- Nasional
Kak Seto: Keselamatan Anak Penting di Tengah Pandemi
20 Juli 2020 , 19:58

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis data mengenai kasus anak terpapar covid-19 telah mencapai 7.008 orang. Tren jumlah anak positif covid-19 rata-rata 100 kasus setiap hari, selama periode 1-19 Juli 2020.
"8,6% dirawat, 8,3% sembuh, dan kita juga tetap berduka ada 1,6% anak meninggal," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Kemenkes, Fidiansjah, dalam acara dialog yang disiarkan akun YouTube BNPB Indonesia, Senin (20/7).
Menanggapi laporan itu, Ketua Umum Lembaga Pemerhati Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, satu anak terinfeksi covid-19 saja sudah sangat memilukan. Perlu keseriusan semua pihak untuk menekan angka tersebut.
"Kalau jumlah ini termasuk paling tinggi, paling tidak di wilayah Asia, berarti kita harus prihatin dengan kondisi ini," kata Seto kepada Validnews, Senin (20/7)
Seto Mulyadi mengingatkan bahwa kesehatan dan keselamatan jiwa anak di tengah pandemi merupakan hal yang sangat penting. Hak anak mendapat jaminan kesehatan tidak boleh dilupakan.
"Pendidikan betul, tetapi kesehatan dan keselamatan jiwa anak itu jauh lebih penting," tuturnya.
LPAI, kata dia, selalu mengingatkan semua pihak, terutama pemerintah untuk betul-betul serius mengawal dan melindungi anak dari bahaya covid-19.
Menurut dia, apabila kondisi belum aman untuk anak-anak bisa beraktivitas seperti dahulu, maka pemerintah selaku pemangku kebijakan, dapat dengan tegas salah satunya tidak membuka sekolah di tengah pandemi.
Seto menuturkan, dirinya mendapat laporan bahwa di beberapa tempat, seperti Bekasi, Jawa Barat, sudah mulai mengizinkan sekolah dibuka kembali. Kebijakan tersebut dinilainya sangat berisiko bagi anak-anak.
Sangat berisiko karena berdasarkan pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus corona tidak hanya lewat droplet, tapi juga dapat melalui mikro droplet yang melayang di udara dalam waktu lama.
"Daerah hijau kalau guru dan muridnya dari daerah merah, ya tetap saja berbahaya. Jadi tetap pemerintah harus tegas. Penting lakukan koordinasi dengan kepala daerah," tuturnya.
Selain itu, kata dia, kurikulum yang diberikan kepada anak di tengah pandemi juga tidak bisa dikaitkan dengan kompetensi. Melainkan kurikulum yang dapat menjawab kebosanan anak apabila berlama-lama di rumah.
Misalkan, anak ketika belajar di rumah diminta membuat puisi atau lagu, menciptakan tarian lawan corona, atau hal-hal lain yang membuat anak akhirnya sibuk namun tetap asyik melakukan kegiatan.
"Kurikulumnya jangan dikaitkan dengan diferensial, matematika, logaritma, integral, tinggalkan dulu itu. Buat kurikulum darurat, karena ini masalah yang juga dihadapi dunia," ujar Seto. (Maidian Reviani)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN