- Ekonomi
Penjualan Pupuk Indonesia Tumbuh 12,5% di Semester I 2020
17 Juli 2020 , 12:32

JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) membukukan total penjualan pupuk sebesar 7.151.040 ton, tumbuh 12,5% dibanding periode sama tahun lalu yang 6.250.499 ton sepanjang semester I 2020.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (17/7), penjualan pupuk itu terdiri atas produk urea, NPK, SP-36, ZA, ZK, KCL dan organik.
Total penjualan tersebut terdiri atas pupuk public service obligation atau PSO, yang diperuntukkan bagi petani penerima subsidi berdasarkan sistem e-RDKK maupun non-PSO.
Porsi penjualan pupuk PSO sebesar 4.762.673 ton atau 66,6% dari total penjualan. Jika dibandingkan dengan rencana kerja dan anggaran perusahaan, jumlah tersebut mencakup 599% dari target penjualan pupuk PSO tahun ini.
Sisanya, sebesar 2.388.367 ton merupakan pupuk non-PSO. Ini berarti, penjualan pupuk non-PSO sudah mencapai 52,2% dari target.
Aas menyebutkan penjualan pupuk PSO tersebut merupakan cerminan dari realisasi penyaluran pupuk bersubsidi yang dilaksanakan oleh Pupuk Indonesia bersama lima anak usahanya. Yakni, PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kaltim, dan PT Pupuk Iskandar Muda.
"Melalui produsen pupuk yang berada dalam koordinasi kami, Pupuk Indonesia terus mengoptimalkan proses distribusi pupuk bersubsidi kepada petani agar tetap berjalan lancar dan sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan Kementerian Pertanian," katanya, dilansir Antara.
Penjualan pupuk PSO terdiri atas urea sebesar 2.172.966 ton; SP-36 sebesar 360.881 ton; ZA 443.703 ton; NPK 1.503.002 ton; dan organik sebesar 282.122 ton.
Sementara penjualan pupuk non-PSO terdiri atas penjualan dalam negeri sebesar 1.022.563 ton dan penjualan luar negeri atau ekspor sebesar 1.365.803 ton.
Total penjualan pupuk non-PSO tersebut naik 31,7% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 1.629.215 ton.
Aas menegaskan perseroan memiliki komitmen tinggi dalam menjaga ketersediaan pupuk guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Ini berarti, ekspor hanya bisa dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi. Terutama kebutuhan pupuk bersubsidi.
"Para produsen pupuk sebisa mungkin terus melakukan penjualan ekspor guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbang devisa negara dan memperkuat nilai rupiah, namun dengan tetap mengutamakan pemenuhan pupuk dalam negeri," tegasnya.
Pupuk Indonesia juga mencatatkan penjualan dari sektor nonpupuk sebesar 510.381 ton. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibanding capaian periode sama tahun lalu sebesar 504.882 ton.
Sepanjang semester I 2020, perseroan membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp38,38 triliun atau setara 50,8 persen dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 2020 yang sebesar Rp75,5 triliun.
Capaian pendapatan semester I 2020 ini pun meningkat dibandingkan pendapatan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp34,8 triliun.
Sebelumnya, Aas menyebutkan volume produksi Pupuk Indonesia sepanjang semester I 2020 mencapai 6,2 juta ton, setara 52% dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 2020 yang dipatok sebanyak 11,9 juta ton.
Angka produksi hingga pertengahan 2020 tumbuh 6,92% dibandingkan produksi periode yang sama tahun lalu sebesar 5,8 juta ton.
Lebih lanjut, dari total 6,2 juta ton, produksi pupuk urea mencapai 4 juta ton, NPK 1,4 juta ton, SP-36 264.864 ton, ZA 415.820 ton, dan ZK 4.560 ton.
Selain produk pupuk, perseroan juga membukukan volume produksi nonpupuk tercatat sebesar 3,58 juta ton atau tumbuh sebesar 8,85% secara tahunan. Total produksi nonpupuk sepanjang semester I/2020 terdiri dari 3,1 juta ton amoniak, 361.662 ton asam sulfat dan 121.278 ton asam fosfat. (Fin Harini)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN