- Megapolitan
LIMBUNG RODA TERPASAK CORONA
Melawan Covid-19 Melalui Media Sosial
26 Mei 2020 , 17:08

Oleh Muhammad Azka Prasetya
Wabah covid-19 semakin memprihatinkan. Berdasarkan data dari worlddometers, jumlah penderita covid-19 telah mencapai 4,9 juta orang, dengan angka kematian sebesar 320.368 jiwa. Sebagaimana kita ketahui, saat ini di Indonesia jumlah kasus covid-19 juga telah menembus angka puluhan ribu.
Semakin mewabahnya virus ini membuat pembatasan pergerakan penduduk di luar semakin masif. Langkah pembatasan mobilitas seperti lockdown atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi menu wajib bagi sejumlah negara.
Hal ini dilakukan untuk menekan jumlah penduduk yang terinfeksi virus. Di samping itu, fasilitas kesehatan juga dapat lebih maksimal menangani pasien sehingga laju kenaikan kasus dapat ditekan.
Pembatasan mobilitas ini membuat penduduk hanya bisa beraktivitas dari rumah. Di saat inilah internet menjadi sarana pengisi waktu yang paling manjur untuk “membunuh waktu”.
Hal tersebut membuat penggunaan internet semakin meningkat yang disertai akses internet yang semakin cepat dan semakin luas. Lonjakan pengguna internet tentu menjadi hal yang tak dapat dihindarkan.
Forbes melaporkan total penggunaan internet global mengalami kenaikan drastis hingga mencapai 70% disebabkan semakin banyaknya pengguna internet pada masa PSBB.
Meningkatnya jumlah pengguna internet secara signifikan tentu dapat dimanfaatkan pemerintah dan masyarakat untuk menyebarkan informasi terkait langkah preventif pencegahan penularan covid-19. Salah satunya dengan memanfaatkan platform media sosial.
Tengoklah Vietnam, negeri tetangga yang saat ini menjadi contoh praktik terbaik dalam penanganan covid-19. Padahal, Vietnam tak jauh beda statusnya dengan negara berkembang pada umumnya. Masalah negara berkembang, seperti kemiskinan dan sanitasi, pun masih dihadapi negeri naga biru tersebut.
Sekadar informasi, Vietnam mencatatkan 324 kasus positif covid-19 dan tidak ada kematian yang terjadi akibat virus tersebut. Dalam hal ini, langkah penanganan yang dilakukan Vietnam tidak cukup dengan karantina wilayah dan peningkatan fokus pada upaya penanganan corona, namun juga melalui spirit kerja sama dan solidaritas, pemerintah dan masyarakat Vietnam.
Pemerintah dan masyarakat Vietnam bahu-membahu memastikan tak ada kasus covid-19 baru. Salah satunya dilakukan melalui pesan layanan masyarakat melalui media apapun, tak terkecuali media sosial.
Untungnya, hampir 90% masyarakat Vietnam telah menggunakan telepon genggam. Selain itu, dua per tiga dari 97 juta penduduk Vietnam merupakan penduduk muda berusia kurang dari 35 tahun. Lantas, bagaimana masyarakat Vietnam memanfaatkan situasi tersebut?
Vietnam memanfaatkan media sosial TikTok untuk secara persuasif mengajak masyarakatnya, terutama kalangan milenial, untuk melakukan langkah preventif pencegahan covid-19. Penari asal Vietnam, Quong Dang, misalnya, membuat video dansa dengan lagu latar “Ghen Co Vy” (irilah Coronavirus) yang dibawakan oleh tiga penyanyi asal Vietnam, Khac Hung, Erik, dan Min.
Mereka mengajarkan masyarakat Vietnam pentingnya langkah pencegahan berupa cuci tangan dan teknik cuci tangan yang benar. Selain itu, Quong Dang juga memopulerkan lagu tersebut dengan membuat challenge di TikTok dengan tagar #GhenCoVyChallenge.
Tak ayal, lagu cuci tangan tersebut menjadi viral, ditonton oleh 2 juta pengguna TikTok, dengan video bertagar #GhenCoVyChallenge. Total, video tersebut telah ditonton oleh 21,5 juta pengguna TikTok.
Cara preventif yang dikemas dengan lagu bernada semangat tersebut ternyata sukses mengajak masyarakat Vietnam, khususnya milenial, untuk melakukan upaya preventif di saat pandemi sehingga kasus corona di Vietnam terpantau jauh lebih sedikit jika dibandingkan kasus di negara tetangga lainnya.
Internet untuk Mengubah
Indonesia mempunyai situasi menguntungkan jika berbicara tentang penggunaan internet dan media sosial dalam hal memerangi covid-19. Dalam konteks jumlah pengguna internet, misalnya, Indonesia tengah berada di situasi yang tak jauh berbeda dengan negara tetangga lainnya.
We Are Social melaporkan pada tahun 2020 terdapat 175,4 juta pengguna internet di Indonesia, atau 64% dari jumlah penduduk Indonesia. Lembaga yang sama juga melaporkan bahwa terdapat 160 juta pengguna aktif di sosial media, atau setara 59% dari total penduduk Indonesia. Dalam hal ini, 99% dari pengguna aktif tersebut mengakses media sosial dari ponsel.
Selain itu, lapisan masyarakat Indonesia juga telah memanfaatkan media sosial sebagai media pesan layanan masyarakat tentang pencegahan covid-19 dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan warganet mengenai konten terkait covid-19 di beberapa medsos.
Di Tiktok, misalnya, perusahaan baru saja memperkenalkan tagar bertajuk #PahlawanGardaDepan. Lewat tagar tersebut, perusahaan aplikasi asal Tiongkok tersebut mengapresiasi dan memberikan semangat untuk para tenaga medis Indonesia dalam menangani kasus corona.
Respons terhadap video dengan tagar #PahlawanGardaDepan ini mendapatkan tanggapan yang baik dari warganet. Saat tulisan ini dibuat, tayangan video dengan tagar tersebut mencapai 808,8 juta tontonan secara total.
Jika internet dan media sosial digunakan di Vietnam sebagai sarana mengajak masyarakatnya berpartisipasi memerangi covid-19, di Indonesia internet dan media sosial perlu digunakan untuk meningkatkan kesadaran akan jarak sosial/PSBB, serta mengubah perilaku masyarakat dari antipati menjadi peduli. Namun demikian, pemanfaatan teknologi yang cukup baik akan sia-sia jika masih ada masyarakat yang belum menghiraukan pesan pemerintah.
Bisa dilihat, banyak kita jumpai video viral yang memperlihatkan masyarakat Indonesia masih beramai-ramai memenuhi jalanan atau tempat perbelanjaan. Selain itu, masih ditemui juga kantor yang mewajibkan karyawannya bekerja di tempat. Maka, tak heran jika kenaikan kasus covid-19 di Indonesia masih saja terjadi. Padahal, kesadaran akan jarak sosial dan pembatasan aktivitas publik merupakan senjata utama untuk memutus rantai penyebaran covid-19.
Upaya pemanfaatan media sosial sebagai media pesan layanan masyarakat perlu tetap dilakukan dan ditingkatkan. Tidak hanya untuk memastikan masyarakat kooperatif, pemanfaatan dunia maya harus dipastikan secara efektif dapat mengubah perilaku masyarakat, dari apatis terhadap pembatasan sosial menjadi peduli.
Masyarakat harus ikut bekerja sama dalam menyampaikan pesan untuk melakukan langkah preventif. Tagar seperti #dirumahaja maupun #amandirumah perlu digaungkan kembali untuk menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menunda aktivitas di luar sampai pandemi berakhir. Hal ini karena angka penderita baru bisa berkurang secara signifikan apabila pembatasan sosial sukses dilakukan.
Penyampaian pesan bahwa lebih baik berdiam diri di rumah ketimbang beraktivitas di luar harus disampaikan dengan cara yang membuat masyarakat terangkat ataupun semangat untuk mengikuti anjuran pemerintah. Format kreatif seperti challenge maupun karya seperti lagu atau video yang berhubungan dengan pencegahan covid-19 dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat kepada langkah pembatasan sosial.
Pada akhirnya, dalam pemanfaatan media sosial untuk menangani covid-19, peran pemerintah tidaklah cukup. Masyarakat Indonesia, yang diberkahi akses internet yang sudah semakin luas, harus ikut membantu dan menyukseskan pembatasan sosial sebagai bagian dari pemerataan kurva kasus.
Jika semua pihak berhasil bersama-sama menganjurkan seluruh penduduk Indonesia untuk ikut patuh dengan anjuran pembatasan sosial, bukan tidak mungkin pandemi covid-19 dapat berakhir dengan cepat. Dengan kata lain, kerja sama dan kepatuhan menjadi kunci dari suksesnya penanggulangan coronavirus.
*) Staf GreenUrbanomia
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan perusahaan tempat penulis bekerja.
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN