- Ekonomi
Sektor Pariwisata Berharap Pada Vaksinasi
15 Januari 2021 , 20:51

JAKARTA – Pengamat Pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman, Chusmeru menilai kebijakan pemerintah merevisi target kunjungan wisatawan mancanegara cukup realistis.
Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2020–2024, Kemenparekraf/Baparekraf menurunkan target kunjungan, dari semula 19 juta orang dipangkas menjadi kisaran 4–7 juta orang.
“Sektor pariwisata secara global sedang terpuruk, bukan hanya di Indonesia,” kata Chusmeru saat dihubungi Validnews dari Jakarta, Jumat (15/1).
Lebih lanjut, ia menilai sektor ini sangat tergantung pada hasil vaksinasi yang tengah dilancarkan. Program vaksinasi yang saat ini tengah berjalan pun ia harapkan dapat menggeliatkan kembali sektor pariwisata Indonesia. Hal itu akan terjadi dengan catatan program vaksinasi bisa menekan angka penularan covid-19.
"Harapannya seperti itu karena vaksinasi bisa menimbulkan imunitas. Artinya jika kasus positif berkurang, sektor pariwisata bisa berbenah lagi. Namun jika vaksinasi tidak ada perubahan, maka derita panjang akan menimpa industri pariwisata," ucapnya.
Keberhasilan vaksinasi, lanjut Chusumeru, juga bisa menjadi pertimbangan pengkajian kembali kebijakan larangan masuk WNA.
Pemerintah memberlakukan larangan masuk bagi WNA pada periode 1–14 Januari 2021. Kebijakan tersebut lantas diperpanjang hingga 28 januari 2021. Hal itu tak lepas dari keinginan pemerintah agar WNA yang datang tak membahayakan masyarakat.
"Tentu pemerintah juga tidak ingin WNA datang ke Indonesia kemudian tertular saat berwisata. Saat ini, semua negara akan mengeluarkan larangan bagi warganya masuk ke Indonesia karena angka covid-19 masih tinggi," ujarnya.
Baca Juga:
Promosi
Chusmeru juga menyarankan agar kegiatan promosi bukan terfokus pada penawaran produk wisata, melainkan upaya pemulihan pariwisata Indonesia pascapandemi dan layanan wisata yang akan diberikan.
Melalui promosi-promosi yang berkaitan dengan upaya pemulihan pariwisata pascapandemi dan layanan wisata itu, Chusmeru menuturkan, wisatawan mancanegara akan memahami kebaruan pariwisata di Indonesia pascapandemi.
Sementara menunggu dibukanya kembali border penerbangan, Chusmeru mengakui kunjungan wisatawan nusantara bisa menjadi pelipur lara bagi para pelaku pariwisata di tengah pandemi karena tak ada larangan untuk mengunjungi destinasi wisata.
Animo berwisata dari masyarakat pun ia lihat masih tinggi karena meskipun syarat rapid test antigen diberlakukan, namun destinasi-destinasi ternama, seperti Kawasan Bromo masih tetap ramai dikunjungi.
"Hanya sayang pelanggaran terhadap protokol kesehatan masih sering dijumpai ketika berada di destinasi wisata dan ditengarai sebagai sumber penyebaran covid-19," tandasnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno sebelumnya menegaskan pihaknya terus mengedepankan promosi pariwisata yang berprotokol kesehatan dengan basis cleanliness, healthy, safety, and environmental sustainability atau CHSE.
Hal tersebut, lanjutnya, bertujuan agar pergerakan wisatawan, khususnya wisatawan nusantara tidak menjadi penyebab meningkatnya angka penularan pandemi covid-19 di Tanah Air.
"Persepsi kerumunan saat ini dan apa yang terjadi di destinasi wisata adalah tanggung jawab kita bersama," tandas Sandiaga Uno.
Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya menambahkan dynamic content juga akan menjadi salah satu strategi promosi yang akan digencarkan oleh pemerintah. Komunikasi harus menyesuaikan dengan kondisi pandemi terkini.
Misalnya jika Satgas covid-19 melihat status suatu destinasi wisata masuk dalam zona hijau, maka Kemenparekraf/Baparekraf akan mempromosikan destinasi wisata tersebut. Khususnya dengan target wisatawan nusantara.
"Sementara jika destinasi itu zona merah, kita bisa promosikan produk UMKM-nya dan mendorong masyarakat agar mengonsumsi produk-produk kreatif lokal," sebut Nia. (Yoseph Krishna)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN