- Ekonomi
MERAJUT ASA TEKSTIL NUSANTARA
Tenun Balai Panjang Payakumbuh Bidik Pasar Mode Dunia
30 Agustus 2018 , 16:36

PAYAKUMBUH – Keunikan proses pembuatan serta motif yang indah membuat tenun balai panjang khas Kabupaten Payakumbuh, Sumatra Barat, memiliki peluang besar menembus pasar internasional. Apalagi eksistensinya kini sudah dikenal semenjak ditampilkan dalam London Fashion Week Maret lalu.
"Saat membawa tenun balai panjang dalam pameran di London, banyak orang yang tertarik dengan produk ini. Dan setiba di Jakarta juga tidak sedikit media yang mewawancarai saya kenapa membawa produk tersebut ke sana," papar desainer nasional, Tuty Adib di Payakumbuh, Kamis (30/8).
Tuty sendiri tengah menghadiri pelatihan diversifikasi tenun dalam rangka meningkatkan daya saing produk tenun bali panjang di Payakumbuh.
Ia menilai, dari lima produk kain tradisional Indonesia yang berkesempatan tampil pada London Fashion Week 2018, tenun balai panjang mendapat porsi pemberitaan media yang cukup besar. Produk asli Payakumbuh itu menarik para pecinta mode.
Publik internasional, lanjutnya, menghargai karya yang dibuat dengan ketelitian dan hasil kerajinan yang dibuat secara manual. Bagi mereka, semakin rumit sebuah produk tercipta, maka semakin mahal harganya.
Ke depan, guna meraih pasar makin luas, Tuty berharap agar produsen tenun balai panjang lebih memperhatikan tren mode. Khususnya tren warna yang tengah diminati.
"Produk kita memang tradisional, tapi juga harus memiliki gaya yang bisa diterima Internasional," ujar desainer langganan Presiden Jokowi tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian Kota Payakumbuh, Dafrul Pasi mengatakan tenun balai panjang memiliki tantangan dalam menghasilkan produk kerajinan yang khas, unik dan sesuai selera pasar.
"Kita semua tahu, banyak daerah di Indonesia yang memiliki produk tenun khas daerahnya masing-masing, sehingga hal tersebut juga menjadi motivasi untuk lebih kreatif menciptakan produk," papar Dafrul.
Baginya, tenun balai panjang harus memberikan daya tawar yang istimewa. Termasuk menghadirkan motif sendiri yang berkarakter khas Kota Payakumbuh.
Demi pengembangan lebih luas, pihaknya terus berusaha untuk menambah sarana dan kapasitas produksi tenun balai panjang.
"Jika permintaan pasar terus meningkat, maka kami akan buat kelompok-kelompok pengrajin tenun lainnya di luar balai panjang tanpa mengenyampingkan ciri khas produk," pungkas Dafrul.
Sebelumnya, Badan Ekonomi Kreatif mendorong agar produsen wastra nusantara melakukan inovasi sehingga mengembangkan corak-corak yang kekinian.
“Pelestarian budaya harus dilakukan tapi jangan sampai mengungkung kreatifitas sehingga terobosan harus terus dilakukan. Sekarang zamannya kolaborasi lintas bidang subsektor kreatif. Perajin bisa berkolaborasi dengan desainer sehingga menjadi produk fesyen,” ujar Deputi Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Joshua Puji Mulia Simandjuntak saat membuka pameran Adiwastra Nusantara 2018, April lalu.
Diharapkan, dengan inovasi tersebut, wastra nusantara dapat diterima lebih luas, termasuk ke generasi zaman now.
Pameran Adiwastra Nusantara sendiri bermaksud untuk semakin memperkenalkan aneka wastra, mulai dari batik, songket, tenun, gringsing, tapis hingga ulos, guna pengembangan pasar yang lebih luas. Menurut Joshua, kain-kain tradisional ini memiliki nilai jual tinggi karena dibuat melalui proses pembuatan yang sangat teliti dan panjang.
Selain sebagai bentuk dukungan terhadap pelaku ekraf, pameran tersebut juga sebagai upaya untuk meraih target yang telah dibidik Bekraf. Yakni peningkatan ekspor ekraf Indonesia dari 5,8% menjadi 10% pada 2019. (Dimas Satrio)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN