- Ekonomi
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan Masih Di Bawah 60%
13 Januari 2021 , 21:00

JAKARTA – Capaian pembangunan infrastruktur subsektor ketenagalistrikan Kementerian ESDM tidak ada yang melampaui 60% dari target yang ditetapkan dalam tahun anggaran 2020. Pembangunan yang dimaksud, meliputi penambahan pembangkit listrik, transmisi, gardu induk, serta jaringan distribusi.
“Semua di bawah 60%, meskipun masih di atas 50%. Pencapaiannya seperti itu, dan tentu saja penyebabnya most likely lebih banyak karena pandemi,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Rabu (13/1).
Dalam penambahan pembangkit listrik misalnya, Rida mengumumkan bahwa capaiannya hingga akhir 2020 hanya 55% dari target pembangunan berkapasitas total 5.209 MW, dengan realisasi 2.866 MW.
“Karena aktivitas di lapangan juga dibatasi, apalagi di dalamnya ada keterlibatan tenaga asing maka kemudian terpaksa target COD-nya dimundurkan dan itu membuat capaian 2020 tidak sebagaimana yang kita harapkan di awal,” jelasnya.
COD atau Commercial Operation Date merupakan tanggal beroperasi sebuah pembangkit listrik secara komersial.
Lebih lanjut Rida menerangkan, karena pengoperasian pembangkitnya mundur maka otomatis pembangunan transmisi dan gardu induknya turut tidak mencapai target tahun 2020. Dengan persentase capaian yang hampir sama dengan penambahan pembangkit yakni di kisaran kurang dari 60%.
Rincinya, realisasi penambahan transmisi tercatat sebanyak 2.648 kms atau 59% dari target, penambahan gardu induk sebanyak 7.870 MVA atau 55% target, dan jaringan distribusi 27.434 kms atau 59% target.
“Yang tidak jauh turunnya adalah pembangunan gardu distribusi. Karena dalam rangka penambahan jumlah pelanggan setiap tahun, sehingga tak terhindarkan pembangunan itu dan tidak banyak dipengaruhi pandemi. Capaiannya cukup menggembirakan yaitu 81% dari target,” sambung Rida.
Indikator kinerja Ditjen Ketenagalistrikan lainnya yang juga diumumkan adalah capaian konsumsi listrik per kapita. Rida menyebutkan bahwa sepanjang 2020, capaiannya sebesar 95% atau 1.089 kWh per kapita dari target 1.142 kWh per kapita, sebagaimana tertuang dalam RPJMN.
Data itu mencakup penggunaan listrik seluruh sektor, sehingga kegiatan bekerja di rumah tetap tidak bisa mendongkrak rata-rata konsumsi listrik per orang secara nasional. Sebab, tetap ada pembatasan operasional industri dan sektor lain yang menarik turun konsumsi listrik secara keseluruhan.
“Jadi kita hitung berapa produksinya, berapa konsumsi, berapa jumlah penduduknya itu dibagi. Konsumsi listrik di rumah tangga naik, tetapi di industri dan bisnis turun drastis. Maka secara resultan konsumsi per kapitanya di tahun 2020 tidak sesuai target,” jelasnya.
Rida menambahkan bahwa pandemi juga turut mengganggu upaya peningkatan rasio elektrifikasi, yang semula ditargetkan mencapai 100% tahun kemarin. Salah satu indikator kinerja Ditjen Ketenagalistrikan ini pun, tercatat masih bertengger di level 99,2%.
“Sesuai arahan Pak Menteri, tahun ini kita upayakan untuk benar-benar 100%. Meski kita tahu penambahan rumah tangga juga setiap tahun perlu turut dipertimbangkan, agar langsung bisa terlistriki,” ungkapnya. (Zsazya Senorita)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN