- Nasional
Penanganan Stunting Jangan Terabaikan Karena Pandemi
20 Juli 2020 , 13:04

JAKARTA – Hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 27,67% balita di Indonesia mengalami stunting.
Meski angka tersebut lebih baik dari tahun sebelumnya, namun masih lebih tinggi dari batas maksimal yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebesar 20%.
Diharapkan, kondisi pandemi tidak menyurutkan langkah pemerintah untuk menekan angka stunting di Indonesia, tetap harus menjadi prioritas. Masih diperlukan upaya yang masif dan terstruktur
Kepada Validnews, Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Tirta Prawita Sari mengatakan, pemerintah harus turun tangan dengan memperbaiki asupan gizi pada anak Indonesia. Pasalnya, potensi meningkatnya angka stunting saat pandemi memungkinkan terjadi.
Dia berpendapat, kondisi perekonomian yang saat ini, dimana banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), bisa saja memberikan dampak terhadap meningkatnya kasus stunting Indonesia. Di mana orang tua menjadi tidak mampu memberikan asupan makanan yang bergizi pada sang buah hati.
Oleh sebab itu, dia mengimbau, apapun kondisi dan keadaan ekonomi orang tua, tetap perhatikan pemenuhan gizi seimbang dan hindari anak dari paparan penyakit. Salah satunya dengan memperhatikan kebersihan dan menjauhkan anak dari orang yang sedang sakit.
Apabila anak terindikasi stunting, kata Tirta, orang tua harus segera membawa anaknya berobat ke rumah sakit. Orang tua wajib memantau pertumbuhan balita dengan menimbang dan mengukur tinggi badan balita.
"Stunting adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan asupan makanan yang telah berlangsung lama. Jika kondisi balita cenderung turun terus, segera ke dokter," ujar Tirta.
Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) Universitas Muhammadiyah Jakarta, Meita Dwi Utami mengatakan bahwa stunting tidak ada obatnya.
Tindakan terbaik adalah mencegah stunting, yakni dengan cara memperbaiki nutrisi ibu, pemberian ASI eksklusif, pemberian MP-ASI secara tepat waktu, aman, sesuai tahapan dan berkualitas.
Kemudian, berikan balita tambahan micronutrient, seperti vitamin A, Fe, Garam beryodium, dan fortifikasi makanan. Selanjutnya, kata Meita, lakukan pemantauan tumbuh kembang balita dan akses air bersih, fasilitas sanitasi dan lingkungan yang bersih.
Pemantauan perkembangan usia balita dipengaruhi oleh usia kehamilan, nutrisi, penyakit yang dialami seperti cacingan, stimulasi dan dukungan emosi dari keluarga. "Oleh sebab itu, sangat penting nutrisi untuk pertumbuhan otak dan organ tubuh balita sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun," kata Meita. (Herry Supriyatna)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN