• Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Kultura
  • Indeks
  • Nasional

MENYESAP BAHAGIA DENGAN BERDERMA

Dua Wajah Penggalangan Dana di Media Sosial

Refleksi seseorang sebagai manusia dermawan di media sosial kerap tak selaras di dunia nyata
27 Februari 2020 , 21:00
Ilustrasi donasi digital. Shutterstock/dok
Ilustrasi donasi digital. Shutterstock/dok

JAKARTA – Kalimat "Twitter Please do Your Magic!" belakangan bak sebuah mantra bagi warganet yang ingin meminta donasi via Twitter.

'Mantra' ini dipakai untuk banyak kepentingan. Ada yang mempromosikan dagangan diri sendiri. Ada yang mencari jodoh, mencari orang hilang. Atau, juga yang memang sengaja membantu orang lain.

Salah satu yang merasakan keampuhan ‘mantra’ tersebut adalah Alice (19). Gadis asal Solo, Jawa Tengah itu, sempat mempromosikan Mbah Min, kakek penjual bakso berusia 86 tahun di Solo. Walhasil, banyak yang tergerak membantunya.  

Alice tidak sengaja melihat Mbah Min tidur di pinggir jalan sembari memeluk badannya sendiri. Kakek ini kedinginan. Kaus cokelat pramuka yang melekat di badannya tak kuasa menepis dinginnya angin malam.

Tak tega dengan keadaan Mbah Min, Alice langsung mengajak ngobrol dan membeli bakso. Bakso Mbah Min dijual seharga Rp10 ribu lengkap dengan tahu, pangsit dan mi.

"Pas nyoba baksonya ternyata enak. Nah terus bikin tweet itu biar banyak yang tahu kalau ada bakso murah yang rasanya enak, dan berharap dagangan Si Mbah cepat habis supaya bisa pulang lebih cepat," kata Alice kepada Validnews, Senin (24/2).

Setelah cuitan Alice viral dengan 40 ribu lebih retweet dan 38 ribu likes, dagangan si kakek laku keras. Terkumpul juga donasi sejumlah Rp350 ribu berikut perlengkapan pakaian, seperti selimut, baju hangat, dan sandal, untuk Mbah Min.

Lain kisah dengan Endi Yogananta (26), suami dari Israni Silvia Sujarmanto dan ayah dari almarhum Pradipta Kenzo Yoshvia. Mereka menjadi korban pohon tumbang di Jalan Wates, Yogyakarta pada 5 Februari 2020 lalu.

Kejadiannya terjadi malam hari, saat keluarga kecil ini hendak pulang ke rumah. Tiba-tiba saja pohon yang tingginya belasan meter dan berdiameter kurang lebih 60 cm roboh dan langsung menimpa Endi beserta keluarga.

Endi memang hanya luka ringan, namun istrinya yang sedang hamil delapan bulan mengalami patah tulang panggul dan sobek kandung kemih. Anak yang dikandungnya juga tidak bisa diselamatkan karena benturan keras mengakibatkan tali pusarnya putus.

Pilu Endi bercampur gusar. Penghasilannya sebagai marketing tak cukup untuk memenuhi biaya rumah sakit, operasi, persalinan, pengobatan hingga recovery. Oleh karena itu, Endi nekat membuka donasi di Twitter pribadi miliknya lewat salah satu situs crowdfunding atau yang mengumpulkan dana publik pada 9 Februari 2020 lalu.

Dari situ akhirnya bisa terkumpul Rp115 juta lebih dengan jumlah donatur sebanyak 1.945 per 25 Februari. Endi juga mendapatkan bantuan total Rp73 juta lebih dari empat lembaga pemerintah daerah.

"Saya berterima kasih atas segala bentuk bantuan yang datang, namun dari dasar hati yang paling dalam saya hanya meminta penjaminan kesehatan istri saya sampai dia pulih," ucap Endi kepada Validnews, Selasa (25/2).

Selama nyaris satu bulan istrinya dirawat di rumah sakit, Endi sudah menghabiskan biaya pengobatan dan operasi jutaan rupiah dari kocek pribadi. Dia juga sudah menggunakan Rp100 juta lebih dari hasil donasi.

Selain kisah Alice dan Endi, masih banyak warga yang memilih jalan pintas dengan membuka donasi di media sosial. Menurut pengamat media sosial, Damar Juniarto fenomena ini bukan merupakan hal baru. Penggalangan dana lewat media sosial yang merujuk ke situs crowdfunding sejatinya sudah dimulai sejak sekitar tahun 2011 lalu.

Damar mengatakan, ada tiga situs crowdfunding yang eksis pada tahun 2011. Ketiga situs itu memiliki alasan pendirian yang berbeda-beda. Ada situs yang khusus membantu seniman, artis dan kreator Indonesia agar mewujudkan karyanya, salah satunya digunakan oleh sutradara dan produser Mira Lesmana dan Riri Riza dalam pembuatan film Atambua 39 Celcius. Mira dan Riri berhasil mengumpulkan total Rp300 juta.

Ada juga situs yang berkonsentrasi dalam tiga sektor, yaitu sosial, politik, dan kewirausahaan (ekonomi). Lalu, ada juga situs yang ditujukan untuk membiayai kegiatan kewirausahaan semata untuk menggandeng sejumlah pihak besar.

Merujuk pada definisinya, Damar menjelaskan situs crowdfunding ini diperuntukkan untuk menggalang dana keroyokan dari masyarakat guna mendukung usaha inisiatif seseorang atau organisasi. Tujuannya lebih ke sosial. Dana bencana, jurnalisme warga, atau seniman yang butuh dukungan penggemar, kampanye politik, pembiayaan bisnis awal, proyek film, atau pembiayaan software gratis adalah diantaranya.

"Nah tapi kan kalau itu sedikit ribet ya karena ada verifikasi dan sebagainya. Jadi, kini mungkin memang media sosial seperti Twitter lebih mudah dan simpel untuk membuat penggalangan donasi," ujar Damar kepada Validnews, Selasa (25/2).

Masalah Verifikasi
Fenomena penggunaan media sosial sebagai media donasi dinilai Damar sebagai indikator bahwa platform crowdfunding yang ada belum dianggap nyaman oleh pengguna karena terlalu ribet. Namun, Damar menyebutkan, ada beberapa sisi negatif jika pembuat aksi donasi menggunakan media sosial sebagai sarana donasi.

Pertama, ketiadaan verifikasi yang jelas membuka kemungkinan terjadinya penipuan. Dampaknya akan membuat rendahnya kepercayaan pada model donasi di internet, baik di situs crowdfunding atau media sosial. Kemudian, adanya celah kejahatan baru dengan bermodalkan tiga akses yang diberikan pembuat donasi, yaitu nama lengkap, nomor rekening dan nomor handphone.

"Ada potensi kerentanan, bisa jadi celah kejahatan baru. Kan dia sebagai pembuat donasi tentu menyebarkan tiga hal itu yang bisa diotak-atik oleh orang jahat," ucap Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFENet) tersebut.

Bagaimana pun, Damar memandang fenomena Twitter Please do Your Magic ini merupakan formula baru dan cara lain dalam berdonasi. Apalagi ada kecocokan antara karakter dermawan orang Indonesia dan media sosial yang saat ini digunakan banyak orang, terutama generasi milenial.

Indonesia memang menduduki puncak tertinggi sebagai negara paling dermawan versi lembaga amal dunia (CAF) yang berbasis di Inggris pada saat menerbitkan laporan World Giving Index tahun 2018.

"Karakter milenial memang dermawan, ia ingin membagikan kelebihan rezekinya pada orang lain. Nah karakter kedermawanan ini cocok saat bertemu dengan media sosial yang juga sering digunakan oleh milenial. Jadi klop," beber Damar.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Derajad S. W menyebutkan, fenomena donasi ini bukan barang baru dalam kultur Indonesia. Sejak dulu masyarakat Indonesia suka menyumbang. Nah, kali ini bedanya adalah wadahnya, yakni media sosial.

Tingkat kedermawanan masyarakat, khususnya milenial, diamatinya kian meningkat karena ada medium yang pas. Sebagai contoh Twitter yang dibalut elemen kekinian dengan tajuk Twitter Please do Your Magic.

"Tapi kalau urusan dermawan, memang masyarakat kita dari dulu sudah dermawan. Apalagi ditambah ada medium yang pas dan menyebar seperti Twitter ini," ucap Derajad.

Jiwa Caper
Selain medium, jiwa caper (cari perhatian) warganet Indonesia juga menjadi pemicu yang lain. Karena dengan menjadi dermawan, status seseorang akan terlihat lebih meningkat. Menurut Derajad, ada karakter yang menonjol di masyarakat berupa keinginan dipandang sebagai orang yang dermawan. Makanya, tak jarang seseorang sengaja memperlihatkan donasinya di media sosial.

Menurut Derajad, fenomena berdonasi lewat perorangan di media sosial ini akan mempunyai dua dampak sosial. Pertama, fenomena ini akan membentuk sebuah gerakan sosial baru yang berarti positif. Tapi ia juga menilai hal ini mudah disalahgunakan.

"Jadi orang akan mudah menggerakkan orang lain atas dasar donasi, persoalan orang susah dan korban gitu misalkan. Nah itu berpotensi disalahgunakan," jelas Derajad.

Derajad memandang, fenomena donasi lewat media sosial ini juga bisa ditularkan ke dunia nyata. Tapi ia sangsi proses penularan kedermawanan itu berlangsung cepat. Sebab refleksi sebagai manusia dermawan di media sosial mudah hilang jika prosesnya terjadi di dunia nyata.

Penelitian Georgetown University yang berjudul Digital Persuasion pada tahun 2013 menyebutkan, media sosial memiliki pengaruh besar untuk mengubah pikiran dan perilaku penggunanya. Soal penggalangan dana, misalnya, foto atau kata-kata yang pilu di media sosial biasanya begitu mudah mengundang perhatian dalam jumlah besar. Penelitian ini melibatkan lebih dari 2.004 pengguna internet di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 18 tahun.

Ajakan untuk ikut berdonasi di media sosial, disimpulkan, dapat menggerakkan orang untuk melakukan beberapa bantuan. Bisa dengan memberikan nominal langsung atau ikut membantu menjadi relawan.

Penelitian ini menyebutkan 56% responden mengatakan ikut tersentuh dan ingin membantu karena membaca cerita. Unggahan berupa video memotivasi sekitar 41% responden untuk beramal. Lalu, 40% tergerak karena foto, dan 39% karena teman atau keluarganya telah lebih dulu beramal.

Fenomena Donasi
Twitter sendiri telah banyak melakukan penyesuaian selama beberapa tahun terakhir. Buktinya, belakangan Twitter dimanfaatkan untuk mendistribusikan informasi dan menggalang bantuan bagi mereka yang membutuhkan, atau biasa dikenal dengan “Twitter Please do Your Magic" ini.

Jumlah penggunaan emoji yang berhubungan dengan frase di atas pada tahun 2019 meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Dalam penelusuran Validnews, kicauan atau tweet yang berhubungan dengan mantra itu bisa mencapai 200 ribu tweet lebih dalam satu hari.

Pihak twitter memandang fenomena donasi yang dilakukan di Twitter ini merupakan fenomena organik yang diprakarsai oleh pengguna Twitter di Indonesia.

"Dengan karakternya yang real time, Twitter memungkinkan pendistribusian informasi terjadi dengan lebih cepat dan mencapai lebih banyak orang," ucap salah seorang perwakilan Twitter, yang tak bersedia disebutkan namanya, kepada Validnews, Selasa (25/2).

Ia menganggap, dari fenomena ini, Twitter dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat dengan mengajak para pengguna untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Untuk itu, pihak Twitter berharap fenomena ini dapat terus membawa manfaat.

"Sekadar melakukan retweet saja sudah dapat membantu memperluas pencapaian informasi dan akan sangat bermanfaat bagi orang yang memang sedang membutuhkan bantuan," jelasnya.

Pihak Twitter memastikan tidak pernah meminta dan/atau mengambil keuntungan dalam bentuk apapun dari fenomena donasi lewat tweet “Twitter Please do Your Magic”.

Perihal aturan dari penggalangan dana di media sosial ini tentu berhubungan dengan

Kementerian Sosial (Kemensos). Kasubdit Pemantauan dan Penyidikan Direktorat PSDBS Kemensos, Ani Iriani menyampaikan, fenomena ini menunjukkan bahwa semangat gotong royong dan kesetiakawanan sosial di kalangan masyarakat masih tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kemensos mengklaim senantiasa berprinsip tetap mendorong adanya kepedulian atau partisipasi aktif masyarakat selama masih dalam koridor yang benar. Artinya, sesuai dengan peraturan perundang undangan.

Sayangnya, aturan yang ada di Undang-Undang Nomor 9 tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang tidak mengatur penyelenggaraan donasi yang dilakukan secara pribadi atau perorangan, seperti yang terjadi di media sosial. Jadi, proses perizinan belum jelas.

Ani mengartikan, selama UU tersebut masih berlaku dan belum ada penggantinya, maka penyelenggaraan donasi perorangan bisa dianggap menyalahi peraturan. Oleh karenanya, Kemensos akan terus berupaya menata regulasi yang ada untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Regulasi memang akan disesuaikan dengan perkembangan saat ini. Antara lain menyangkut proses perizinan, persyaratan dan media atau mekanisme yang digunakan dalam pengumpulan sumbangan masyarakat," papar Ani kepada Validnews, Rabu (26/2).

Sambil memperjuangkan penataan regulasi, Kemensos mengaku sudah melakukan upaya pencegahan agar donasi lewat media sosial tidak disalahgunakan dan memunculkan kasus penipuan. Kemensos terus bersosialisasi kepada para penyelenggara Pengumpulan Uang atau Barang (PUB).

Selain itu, sosialisasi juga dilakukan melalui media massa berupa imbauan kepada penyelenggara PUB untuk berizin sesuai peraturan. Kemensos mengaku, secara terus menerus sudah melibatkan penyelenggara PUB untuk melakukan penyempurnaan aturannya. (Gisesya Ranggawari)

  • Share:

Baca Juga

Kultura

500 Juta Data Pengguna LinkedIn Bocor

  • 10 April 2021 , 13:41
Ekonomi

Kilang Pertamina Balongan Kembali Beroperasi Normal

  • 09 April 2021 , 15:53
Kultura

Waktu Yang Tepat Untuk Olahraga di Bulan Puasa

  • 07 April 2021 , 18:00

Tulis Komentar

Lupa Password?

ATAU

MASUK DENGAN

Facebook
Google+
Belum memiliki Akun? Daftar Sekarang

Belum ada komentar.

Vista

Napas Panjang Ahli Pemberdayaan


  • Terbaru

Legislator Harap IE-CEPA Perkuat Kinerja Ekspor Nasional
10 April 2021 , 18:00

Legislator juga berharap kerja sama dengan negara-negara EFTA ini bisa segera membantu persoalan ekspor kelapa sawit Indonesia

Pemuda dan Bujukan ‘Syurga’
10 April 2021 , 18:00

Perempuan cenderung lebih emosional dibandingkan laki-laki sehingga lebih mudah direkrut oleh kelompok ekstremis

Tips Dekorasi Ruangan Agar Lebih Meriah Sambut Ramadan
10 April 2021 , 17:58

Sebelum pandemi, tema nuansa Timur Tengah seperti 1001 malam hingga Arabian Nights mewarnai setiap rumah dan proyek

Pemuda dan Bujukan ‘Syurga’
10 April 2021 , 18:00

Perempuan cenderung lebih emosional dibandingkan laki-laki sehingga lebih mudah direkrut oleh kelompok ekstremis

PELUANG USAHA

Masih Ada Sinar Jadi Tukang Gambar
09 April 2021 , 21:00

Profesi ‘Tukang Gambar’ handmade pada era download dan repost masih punya peluang besar. Banyak orang yang mulai kembali melirik manual illustration, sejak 2017 hingga saat ini

Pencegahan Menyusut, Teror Berlanjut
08 April 2021 , 21:00

Program deradikalisasi mantan napi terorisme di luar lapas, tak sebaik yang dilakukan di dalam lapas. Padahal, BNPT sendiri kewalahan untuk mencegah penyebaran paham radikal melalui internet

Menjaga Yang Pernah Tersesat Dengan Pundi Kuat
06 April 2021 , 21:00

Kesulitan ekonomi kerap menggiring mantan narapidana teroris (napiter) untuk kembali ke jalan yang salah

Tugas Berat Di Tanah Pusara
05 April 2021 , 21:00

Penggali kubur sering kali menjadi pelampiasan emosi keluarga jenazah covid-19

Wajah Kekinian Film Kita
03 April 2021 , 18:00

Kejayaan film Indonesia diyakini bisa berulang

Film Nasional Di Titik Nadir
01 April 2021 , 21:00

Pandemi covid-19 membuat masalah yang selama ini terjadi di industri perfilman nasional menjadi lebih parah

  • Fokus
  • Paradigma

SENI & BUDAYA

Ledekan Dalam Lawakan
07 April 2021 , 15:38

Setiap orang punya keunikan masing-masing yang bisa digali dan menjadi materi roasting.

Mengerek Harga Pantas Atas Karbon Indonesia
29 Maret 2021 , 19:05

Perdagangan karbon jelas dapat mendukung kelestarian hutan Indonesia

SENI & BUDAYA

Mengapa K-Pop Begitu Mendunia?
26 Maret 2021 , 17:00

Meski masih banyak yang tak suka dengan keberadaannya, musik dan aneka hiburan yang ditawarkan berbagai kelompok vokal asal Korea Selatan ini terbukti punya pengaruh besar di ranah internasional.

Fokus Ke Asia, Michelin Tingkatkan Kapasitas Produksi 22%
10 April 2021 , 11:00

Pasar Asia berkontrubusi 18% dari total serapan kapasitas produksi Michelin

PSBB Total, MRT Lakukan Penyesuaian Operasional
14 September 2020 , 10:47

Ada pembatasan jumlah penumpang menjadi 62 -67 orang dalam satu kereta

BERSAMA BIJAK TANGGAPI BENCANA

Urgensi Ketegasan Dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia
27 Maret 2020 , 20:00

Ada indikasi bahwa pemerintah seolah gamang, dalam mengambil tindakan tegas untuk penanganan Covid-19

 
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer & Privacy Policy
  • Kontak
© Copyright validnews.co. All rights reserved.