- Kultura
Tenun Endek Kini Berkolaborasi Dengan Dior
14 Januari 2021 , 09:41

JAKARTA – Gubernur Bali I Wayan Koster menandatangani Pernyataan Kehendak alias Letter of Intent/LOI dengan Marie Champey, Senior Vice President General Counsel untuk Christian Dior Couture. Perjanjian itu menandakan bahwa Dior akan menggunakan Endek Bali untuk koleksi Spring/Summer 2021.
Sebelum penandatanganan dilakukan, Indonesia dan Prancis telah aktif berkoordinasi sejak 25 September 2020. Kala itu, Christian Dior menyampaikan surat kepada Dubes RI di Paris. Dalam surat itu Dior menyebut, tertarik memakai kain endek Bali untuk koleksi Spring/Summer 2021.
Usai disetujui kedua belah pihak, pada 29 September 2020, Dior melakukan peluncuran koleksi yang dilaksanakan pada peragaan busana di Paris Fashion Week.
"Hubungan dan kerja sama ini tentu akan memberi motivasi dan meningkatkan semangat bagi perajin atau penenun tradisional Bali dalam berinovasi dan berkreasi, sekaligus melestarikan warisan budaya Bali yang adi luhung," ujar Koster dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri, Rabu (13/1).
Dubes RI Paris, Arrmanatha Christiawan Nasir menyatakan, adanya LOI ini menunjukkan bahwa di masa sulit pandemi ini masih terdapat keyakinan dan komitmen dari para pihak untuk memastikan agar kerja sama yang direncanakan tetap dapat berlangsung. Ia berharap, kerja sama ini bisa memberikan manfaat khususnya untuk pengembangan UMKM yang terlibat.
"LOI ini menjadi dasar bagi peluang-peluang kerja sama lainnya di masa mendatang dan menjadi contoh success story yang dapat diterapkan untuk kerja sama dengan provinsi lain di Indonesia," ujar Arrmanatha.
Apa Itu Tenun Endek?
Kini Bali dan Dior telah menyepakati kerja sama penggunaan kain endek. Nah, untuk kamu yang penasaran mengenai seluk beluk kain tenun Endek Bali, Validnews telah merangkum beberapa fakta menarik tentang kain itu.
Nama kain tenun khas Bali ini berasal dari kata 'Gendekan' atau Ngendek, yang artinya diam atau tetap, warnanya tidak berubah.
Kemudian Ngendek dimaknai dengan proses pembuatan saat benang kain diikat dan dicelupkan pada pewarna. Warna benang tidak berubah. Hal itulah yang kemudian orang Bali menyebutnya dengan 'Ngandek'.
Di setiap sudut Bali memiliki ciri khas dan penamaan kain tenun ini. Misalnya Endek Klungkung, Endek Gianyar dan lain sebagainya.
Kain tenun ini disebut-sebut sudah berkembang di Bali sejak pemerintahan Raja Dalem Watunegoro di Gelgel Klungkung, Bali. Sejak saat itu, Kain Endek terus berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya di Desa Sulang.
Menurut Luh Gede Widjayanti Lakhsmi Dewi dalam jurnal pendidikan sejarah menuliskan, tinggal dua produsen Kain Endek. Mereka adalah Tenun Endek Astika dan Usaha Tenun Endek Resya. Padahal perkembangan tenun Endek Sempat melesat pada 1985.
"Pemerintah mengucurkan bantuan dana dan pembinaan dari UNDP dan BUMN untuk mengembangkan kerajinan tenun endek di Desa Sulang," tulis Widjayanti. Namun, sayangnya, hal itu kini terhenti.
Kain tenun Endek punya motif beragam. Sama seperti kain tenun khas daerah lain, setiap motif memiliki makna tersendiri. Selain itu, setiap motif juga memiliki kegunaan tersendiri, ada motif khusus acara formal, keagamaan, hingga untuk pemakaian sehari-hari.
Selain itu, kain tenun Endek Bali ini juga dipercaya memiliki daya magis. Kain tenun ini disebut-sebut punya manfaat bagi para pemakainya. Masyarakat Bali mempercayai ada kain tertentu yang berfungsi sebagai penolak bala alias malapetaka. (Muhammad Fadli Rizal)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN