- Ekonomi
Mei 2020, Utang Luar Negeri Indonesia Bertambah 4,8%
17 Juli 2020 , 20:33

JAKARTA - Utang luar negeri atau ULN Indonesia pada akhir Mei 2020 tumbuh 4,8% dibandingkan tahun lalu atau yoy menjadi US$404,7 miliar. Pertumbuhan ULN Mei lebih tinggi dibandingkan April sebesar 2,9%. Pertumbuhan Mei dipengaruhi transaksi penarikan neto ULN, baik oleh pemerintah maupun swasta.
“Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan ULN berdenominasi rupiah,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (17/7).
Ia menyebutkan besaran ULN Mei terdiri dari utang sektor publik, mencakup pemerintah dan bank sentral, sebesar US$194,86 miliar. Besaran ini tumbuh 2,96% dibandingkan Mei 2019 sebesar US$189,25 miliar.
Pertumbuhan ULN sektor publik Mei tercatat lebih tinggi ketimbang pertumbuhan yang dibukukan pada April 2020. Posisi ULN publik pada akhir April 2020 tercatat sebesar US$192,43 atau 1,42% yoy dari US$189,72 miliar.
Selain sektor publik, ULN Mei juga disumbang utang sektor swasta termasuk BUMN sebesar US$209,88 miliar. Angka ini naik 6,57% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu senilai US$196,93 miliar.
Pertumbuhan utang swasta dan BUMN pada Mei juga lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Pada April, utang swasta mencapai US$207,76 miliar, tumbuh 4,23% dari US$199,31 miliar pada April tahun lalu. Pertumbuhan ini mengakhiri tren pelemahan pertumbuhan utang swasta pada bulan-bulan sebelumnya.
Lebih rinci, Onny menjelaskan ULN pemerintah meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi pada akhir Mei 2020 tercatat US$192,1 miliar atau tumbuh 3,1% yoy. Posisi ULN pemerintah pada akhir April 2020 tercatat sebesar US$189,7 miliar atau tumbuh 1,6% yoy
Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh arus modal masuk pada pasar Surat Berharga Negara atau SBN, seiring ketidakpastian yang kian mereda di pasar keuangan global. Juga daya tarik aset keuangan domestik yang semakin tinggi seiring kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia yang terjaga.
Sentimen positif ini membawa pengaruh pada turunnya tingkat imbal hasil SBN sehingga biaya utang pemerintah dapat ditekan.
"Pengelolaan utang luar negeri pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan pada upaya penanganan wabah covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional," katanya.
Sektor prioritas tersebut, katanya, mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Porsi utang pemerintah untuk sektor ini mencapai 23,4%. Berikutnya, sektor konstruksi dengan porsi 16,4%, jasa pendidikan 16,3%, serta jasa keuangan dan asuransi 12,6%. Terakhir, administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan porsi 11,6%.
Sementara ULN swasta meningkat didorong utang yang dicetak perusahaan bukan lembaga keuangan. ULN perusahaan bukan lembaga keuangan meningkat sebesar 8,9% yoy, di tengah kontraksi utang lembaga keuangan 0,8% yoy.
Beberapa sektor dengan pangsa utang terbesar, yakni mencapai 77,3% dari total ULN swasta, adalah jasa keuangan dan asuransi, pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), dan sektor industri pengolahan.
Struktur Sehat
Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Mei 2020 sebesar 36,6%, sedikit meningkat dibandingkan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 36,2%.
Meskipun meningkat, katanya, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 89,0 persen dari total ULN.
“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” kata Onny.
Onny mengatakan dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN.
“Peran ULN juga terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” pungkasnya. (Fin Harini)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN