• Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Vista

Merajut Plastik Hingga ke Pelosok Negeri

Sri Wahyuni berkeliling Indonesia, membagi ilmu mengolah plastik kresek menjadi karya rajutan
26 November 2020 , 00:34
Ilustrasi Mak Ncie. sumber foto: facebook/mak ncie
Ilustrasi Mak Ncie. sumber foto: facebook/mak ncie

JAKARTA – Tangan Sri Wahyuni merapikan kantong keresek bekas, seraya melipatnya dua kali. Lalu gunting dipungut, kedua ujung plastik dipangkas. Lipatan kembali disibak. Beberapa bagian lain menyusul dipotong. Sejurus berikutnya, keresek dibentang. Pengguntingan masih dilakukannya pada sejumlah sudut. Semua gerakannya tampak begitu lincah dan terhitung. Kemudian, jreng! Selembar tas keresek bersalin wujud menjadi untaian plastik panjang berpola rapi.

“Ini nanti untuk dirajut,” ujar perempuan yang kerap disapa Mak Ncie itu saat hadir dalam acara bincang-bincang di satu stasiun televisi swasta, beberapa tahun lalu.

Merajut plastik telah menjadi kegiatan sehari-hari Ncie. Bermula dari rasa keprihatinannya pada limpahan kantong kresek di tumpukan sampah. Sementara, plastik adalah jenis sampah yang bandel. Perlu ratusan tahun untuk mengurainya.

Bahkan, ketika sudah hancur sekalipun pun, partikel-partikelnya tetap mencemari tanah dan air. Sementara jika dibakar, bakal menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan. Terutama jika pembakarannya tidak sempurna. Bila terhirup, asap darinya bisa memicu beragam penyakit. Mulai dari kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, hingga depresi.

Namun, plastik sudah menjadi peranti lazim dalam keseharian. Meninggalkan penggunaannya, bukanlah hal gampang. Apalagi, kantong keresek. Larangan saja, belum cukup untuk menghambatnya.

Paling tidak, penanganan yang bisa berangsur dilakukan adalah dengan mengurangi pemakaiannya. Kemudian limbahnya diolah sedemikian rupa menjadi barang-barang kerajinan yang bermanfaat. Antara lain, tas rajut.

Saat awal memilih kantong keresek sebagai bahan baku, Ncie sudah piawai membuat aneka barang rajutan. Kemahiran yang ia kuasai otodidak sejak 2011 silam.

"Saya mencoba berusaha agar bisa sedikit membantu mengurangi limbah kantong keresek yaitu dengan merajut dan menjadikannya sesuatu yang masih bisa bermanfaat, mempunyai nilai art, serta memiliki nilai ekonomis," ujarnya.

Nyatanya, rajutan berbahan keresek tak kalah menawan dibanding produk serupa yang berasal dari benang. Apalagi pada tas-tas yang memiliki padu padan warna yang serasi. Tampak mahal!

Kecakapan menggunting hingga merajut kantong keresek menjadi tas apik, lantas membawa Ncie blusukan ke beberapa kota di Jawa Tengah. Bukan untuk plesiran, melainkan demi berbagi ilmu kepada siapa saja yang mau belajar. Nyaris pada tiap pertemuan, peminatnya banyak. Sampai-sampai, Ncie ditawari untuk meluaskan jangkauan pelatihan ke Mataram, Lombok. Dengan senang hati, ajakan itu disanggupi.

Saat menyambangi Nusa Tenggara Barat itu, para peserta terlihat sangat antusias. Apalagi merajut menjadi kegiatan yang jarang dilakukan. Sulit sekali mendapatkan benang khusus untuk merajut di sana. Hanya ada beberapa toko yang menjual, itu pun dengan harga tak murah. Keadaan itu makin memantapkan Ncie menjadikan keresek sebagai bahan perajutan.

Keluar dari Zona Nyaman
Usai keliling, kesibukan Ncie justru bertambah. Panggilan mengajar berdatangan dari beragam tempat. Akibatnya, dia jarang pulang ke rumah di Pamulang, Tangerang Selatan. Sebab undangan-undangan itu sambung-menyambung. Ncie bisa tinggal berbulan-bulan di satu daerah.

Empat tahun berjalan, terhitung 29 pulau, 15 provinsi, 83 kota dan kabupaten, serta lebih dari 1.000 desa di Indonesia telah dirambah Ncie. Semua dijalani tanpa naungan bendera kelompok manapun. Dia tak sekadar melatih, tapi juga mendampingi, hingga membantu pemasaran produk rajutan.

"Beberapa daerah yang pernah saya singgahi untuk berbagi ilmu mengolah kantong keresek dan sekaligus mengeksplor indahnya alam Indonesia beserta adat istiadat dan budayanya. Semua terangkum dalam sebuah catatan perjalanan," tulisnya.

Sembari melatih, Ncie juga menggencarkan penyadaran agar masyarakat kian bijak menyikapi limbah plastik keresek.

"Mengedukasi agar masyarakat melakukan diet plastik. Sekali pakai menjadi berkali-kali pakai, menganjurkan masyarakat agar meminimalkan penggunaan plastik sekali pakai, juga mengedukasi agar plastik tadi tidak dibakar atau dibuang ke sungai dan laut," tuturnya.

Totalitas Ncie dalam menjalankan seluruh kegiatan itu pun tak main-main. Dia sampai rela melepas pekerjaan sebagai PNS. Baginya, tak jadi soal lepas dari zona nyaman.

"Kegiatan ini tidak bisa lancar dan terlaksana jika tidak atas kehendak-Nya dan tentunya juga atas bantuan dari beberapa keikhlasan teman-teman yang peduli terhadap kegiatan yang saya kerjakan," ungkapnya.

Gelaran pelatihan tidak melulu berbentuk workshop resmi. Menyesuaikan keadaan saja. Tempat dan waktu penyelenggaraan diatur selentur mungkin. Pesertanya tak dibatasi untuk perempuan dewasa saja. Di beberapa daerah, tak sedikit anak laki-laki dan gadis-gadis remaja yang turut belajar merajut.  

Beberapa dari mereka memang merasa penasaran, bagaimana mungkin keresek bisa dirajut?

Dari Pesisir Hingga Lereng Gunung
Sebagian besar pelosok negeri telah dijejaki Ncie. Sahabatnya bertambah, demikian pula dengan pengetahuan akan kultur-kultur baru. Tak terhitung lagi pemandangan yang terekam benaknya. Dari potret-potret keindahan alam dan masyarakat, hingga hal-hal yang serba timpang.

Ncie pernah merasa sangat miris ketika suatu kali bertemu dengan gadis cilik berpakaian kumal, di desa nelayan Seruni Mumbul Pringgabaya, Lombok Timur. Tubuhnya kurus, berlarian tanpa alas kaki di jalanan sempit tak beraspal. Dan saat diamati lebih lama, ternyata rata-rata anak di daerah itu, berpenampilan serupa gadis itu.

"Masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan apa yang seharusnya menjadi kebutuhan dalam kehidupan tumbuh kembangnya," ucapnya.

Di tempat lain, Ncie tak sungkan menggelar kelas merajut keresek di atas tatanan keramba. Pesertanya, istri-istri nelayan. Mereka duduk menghadap laut lepas. Sementara, di bawahnya, ikan-ikan besar hilir mudik di bawahnya. Nyali Ncie sempat ciut. Apalagi, tiap berdiri, tempat berjejaknya terayun membuatnya pusing.

Bagaimana jika keramba itu ambles karena lebih beban? Sementara Ncie tak bisa berenang! Namun, semangat dan ketenangan ibu-ibu di hadapannya, berhasil menyuntikkan keberanian dan semangat mengajar.

Pada waktu berbeda, Ncie pernah mengelilingi satu desa tepi pantai wilayah Bangka Selatan sembari memulung kala siang bolong, demi membantu masyarakat setempat mewujudkan sebuah Recycle Park. Keguyuban masyarakat dalam bergotong royong lantas menguatkan Ncie untuk bertahan memungut sampah, meski kulit cokelatnya telah terbakar terik hingga melegam.

Pengalaman lain yang sangat membekas dari seluruh perjalanan Ncie, adalah ketika dia harus bertahan satu bulan di lereng timur Gunung Merbabu. Waktu itu, cuaca sedang buruk. Badai berpusar ekstrem.

Ncie tidur di rumah penduduk, tapi hanya beralas tikar dilapisi spanduk. Tiga malam awal, ia sulit memejam mata. Tiupan angin dingin seolah menerpa langsung tubuhnya. Empat lapis pakaian yang dikenakannya seperti tak berguna apa-apa. Ujung kakinya gemetar. Suhu dingin seakan-akan merasuk melalui pori-pori kaos, lalu menusuk jemarinya.

Sampai akhirnya, Ncie menemukan cara untuk mengusir hawa menyiksa itu. Digunakannya kantong keresek untuk membungkus kaki, lalu diikat kencang.

Tuntas di tempat pertama, perjalanan dilanjutkan. Ncie berjalan kaki kurang lebih 3 km menyusur tebing curam, menuju Ngguwolelo, desa tertinggi di wilayah lereng Timur Merbabu. Melelahkan. Namun Ncie tak berhenti, mengabaikan rasa nyeri menggerogoti lututnya, dan sesak napas yang menyerang hingga tenggorokan. Pelatihan yang hendak diberikan tak boleh gagal hanya karena rasa capek dan sakit yang mendera tubuhnya.

Sisi Lain
Selain di blog Merajut Indonesia, kisah perjalanan Ncie juga dituturkan dalam buku berjudul "Yuk Merajut 18 Crochet Bag Mudah Dibuat". Catatan tersebut kemudian menarik perhatian seorang perajut bernama Misyel Shin.

Takdir pun mempertemukan Misyel dan Ncie di Banyuwangi. Berawal dari unggahan status Ncie yang menuturkan rencana ke daerah tapal kuda Jawa itu, pengerajut lainnya lain me-mention Misyel.

Misyel melayangkan pesan pribadi, menawarkan rumahnya sebagai tempat bertemu sekaligus menginap. Ncie pun menerimanya.

Persiapan pertama berlangsung akrab. Lebih dari satu malam, Ncie berada di rumah Misyel. Dia kisahkan banyak peristiwa selama mengelilingi Indonesia untuk mengajar merajut.

Perjumpaan itu sekaligus mengungkap sisi lain dari Ncie yang ternyata sosok pemalu. Dia sering mendapat penghargaan untuk pencapaiannya, tapi enggan mengunggahnya ke media sosial.

Misyel sendiri merasa beruntung, diberi kesempatan bertatap muka langsung dengan Ncie. Rasa penasarannya dalam merajut kresek, langsung terjawab oleh ahlinya. Saat itu juga, beragam teknik yang semula dianggapnya rumit, dipelajari langsung dari Ncie. Mulai membuat benang dari kresek, menyambungnya, hingga merajut.

"Waktu itu diajarin cara gunting kresek. Kata Ncie, cuma kaya gini aja enggak tahu," kenangnya saat berbincang dengan Validnews.

Kian hari, Misyel makin terampil. Melihat itu, Ncie menawarinya bermitra dalam membuat tas. Hingga saat ini, Misyel masih aktif merajut menggunakan keresek. Bahkan, sering menampilkan konten terkait kerajinan tersebut di akun YouTube miliknya.

Sri Wahyuni alias Ncie, telah meninggal dunia pada Kamis, 5 Maret 2020 lalu. Di atas pembaringan rumah sakit, tempatnya menghembuskan napas terakhir, jemari Ncie masih lihai merajut. Hingga hari-hari terakhir sebelum berpulang, tangannya tetap cekatan menjalin untaian benang asal kantong keresek menjadi kerajinan tas mempesona, seperti yang pernah diajakannya kepada ribuan orang di pelosok-pelosok nusantara. (Fitriana Monica Sari, dari berbagai sumber)

  • Share:

Baca Juga

Ekonomi

Mendag: Platform Dagang IDNStore Potensial Genjot Ekspor

  • 14 Januari 2021 , 19:12
Ekonomi

Kebutuhan Kedelai Hingga Maret Dipenuhi Melalui Impor

  • 13 Januari 2021 , 18:10
Nasional

Sampah Plastik Meningkat Karena Belanja Online

  • 11 Januari 2021 , 20:27

Tulis Komentar

Lupa Password?

ATAU

MASUK DENGAN

Facebook
Google+
Belum memiliki Akun? Daftar Sekarang

Belum ada komentar.

Vista

Beton Pertahanan Kesebelasan Indonesia


  • Terbaru

Mencari Kedelai Pengganti Tempe
16 Januari 2021 , 21:00

Protein nabati pada kedelai paling lengkap. Rasanya membuat sulit tergantikan

Menparekraf Poles Daya Tarik Desa Wisata Bilebante
16 Januari 2021 , 18:00

Healthy Tourism cocok diterapkan pada Desa Wisata Bilebante

Ada Batu Rusia di Natuna
16 Januari 2021 , 18:00

Batu itu dimaknai sebagai hubungan Indonesia dan Rusia kala itu

Mencari Kedelai Pengganti Tempe
16 Januari 2021 , 21:00

Protein nabati pada kedelai paling lengkap. Rasanya membuat sulit tergantikan

Makanan Beku Untuk Kondisi Tak Menentu
15 Januari 2021 , 21:00

Sekitar 60% orang Indonesia lebih banyak ngemil selama pandemi dibandingkan sebelumnya

Upaya Semesta Meredam Kekerdilan
14 Januari 2021 , 21:00

Ibu hamil yang kemungkinan melahirkan anak stunting harus mendapatkan pengawasan ketat

Mendamba Tempe Selalu Di Meja
12 Januari 2021 , 21:00

Kisruh naiknya harga kedelai berulang terjadi. Selama enam tahun terakhir ini kenaikannya pesat

Simalakama Wasit Sepak Bola
11 Januari 2021 , 17:56

Untuk dapat pemasukan, kerja serabutan diandalkan. Perhatian stakeholder utama tak terasa

Dilema Bansos Tunai
09 Januari 2021 , 18:00

Selain tak tepat sasaran, budaya konsumtif penerima juga menjadi masalah

Cuan Yang Terselip di Bisnis Jastip
08 Januari 2021 , 21:00

Jastip bisa jadi usaha sampingan sekaligus upaya untuk membangun jaringan bisnis selanjutnya

  • Fokus
  • Paradigma

Krisis Repetitif Kedelai
15 Januari 2021 , 16:00

Tingkat konsumsi kedelai masyarakat Indonesia mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 7,97 kg/kapita/tahun

GAYA HIDUP

Panen Protein Dari Ikan Sendiri
14 Januari 2021 , 13:05

Harga tahu dan tempe tak lagi murah sejak kedelai melangka. Ikan sebagai sumber panganan dengan kandungan protein tinggi jadi alternatif strategis.

KESRA

Bantuan Tunai Dan Pilihan Yang Membuai
11 Januari 2021 , 09:17

Pada dasarnya, apapun pilihan bantuannya, selalu ada risiko hasil tak sesuai dengan tujuan.

PSBB Total, MRT Lakukan Penyesuaian Operasional
14 September 2020 , 10:47

Ada pembatasan jumlah penumpang menjadi 62 -67 orang dalam satu kereta

BERSAMA BIJAK TANGGAPI BENCANA

Urgensi Ketegasan Dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia
27 Maret 2020 , 20:00

Ada indikasi bahwa pemerintah seolah gamang, dalam mengambil tindakan tegas untuk penanganan Covid-19

MENYESAP BAHAGIA DENGAN BERDERMA

Tren Filantropi dan Potensi Kebaikan Hati
03 Februari 2020 , 18:19

Tren Filantropi dan Potensi Kebaikan Hati

 
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer & Privacy Policy
  • Kontak
© Copyright validnews.co. All rights reserved.