- Ekonomi
Harga Emas Jatuh Tertekan Penguatan Greenback
16 Januari 2021 , 11:42

JAKARTA - Emas Antam pada Sabtu (16/1) anjlok Rp8.000/gram ke angka Rp948.000. Senada, buyback atau pembelian kembali emas Antam turut turun Rp10.000 ke Rp828.000/gram.
Pekan sebelumnya, harga emas berbalik arah pada Kamis (7/1), setelah menguat selama beberapa hari sebelumnya. Emas anjlok Rp10.000 menjadi Rp971.000/gram dan melemah tipis Rp2.000 menjadi Rp969.000/gram pada Jumat (8/1).
Emas Antam pada Sabtu (9/1) pun anjlok lagi Rp15.000 menjadi Rp954.000/gram dan melemah tipis Rp2.000 menjadi Rp952.000/gram pada Senin (11/1).
Logam kuning ini akhirnya menguat pada Selasa (12/1) Rp5.000/gram ke angka Rp957.000 dan naik Rp8.000/gram menjadi Rp965.000 pada Rabu (13/1).
Tapi, emas Antam pada Kamis (14/1) kembali anjlok Rp10.000/gram ke angka Rp955.000. Namun kemudian, menguat tipis Rp1.000 menjadi Rp956.000/gram pada Jumat (15/1).
Adapun titik tertinggi sepanjang masa emas Antam adalah di level Rp1.058.000/gram pada Rabu (19/8/2020).
Harga emas Antam di Pegadaian hari ini Rp1.934.000/dua gram. Harga Antam Retro Rp913.000/gram dan Antam Batik Rp1.155.000/gram. Sementara, harga emas cetakan UBS Rp940.000/gram.
Dikutip dari Antara, di pasar global, harga emas turun tajam lebih dari 1% pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB, mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut karena nilai tukar dolar AS melanjutkan kenaikannya.
Kenaikan kurs dolar menekan sentimen yang meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi setelah presiden terpilih AS mengusulkan paket stimulus baru US$1,9 triliun.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, jatuh US$21,5 atau 1,16% menjadi US$1.829,90 per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (14/1), emas berjangka turun US$3,5 atau 0,19% menjadi US$1.851,40 per ounce.
Emas berjangka terangkat US$10,7 atau 0,58% menjadi US$1.854,90 per ounce pada Rabu (13/1), setelah merosot US$6,6 atau 0,36% menjadi US$1.844,20 pada Selasa (12/1), dan melonjak US$15,4 atau 0,84% menjadi US$1.850,80 pada Senin (11/1).
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, berada di jalur kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2020, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Serangan penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil (obligasi) AS telah memicu koreksi jangka pendek," kata Analis Standard Chartered, Suki Cooper.
Ia melanjutkan, pasar emas terjebak di antara pembelian jangka panjang didukung ekspektasi inflasi yang meningkat karena langkah-langkah stimulus. Di saat yang sama, penguatan dolar dan kekhawatiran akan pelonggaran kuantitatif membuat investor menjual emasnya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan mendekati level tertinggi 10-bulan pada awal pekan ini.
Senada, Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO menilai pemerintahan Biden akan mendukung agenda pengeluaran yang jauh lebih ekspansif dari sebelumnya. Kondisi ini mendorong pembelian emas.
"Tapi sepertinya, ketahanan dolar yang terus berlanjut dalam jangka pendek dan kekhawatiran untuk imbal hasil yang lebih tinggi memicu likuidasi emas," tambah Wong.
Presiden terpilih AS Joe Biden pada Kamis (14/1) menguraikan proposal paket stimulus US$1,9 triliun. Biden mulai menjabat Rabu depan (20/1).
Sementara, emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang dapat dihasilkan dari stimulus yang meluas, lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini telah menantang status tersebut karena meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi teknis, menurut kepala pedagang di Investor Global AS, Michael Matousek, emas memiliki dukungan yang kuat di sekitar US$1.775, dan penurunan ke level itu dapat memicu pembelian lagi.
Sementara itu, logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 93,6 sen atau 3,63% menjadi US$24,866 per ounce. Platinum untuk pengiriman April anjlok US$36,5 atau 3,24% dan menetap di US$1.089,9 per ounce. (Fitriana Monica Sari)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN