- Kultura
Data Jadi Penggerak Utama Teknologi 2021
14 Januari 2021 , 20:07

JAKARTA – Perusahaan penyedia platform data cloud, Cloudera, memperkirakan tren teknologi tahun ini, khususnya di Asia Pasifik, masih digerakkan oleh data. Fajar MuharandY, SE Lead Cloudera Indonesia pada jumpa pers virtual, Kamis (14/1) menyampaikan, setidaknya ada empat tren yang akan mempengaruhi strategi data perusahaan di Asia Pasifik.
Tren pertama, adopsi 5G di Asia Pasifik diyakini bisa menimbulkan gelombang tsunami data yang lebih besar, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Teknologi ini akan menandakan gelombang digitalisasi berikutnya," kata Fajar seperti dilansir Antara, Kamis.
Teknologi 5G diperkirakan berdampak pada strategi data perusahaan, karena menjanjikan konektivitas besar-besaran untuk penggunaan internet of things (IoT).
Kedua, akan ada lebih banyak orang yang bisa mengakses teknologi machine learning. Perusahaan di Asia Pasifik diprediksi akan semakin banyak yang mengadopsi teknologi ini, untuk menjawab tantangan di dunia digital.
Selama ini, hanya divisi tertentu yang berwenang mengakses data sebuah perusahaan, misalnya tim TIK. Seiring dengan meluasnya penggunaan machine learning, divisi lain juga akan tertarik untuk mengakses data demi meningkatkan kinerja mereka.
Tren ketiga, pengelolaan data secara hybrid diperkirakan semakin terkenal tahun ini. Hybrid cloud, perpaduan platform milik sendiri, cloud privat dan cloud publik, akan semakin banyak digunakan di infrastruktur perusahaan.
Teknologi hybrid cloud juga diperkirakan akan semakin banyak digunakan di Indonesia tahun ini. Bahkan, Cloudera menemukan adanya permintaan menggunakan platform on-premise, namun, memiliki pengalaman layaknya di cloud.
"Manajemen pengelolaan data, mana data yang perlu ditaruh di cloud. Dalam lingkungan hybrid, pengelolaan data ini penting," tutur Fajar.
Perusahaan yang tidak mengelola data dengan baik, lanjutnya, akan rentan menjadi target serangan siber. Perusahaan juga bisa kesulitan untuk mematuhi regulasi soal perlindungan data dan kewajiban mengenal pelanggan, know your customer.
Tren keempat berkaitan dengan persoalan etika di kecerdasan buatan, artificial intelligence (AI). Semakin banyak AI figunakan, semakin banyak pula risiko reputasi, regulasi dan hukum. Masalah etis AI muncul ketika semakin luas pengumpulan, analisis dan penggunaan data. Pembahasan etika AI saat ini seputar anonimisasi data.
Menurut Cloudera Indonesia, etika pada AI ini merupakan salah satu pembahasan yang kompleks dan diharapkan praktiknya tidak melanggar etika.
Integrasi Layanan
Sebelumnya, Pakar Keamanan Teknologi Informasi dari XecureIT Gildas Deograt Lumy menuturkan, saat ini, kita bukan lagi hidup di dua dunia pararel.
“Dunia fisik dan dunia maya sudah melebur menjadi satu,” ucapnya.
Pendapat Gildas menjadi cerminan, di dunia maya, semua orang ibarat telah berubah menjadi objek berupa informasi semata. Orang per orang bukan lagi dilihat sebagai individu bernyawa, melainkan informasi mengenai sebuah identitas.
Ilustrasi Sosial media. Shutterstock/dok.
Orang diterjemahkan sebagai akun dengan foto, video, rekaman suara, percakapan, lokasi fisik, aktivitas, emoticon, tombol like/dislike, hingga rekam medis yang seluruhnya dapat dikomersialisasi dan diperjualbelikan.
Sayangnya, komunikasi dalam platform berbasis internet makin jamak, bahkan bila tak menggunakannya, terasa tak lazim. Di Indonesia, misalnya, tukar-menukar nomor kontak yang telah disertai WhatsApp (WA) menjadi sesuatu yang amat wajar.
Pengguna WA di Indonesia tergolong terbanyak di dunia. Fakta itu membuat siapa pun boleh khawatir terkait dengan rencana Facebook untuk mengintegrasikan layanan WhatsApp, Instagram, dan Facebook menjadi satu kesatuan.
Dengan menggabungkan berbagai potongan-potongan puzzle data pribadi maka karakter, kejiwaan, kesehatan, hingga kehidupan pribadi penggunanya menjadi tak ada lagi privasi. Semua informasi terpampang tanpa batas apa pun di hadapan Facebook menjadikannya sebagai platform yang bisa jadi paling mahatahu tentang penggunanya.
Seperti diketahui, Facebook telah melemparkan isu terkait dengan rencananya untuk mengintegrasikan layanannya, yakni Instagram, WhatsApp, dan Facebook Messenger. Meskipun ketiganya akan tetap menjadi aplikasi yang berdiri sendiri, pada tingkat yang lebih dalam ketiganya akan ditautkan sehingga pesan dapat berjalan di antara layanan yang berbeda.
Pendeknya, setelah penggabungan, berarti pengguna Facebook dapat berkomunikasi langsung dengan seseorang yang hanya memiliki akun WhatsApp. Saat ini hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena aplikasi tidak memiliki core yang sama.
Perpesanan lintas platform juga dapat mengarahkan bisnis di satu platform untuk mengirim pesan kepada calon pelanggan di platform lain. Hal ini memungkinkan dan memudahkan Facebook untuk berbagi data di tiga platform untuk membantu upaya periklanan yang ditargetkan.
Ada yang berpendapat bahwa dukungan pemilik Facebook, Zuckerberg, terhadap rencana menghubungkan sistem pesan ini telah menyebabkan "perselisihan internal". Itu adalah bagian dari alasan pendiri Instagram dan WhatsApp pergi tahun lalu.
Menautkan data pengguna secara komprehensif pada tingkat fundamental, memang dapat mendorong regulator untuk meninjau kembali praktik penanganan datanya. Komisaris Informasi Inggris, misalnya, telah melakukan penyelidikan tentang seberapa banyak data yang dibagikan antara WhatsApp dan Facebook.
Dengan menggabungkan data di ketiga layanan, Facebook akan sangat mungkin lebih kenal seseorang. Bahkan ketimbang diri mereka sendiri, keluarga, dan teman dekatnya.
Penilaian Komputer
Sebuah studi dilakukan di Departemen Psikologi, University of Cambridge, Inggris, menemukan bahwa penilaian oleh komputer tentang kepribadian seseorang lebih akurat ketimbang penilaian serupa oleh manusia.
Riset yang dilakukan oleh Wu Youyoua, Michal Kosinskib, dan David Stillwella pada tahun 2014, menemukan signifikansi bahwa kepribadian seseorang dapat diprediksi secara otomatis, tanpa melibatkan keterampilan sosial-kognitif manusia.
Studi ini membandingkan akurasi penilaian kepribadian atau aktivitas sosial-kognitif yang ada di mana-mana dan pentingnya antara model komputer dan manusia.
Dengan menggunakan beberapa kriteria, periset menunjukkan, penilaian komputer terhadap kepribadian orang berdasarkan jejak digital mereka lebih akurat dan valid, daripada penilaian yang dibuat oleh orang terdekat atau kenalan mereka (teman, keluarga, pasangan, kolega, dan lain-lain).
Penelitian ini membandingkan keakuratan penilaian kepribadian berbasis manusia dan komputer menggunakan sampel dari 86.220 sukarelawan yang mengisi kuesioner kepribadian yang terdiri atas 100 item.
Peneliti menunjukkan bahwa (i) prediksi komputer berdasarkan jejak digital generik (Like Facebook) lebih akurat (r = 0,56) daripada yang dibuat oleh teman Facebook partisipan yang menggunakan kuesioner kepribadian (r = 0,49). Kemudian, (ii) model komputer menunjukkan kesepakatan interjudge yang lebih tinggi.
(iii) Penilaian kepribadian komputer memiliki validitas eksternal yang lebih tinggi ketika memprediksi hasil kehidupan, seperti penggunaan zat, sikap politik, dan kesehatan fisik; untuk beberapa hasil, mereka bahkan mengungguli skor kepribadian diri.
Komputer yang melampaui manusia dalam penilaian kepribadian menghadirkan peluang dan tantangan yang signifikan di bidang penilaian psikologis, pemasaran, dan privasi.
Hal ini sebagaimana yang mungkin akan terjadi pada Facebook yang akan menggabungkan data di ketiga layanan. Dengan begitu, Facebook bisa jadi akan lebih kenal diri seseorang daripada diri orang itu sendiri, bahkan keluarga dan teman dekatnya.
Penjelasan Kominfo
Merespons fenomena yang terjadi, Kementerian Kominfo memberikan perhatian yang serius atas tanggapan masyarakat terhadap perubahan kebijakan privasi WhatsApp tentang aturan dan tata kelola perlindungan data pribadi serta privasi pengguna.
Menurut Menkominfo Johnny G. Plate, kondisi ini menunjukkan masyarakat di Indonesia makin menyadari pentingnya perlindungan data pribadi dalam penggunaan aplikasi informatika. Sehubungan dengan hal tersebut, dia mengatakan bahwa Kementerian Kominfo telah melakukan pertemuan dengan perwakilan WhatsApp/Facebook Asia Pacific Region pada hari Senin (11/1).
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut, Kementerian Kominfo menekankan agar WhatsApp serta pihak-pihak terkait menjawab perhatian publik dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat Indonesia yang disampaikan secara lengkap, transparan, jelas, mudah dipahami. Juga dapat diakses oleh publik terkait dengan pembaruan kebijakan privasi WhatsApp, khususnya terkait dengan kekhawatiran masyarakat.
Masalahnya, masyarakat di Indonesia khawatir mengenai jenis-jenis data pribadi yang dikumpulkan dan diproses oleh WhatsApp serta dibagikan kepada pihak ketiga dan tujuan dan dasar kepentingan pemrosesan data pribadi.
Masyarakat juga menuntut jaminan akuntabilitas pihak yang menggunakan data-data pribadi, mekanisme yang tersedia bagi pengguna untuk melaksanakan hak-haknya, termasuk hak untuk menarik persetujuan serta hak-hak lain, yang dijamin oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta hal-hal lain yang menjadi perhatian publik. (Faisal Rachman)
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN