- Ekonomi
Pemerintah Diminta Fokus Tingkatkan Produktivitas Kedelai Nasional
05 Januari 2021 , 20:15

JAKARTA – Head of Research Center for Indonesian Policy Studies Felippa Ann Amanta mengatakan, pemerintah sebaiknya fokus pada upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kedelai nasional.
Petani kedelai nasional menghadapi berbagai persoalan yang membuat hasil produksinya tidak bisa terserap oleh pasar secara maksimal.
"Seperti kualitas dan harga yang tidak bisa bersaing dengan kedelai impor sehingga peningkatan produktivitas penting untuk diusahakan pemerintah," katanya dalam siaran pers, Jakarta, Selasa (5/1).
Asal tahu saja, Indonesia termasuk sebagai salah satu negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia. Konsumsi kedelai dunia terbesar masih dipegang oleh China di urutan pertama.
Data BPS menunjukkan impor kedelai Indonesia sepanjang semester I/2020 mencapai 1,27 juta ton. Nilainya mencapai US$510,2 juta atau sekitar Rp7,52 triliun, dengan kurs Rp14.700. Sebanyak 1,14 juta ton diantaranya berasal dari Amerika Serikat.
Sementara itu, ditilik dari 2017–2019, secara berurutan total impor kedelai mencapai 2,67 juta ton, lalu 2,58 juta ton, dan 2,67 juta ton.
Sebenarnya, lanjutnya, impor dibutuhkan karena ada kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan komoditas tersebut di dalam negeri. Selain itu, kedelai nasional juga sulit terserap karena tidak mampu bersaing dengan kedelai impor yang berkualitas baik dengan harga lebih murah.
"Selain problem produktivitas, faktor harga jual di tingkat petani dinilai berpengaruh besar terhadap pengembangan kedelai lokal. Tidak jarang petani kedelai memilih menanam komoditas lain,” jelasnya.
Felippa menjelaskan, ada beberapa hal yang memengaruhi produktivitas kedelai nasional yang rendah. Pertama, faktor iklim yang memengaruhi tingkat produktivitas kedelai nasional.
"Kedelai sebenarnya merupakan tanaman subtropis, sehingga pertumbuhan di daerah tropis seperti Indonesia menjadi tidak maksimal. Sementara usaha produksi kedelai di dalam negeri harus menyesuaikan dengan pola dan rotasi tanam," katanya.
Hal ini disebabkan karena petani belum menilai kedelai sebagai tanaman utama. Selain itu, kedelai juga merupakan jenis tanaman yang membutuhkan kelembapan tanah yang cukup dan suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan optimal.
Sementara di Nusantara, curah hujan yang tinggi pada musim hujan sering 'mengakibatkan tanah menjadi jenuh air. Belum lagi drainase yang buruk juga menyebabkan tanah menjadi kurang ideal untuk pertumbuhan kedelai.
"Permasalahan lahan yang terbatas juga perlu diperhatikan. Lahan yang cocok untuk ditanami kacang kedelai harus memiliki kadar pH netral dengan kedalaman minimal 20cm. Jenis lahan seperti ini tidak tersedia di semua wilayah Indonesia," ujarnya.
Baca Juga:
Butuh Pembinaan
Karenanya, ia menegaskan, peningkatan produktivitas kedelai bukanlah hal mudah. Butuh pembinaan dan pendampingan bagi petani kedelai, serta investasi. Dengan pembinaan intensif, maka produktivitas yang bisa ditingkatkan.
"Pembinaan dapat dilakukan, antara lain dengan penggunaan benih, pupuk dan sarana produksi lain yang tepat. Pembinaan juga bisa dilakukan melalui kerja sama dengan pihak swasta,” jelasnya.
Ia juga minta pihak terkait memperhatikan penggunaan lahan yang hanya diperuntukkan untuk kedelai. Hal ini dikarenakan usaha produksi kedelai di Indonesia dilakukan pada musim tanam yang tidak selalu ideal untuk pertumbuhan tanaman, karena harus menyesuaikan dengan pola dan rotasi tanam.
“Kedelai masih diposisikan sebagai tanaman selingan bagi tanaman utama padi, jagung, tebu, tembakau, bawang merah atau tanaman lainnya," ujarnya. (Khairul Kahfi)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN