• Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Ekonomi

Moncer Akibat Tren ‘Gandrung’ Interior

Dari tumpukan limbah furnitur, Woodsluck memulai geliat usaha
26 Februari 2021 , 21:00
Pekerja memproduksi kursi berbahan rotan di kawasan Grogol, Jakarta, Minggu (29/11/2020). Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (Satgas PEN) menyatakan hingga Senin (23/11) realisasi program PEN untuk sektor UMKM mencapai Rp97,05 triliun atau dengan 84,53 persen dari pagu Rp114,81 triliun. ANTARAFOTO/Aprillio Akbar
Pekerja memproduksi kursi berbahan rotan di kawasan Grogol, Jakarta, Minggu (29/11/2020). Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (Satgas PEN) menyatakan hingga Senin (23/11) realisasi program PEN untuk sektor UMKM mencapai Rp97,05 triliun atau dengan 84,53 persen dari pagu Rp114,81 triliun. ANTARAFOTO/Aprillio Akbar

JAKARTA – Konsumen Indonesia kian menggandrungi interior rumah nan ciamik. Kegandrungan ini dilatarbelakangi keinginan—umumnya para ibu selaku pemilik rumah untuk mendekorasi tempat tinggalnya dan membuat semua penghuni kerasan. Belakangan, banyak ibu muda yang aktif berbagi tips dan mengunggah foto interior rumah di Instagram, menandai kegandrungan ini. 

Tren ini berkontribusi pada perubahan model furnitur yang diproduksi para pelaku usaha. Lain dulu, lain sekarang. Dulu furnitur berbahan dasar kayu asli tampak membosankan dengan desain yang kelewat sederhana dan ‘makan tempat’. Kini, produsen berlomba-lomba mendesain produknya secara minimalis, serba fungsional, namun tetap instagrammable. 

Siska Fadilah, pendiri Woodsluck, adalah salah satu pengusaha home furniture asal Semarang berhasil memanfaatkan peluang tersebut. Usaha yang ia rintis sejak 2014 itu kini memiliki 12 karyawan dan sukses meraup omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan. 

Furnitur yang diproduksi Woodsluck seluruhnya berbahan dasar kayu. Sebagian besar menggunakan kayu jati dan durian. Kendati demikian, Siska mampu mengakalinya agar harga jual tetap terjangkau tanpa mengorbankan kualitas produk. 

Dining set, tv cabinet, coffee table, storage bed, bedside table, adalah beberapa jenis furnitur yang dibuat Woodsluck. Hasil produksinya kini sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia. Mulai dari Aceh hingga ujung Papua untuk furnitur kecil. Sementara, furnitur dengan ukuran lebih besar, banyak dipesan dari Sumatera dan Kalimantan.

“Furnitur besar berat diongkos dan riskan. Tapi kalau Sumatra, kita malah sering dapat pesanan. Kalimantan pun lebih murah ongkos kirimnya daripada Papua,” tutur Siska kepada Validnews, Rabu (24/2).

Siska tergolong sukses melakoni bisnis ini, bahkan saat Indonesia mulai dilanda pandemi. Lagi-lagi berkat kegesitannya menangkap peluang di tengah keterbatasan gerak akibat pembatasan fisik dan sosial. 

Jawaban Kegelisahan
Niatan untuk berwirausaha muncul di kepala Siska Fadilah tak lama selepas ia menamatkan strata S1 Jurusan Teknik Komputer di Universitas Diponegoro. Sama seperti teman-temannya, ia banyak menghabiskan waktu dengan melayangkan surat lamaran ke sejumlah perusahaan. 

Nasib Siska sama seperti fresh graduate umumnya; gelisah menanti jawaban dan panggilan dari perusahaan terkait. Ia harus menunggu sejak akhir Oktober 2013 hingga April 2014. Sekalipun ada panggilan untuk wawancara, ia tak lolos tahap berikutnya, ditolak tanpa tahu alasannya.

Kemudian, Siska mengalihkan perhatiannya. Saat melihat tumpukan sisa kayu limbah mebel milik sang ayah, ia lantas memutar otak mencari cara untuk membuat kerajinan tangan yang bernilai jual untuk mengisi sakunya sendiri. 

Pada April 2014, akhirnya ia memberanikan diri dan mencoba keberuntungan dengan mendirikan Woodsluck. Ia memulai dengan membuat papan tulis yang dipesan adik kelasnya.  

"Namanya baru lulus, jadi sekadar cari uang untuk pegangan saja. Dari limbah kayu saya bikin chalkboard yang biasa dipakai untuk pre-wedding dengan model yang lucu. Dari situ, saya unggah di Instagram, terus ada yang beli," cerita Siska.

Bermodal ‘nebeng’ produksi di workshop mebel ayahnya, ia mengerjakan pesanan. Kenekatannya berbisnis ini dilakukan tanpa sepengetahuan orang terdekat, tak terkecuali sang ayah tercinta. Siska mengaku takut tak mendapat restu.

Keberhasilan penjualan kecil-kecilan mendorong Siska untuk kian serius mendalami usahanya. Dengan modal Rp50.000 yang sengaja ia sisihkan dari uang sakunya, ia gencar mempromosikan produknya di Instagram. Hasilnya berbuah manis. Ia berhasil mendatangkan satu pembeli dengan nilai pesanan Rp350.000.

Setelah menerima pesanan dengan nilai yang dirasa cukup besar, Siska mulai memberitahukan orangtuanya. Reaksi ayah dan ibunya mudah ditebak dan dapat dipahami, keduanya menyinggung ihwal ijazah dan gelar sarjananya. Namun, ia bersikeras dengan menantang dirinya sendiri demi meyakinkan orangtuanya. Setelah ia menekuni selama tiga bulan, sang ayah dan ibu pun akhirnya luluh. 

Lama kelamaan, bisnis home furniture-nya kian moncer. Setahun pertama sejak ia mulai merintis, Woodsluck mengantongi Rp40an juta per bulan. Belakangan, sang suami membantunya dalam mendesain model furnitur. Seiring waktu berjalan, Woodsluck tak lagi menggunakan kayu limbah. Siska mulai berani membeli kayu dari daerah asalnya, Semarang.

Karena pesanan yang mulai membludak, Siska mulai membatasi pesanan custom hanya sekadar ukuran, tidak lagi dengan model. Ukuran pun tak bisa sembarang ditentukan, konsumen harus berkonsultasi langsung dengan dirinya. Beragam produk dihargai mulai dari Rp400.000 sampai Rp5 juta. Dining set umumnya dijual di kisaran Rp4 juta hingga Rp5 juta. Hingga awal 2020, Siska berhasil mengantongi omzet kotor Rp200–300 juta per bulan.

Sederet Rintangan
Membesarkan usaha melalui sosial media memiliki tantangan tersendiri. Pengikut Instagram Woodsluck membeludak, terus menerus bertambah, kebanjiran pengikut hingga menyentuh angka 200.000 followers, jumlah yang terbilang besar pada tahun itu. 

Namun sayang, belum sempat Siska memanfaatkan potensi itu, pada 2017, akun perusahaan ini keburu diretas oleh orang tak bertanggung jawab.

Tak mau berlarut dalam kesedihan, Siska segera beralih menggunakan Instagram cadangannya yang telah memiliki 15.000 pengikut. "Dari situ kaya jadi turning point-nya kita, kayanya kita harus usaha lebih untuk dapat omzet yang setara dengan pengikut 200.000 itu," ucapnya.

Tak mau terus bermain aman, ia memilih untuk keluar dari zona nyamannya dan memulai gebrakan baru.

Sebelumnya, Woodsluck hanya berkutat pada home decor berupa rak-rak dinding kecil, namun kemudian bertahap merambah rak-rak yang lebih fungsional. Mulai dari rak tangga, rak gantung baju, dan bertahap ke meja tamu. Hingga akhirnya memproduksi furnitur besar seperti divans, meja makan, kursi, juga sofa.

Dampak Pandemi
Sayang, malang tak dapat ditolak. Seperti unit usaha kecil lainnya, Woodsluck juga terhempas gelombang pandemi. Akan tetapi, pada April 2020, bisnis kembali cemerlang. Jumlah pengikut Instagram bertambah, pesanan terus menerus masuk, dan omzet yang ia kantongi bahkan lebih tinggi dibanding sebelum pandemi. 

Jumlahnya tak main-main, yakni bekisar Rp300 juta hingga Rp400 juta per bulan. Padahal sebelum pandemi, Woodsluck hanya mendulang untung di kisaran Rp200–300 juta per bulan. Adapun produk yang laris manis diburu pelanggan adalah dinding set dan divans.

Ibu beranak dua ini juga tak menutup diri dari kemungkinan untuk merambah pasar yang lebih luas dengan cara ekspor. Namun, langkah ini masih dijajaki. Lagipula, ia sendiri sudah merasa cukup puas di pasar domestik. "Mungkin kembali lagi produksi yang kecil-kecil. Limbahnya kan tetap harus kita manfaatin juga," tutupnya. (Fitriana Monica Sari)

  • Share:

Baca Juga

Ekonomi

Menhub Berupaya Tekan Kepadatan Trafik Pelabuhan Tanjung Priok

  • 16 April 2021 , 09:32
Nasional

Moeldoko Akui Suap Dan Pungli Masih Terjadi

  • 13 April 2021 , 12:58
Ekonomi

UMK Binaan Pertamina Dibekali Pelatihan Berstandar Internasional

  • 10 April 2021 , 15:03

Tulis Komentar

Lupa Password?

ATAU

MASUK DENGAN

Facebook
Google+
Belum memiliki Akun? Daftar Sekarang

Belum ada komentar.

Vista

Belia Pengolah Limbah Elektronik


  • Terbaru

GAYA HIDUP

Listing Menu Untuk Hindari Limbah Makanan 
20 April 2021 , 21:00

Menyusun menu makanan untuk keluarga bisa menghemat pengeluaran

Asosiasi Pariwisata Melawan Covid-19
20 April 2021 , 21:00

Ada lebih dari 30 juta masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Rancang Tanggung Dengan Melebur
20 April 2021 , 21:00

Peleburan dua kementerian dinilai berdampak pada perkembangan riset. Indonesia jauh kalah dari negara tetangga

Rancang Tanggung Dengan Melebur
20 April 2021 , 21:00

Peleburan dua kementerian dinilai berdampak pada perkembangan riset. Indonesia jauh kalah dari negara tetangga

Berseminya Bisnis Wedding Organizer di Tengah Pandemi
19 April 2021 , 21:00

Tak ada menyangka pada masa pandemi bisa mendapatkan peluang usaha menjanjikan

Ramadan Dan Kehangatan Lintas Iman
17 April 2021 , 18:00

Realitas guyub dan rukunnya warga bangsa di bulan Ramadan sejatinya kerap terlihat dimana-mana.  

Buah Manis Bisnis Hampers Berihwal Nekat
16 April 2021 , 21:00

Meski baru berani memasarkan di Jabodetabek, pesanan dari luar Jawa tak disangka malah ada

Mendedah Kiat Menjaga Umat
15 April 2021 , 21:00

Antusiasme jemaah beribadah selama Ramadan, memerlukan konsistensi pelaksanaan aturan

Bisnis Horeka Dan Asa Yang Tersisa
13 April 2021 , 19:02

Pelarangan mudik berkonsekuensi membuat okupansi hotel di daerah dan pertumbuhan ekonomi akan berada di level yang sangat rendah

Lara Berlanjut Sang Penyintas
12 April 2021 , 21:00

Penyintas covid-19 dirundung pelbagai hal. Ada stigma, hingga keluhan yang memakan biaya

  • Fokus
  • Paradigma

SENI & BUDAYA

Ledekan Dalam Lawakan
07 April 2021 , 15:38

Setiap orang punya keunikan masing-masing yang bisa digali dan menjadi materi roasting.

Mengerek Harga Pantas Atas Karbon Indonesia
29 Maret 2021 , 19:05

Perdagangan karbon jelas dapat mendukung kelestarian hutan Indonesia

SENI & BUDAYA

Mengapa K-Pop Begitu Mendunia?
26 Maret 2021 , 17:00

Meski masih banyak yang tak suka dengan keberadaannya, musik dan aneka hiburan yang ditawarkan berbagai kelompok vokal asal Korea Selatan ini terbukti punya pengaruh besar di ranah internasional.

Teten: Perlu Keterlibatan KUMKM Dalam Industri Otomotif
13 April 2021 , 11:35

Pemangku kepentingan terkait diajak duduk bersama Kemenkop UKM untuk merumuskan model bisnis baru industri otomotif dengan keterlibatan KUMKM

Fokus Ke Asia, Michelin Tingkatkan Kapasitas Produksi 22%
10 April 2021 , 11:00

Pasar Asia berkontrubusi 18% dari total serapan kapasitas produksi Michelin

PSBB Total, MRT Lakukan Penyesuaian Operasional
14 September 2020 , 10:47

Ada pembatasan jumlah penumpang menjadi 62 -67 orang dalam satu kereta

 
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer & Privacy Policy
  • Kontak
© Copyright validnews.co. All rights reserved.