
JAKARTA – Dampak pandemi covid-19 yang hampir setahun berjalan, benar-benar berdampak besar pada bisnis indekos di sekitar lingkungan kampus. Pembatasan segala kegiatan berkumpul, termasuk pembelajaran tatap muka di dunia pendidikan, berimplikasi ke banyak hal.
Perkuliahan secara daring terang berefek pada usaha indekos. Banyak kamar yang disewakan kosong melompong ditinggalkan penghuninya.
"Dulu waktu sebelum pandemi, rata-rata mahasiswa yang huni. Terus ada pandemi, pada pergi semua," ujar Yanti, pemilik sebuah pondok kos di Jalan Yahya, Depok, saat berbincang dengan Validnews, Selasa (16/2).
Yanti baru kali ini merasakan pahitnya usaha indekos setelah 20 tahun menekuninya. Pada awal masa pandemi, dia sempat kesulitan keuangan karena satu per satu mahasiswa berhenti menyewa kamarnya. Dari delapan kamar yang tersedia, hanya satu kamar yang terisi.
"Itu juga cuma diisi sama barang-barang dia. Orangnya sudah pulang ke kampung halaman," kata Yanti.
Beruntung beberapa bulan setelahnya, keadaan sedikit membaik untuk Yanti. Kamar-kamar yang ditinggalkan mahasiswa itu mulai disewa kalangan pekerja. Meski tak semua kamar terisi, Yanti tetap mensyukuri yang terpenting asap dapur tetap mengepul.
Hal serupa disampaikan Yoga, penjaga indekos yang memiliki total 80 kamar di sekitaran Universitas Indonesia (UI). Dia berkata, kamar yang terisi saat ini hanya 25 kamar. Penghuninya kebanyakan pekerja kampus. Kalaupun ada mahasiswa yang bertahan, biasanya mereka sedang menggarap penelitian.
Demi bertahan pada masa pandemi, pihak pengelola akhirnya juga menyewakan kamar per hari. Efeknya lumayan besar. Jumlah kamar yang terisi pada akhir pekan biasanya bisa menyentuh 60 kamar.
Yoga mengaku, banyak orang dari luar kota yang memilih menyewa kamar di sana karena harga yang lebih murah. "Apalagi di sini juga dekat dengan pusat perbelanjaan," ujarnya.
Usaha kos-kosan di sekitar kampus hampir senasib. Tak sedikit yang harus gulung tikar karena tidak ada lagi mahasiswa ke kampus. Begitu pula dengan usaha yang bergantung pada keramaian kampus.
Sebut saja pengalaman Anton, salah satu pemilik usaha fotokopi tak jauh dari UI dan Universitas Gunadarma. Pendapatannya turun drastis belakangan.
"Jauh banget. Kalau hitungan omzet, turunnya bisa sampai 50%-nya," kata dia.
Anton bercerita, sebelum pandemi banyak mahasiswa yang memfotokopi. Rata-rata merupakan mahasiswa yang harus membuat laporan praktikum, skripsi, tugas kuliah dan sebagainya. Sejak sistem belajar daring diterapkan, siswa lebih banyak membuat laporan via internet, tidak dicetak. “Laporannya lewat online juga. Makanya sekarang sepi," kata dia.
Kebetulan juga Anton mengelola usaha indekos milik saudaranya di daerah tersebut. Keadaannya tak lebih baik. Dari 27 kamar yang tersedia, hanya 16 kamar yang terisi. Rata-rata penghuninya merupakan pekerja atau mahasiswa yang sambil bekerja.
"Kalau dari tingkat okupansi, dulu (awal pandemi covid-19) juga sempat jatuh lebih dari 50% juga," cerita dia.
Usaha sejenis di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, juga lesu. Padahal, sebelum datangnya pandemi covid-19, usaha kos-kosan di kawasan saat itu terbilang menjanjikan, mengingat Jatinangor merupakan daerah pendidikan.
Ada beberapa universitas dan institut ternama di daerah tersebut. Sebut saja Universitas Padjadajaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), dan Institut Koperasi Indonesia (Ikopin).
Namun apa daya, keadaan berubah. Karena covid-19, sudah jarang dijumpai sekumpulan mahasiswa di kawasan tersebut.
"Sekarang sudah tidak sebanyak dulu. Soalnya tahun ini kan pembelajarannya online lagi," kata Dian, salah satu mahasiswa pascasarjana Unpad.
Perempuan asal Pandeglang, Banten ini bahkan sampai merasa kesepian. Dia tinggal sendirian saja di tempat kosnya di Cikuda, Jatinangor. Penghuni lainnya, memilih kembali tinggal di rumah orang tua masing-masing. Penjual makanan di sekitar kosannya pun tak lagi sebanyak dulu.
Suasana salah satu gang di kawasan kos-kosan Beji, Depok. Sebelum pandemi covid-19, kawasan ini ramai dilalui mahasiswa. Validnews/Seruni Rara Jingga
Jual Bangunan
Raffi, pemilik kos tempat Dian tinggal pun sangat terpukul dengan keadaan ini. Dia bercerita, pada situasi normal dari total 25 kamar yang dimilikinya, paling hanya sekitar empat sampai lima kamar saja yang biasanya kosong.
"Sekarang cuma dua (kamar) saja yang terisi," keluhnya.
Kedua penghuni usaha indekosnya semuanya mahasiswa. Selain Dian, mahasiswa lain yang melanjutkan sewa kamar, tapi tidak benar-benar tinggal di situ.
Dengan hanya dua penyewa, Raffi mengaku kesulitan memenuhi biaya perawatan gedung kosannya. Padahal, berdasarkan laporan penjaga kosan, sudah mulai ada kerusakan sana-sini.
"Terakhir info dari penjaga kosan, ada atap yang bocor. Belum sempat diperbaiki lagi. Tapi saya sudah hubungi penjaga di sana untuk segera diperbaiki," kata dia.
Raffi sebenarnya punya usaha lain sebagai fotografer. Namun, keadaannya tak lebih baik. Bisnis fotografi juga mengalami kemerosotan sejak pandemi.
Makanya Raffi khawatir tidak mampu mempertahankan usahanya lebih lama lagi. Dia khawatir, akan senasib dengan banyak usaha indekos yang tutup. Layanan laundry serta warung makan juga tak sebanyak dulu. Padahal, usaha kos-kosan yang ia mulai 12 tahun lalu itu dia bangun untuk investasi, mengingat kawasan itu berada di dekat universitas.
"Bisa saja usaha saya berakhir seperti kos-kosan lain. Sudah banyak yang berhenti dan banyak bangunannya dijual karena sepi mahasiswa," ujarnya lirih.
Raffi dan banyak lainnya memang menangguk laba dari usaha kos. Sejatinya peluang usaha kos-kos di sekitar kampus, adalah sangat menjanjikan. Selain penghasilan yang terus mengalir, pemilik kos juga mendapat keuntungan dari terus naiknya harga tanah. Pada saat sama, berbagai usaha pelayanan penunjang kehidupan insan kampus, semisal usaha fotokopi, penjualan alat tulis, dan lainnya, juga bertautan meraih keuntungan.
Kini, siapa sangka pandemi covid-19 menghempaskan usaha tersebut. Ke depan, kian lumrahnya pembelajaran daring atau jarak jauh via internet, kian menggerus potensi usaha-usaha sejenis. (Seruni Rara Jingga)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN