata lain, tingkat pengalaman menentukan tingkat kesediaan responden untuk mengikuti vaksinasi covid-19 ini.
Adapun batasan dari survei ini dalam menunjukkan data tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara umum atau generalisasi. Pada dasarnya, kami sebagai pelaksana survei berharap, survei ini dapat menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan. Utamanya, terkait penerapan program vaksinasi covid-19 dalam upaya untuk mencapai kekebalan secara sosial.
*) Peneliti Visi Teliti Saksama
Referensi:
Tim Riset Visi Teliti Saksama. 2021. Laporan Riset: Analisis Statistik Survei Persepsi Vaksin Covid-19. Unpublished Report, Visi Teliti Saksama.
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN