- Ekonomi
Inflasi November Terkendali, BPS Optimistis Target Inflasi Tercapai
02 Desember 2019 , 16:00

JAKARTA – Badan Pusat Statistik mengumumkan tingkat inflasi selama November mencapai 0,14%, dengan kenaikan indeks harga pada seluruh kelompok pengeluaran kecuali kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang justru mengalami deflasi sebesar 0,07%.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Manado, yakni sebesar 3,30%, dan inflasi terendah di Kota Malang sebesar 0,01%. Adapun kota yang terpantau mengalami deflasi tertinggi adalah Tanjung Pandang, sebesar -1,06%.
BPS mencatat inflasi tahun kalender mencapai 2,37%, sedangkan inflasi tahunan mencapai 3,0%. Berdasarkan angka ini, Kepala BPS Suhariyanto optimistis target inflasi yang ditetapkan pemerintah bakal tercapai akhir tahun nanti.
Dia menjelaskan inflasi November secara dominan dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga konsumen (IHK) pada komponen volatile price (harga bergejolak), terutama pada kelompok bahan makanan. Adapun inflasi pada kelompok pengeluaran tersebut mencapai 0,37%, dengan andil pada inflasi keseluruhan sebesar 0,07%.
“Kenaikan harga bawang merah, tomat sayur, daging ayam ras, telur ayam ras, beberapa sayur dan buah-buahan mempengaruhi inflasi. Sedangkan komoditas dalam kelompok ini yang mengalami penurunan IHK adalah cabai merah, cabai rawit, dan ikan segar,” jelas Suhariyanto pada siaran pers, Senin (2/12).
Selain deflasi pada kelompok bahan makanan, penurunan IHK pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pun turut menyumbang andil menekan inflasi selama November. Suhariyanto mengatakan, penurunan harga tarif angkutan udara berpengaruh cukup besar, sehingga kelompok pengeluarannya deflasi sebesar -0,07%.
“Karena November bukan peak season, jadi permintaannya turun. Penurunan harga tertinggi terjadi di Tanjung Pandan, sebesar 15%, dan Mamuju sebesar 11%,” lanjutnya.
Kendati laju perkembangan harga relatif terkendali, Suhariyanto tetap mengimbau semua pihak untuk mengantisipasi peningkatan permintaan konsumen pada Desember. Sebab masyarakat bakal mempersiapkan diri untuk libur sekolah, perayaan Natal dan Tahun Baru.
Untuk perkembangan harga beras pada akhir tahun, dia mengaku tak khawatir meskipun penghujung tahun identik dengan inflasi yang lebih tinggi dari bulan-bulan normal. Sebab harga beras di pedagang eceran terpantau stabil, meskipun harga gabah pada level petani mengalami kenaikan.
Selain itu, kenaikan harga rokok pada Januari pun perlu diantisipasi. BPS mencatat kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,25%. Ini disumbang oleh rokok keretek dan rokok keretek filter yang masing-masing sebesar 0,01%.
Menurut Suhariyanto, kenaikan harga rokok selama November merupakan cara pedagang mengantisipasi kenaikan harga pada awal tahun. Seperti yang telah diberitakan oleh berbagai media, tarif cukai rokok bakal naik tahun depan.
“Pedagang tidak akan langsung menaikkan harga. Jadi kenaikannya secara bertahap agar konsumen tidak kaget. Rokok keretek filter rata-rata naik 0,70%, di 50 kota pantauan BPS. Pedagang mulai menaikkan harga pelan-pelan sejak sekarang. Januari akan kami lihat dampaknya seberapa besar,” pungkasnya.
Sebagai informasi tambahan, BPS mencatat tingkat inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan gas, dan bahan bakar mencapai 0,12%, menyumbang andil sebesar 0,03 pada inflasi keseluruhan. Kelompok Sandang tercatat inflasi 0,03%. Kelompok kesehatan inflasi 0,23%. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga inflasi 0,02%. Ketiganya menyumbang andil cenderung kecil pada inflasi selama November. (Nadya Kurnia)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN