- Megapolitan
Dari Jerawat Jadi Gawat Darurat
13 Agustus 2019 , 13:51

Oleh: Gisantia Bestari, SKM*
Pada 2011, acara The Tyra Show yang dipandu oleh model Tyra Banks bekerja sama dengan dokter kulit bernama Ava untuk membantu seorang perempuan penderita bekas jerawat yang kronis. Di acara tersebut, perempuan itu bercerita mengenai jerawatnya yang terus muncul, bahkan setelah ia sudah melewati masa remajanya. Bekas jerawat yang cukup parah berpengaruh besar terhadap kepercayaan diri dan kehidupannya. Sambil menangis, ia mengulang kisah perundungan yang dialaminya karena bekas jerawat kronis yang dimilikinya.
Selama beberapa waktu, dokter Ava memperbaiki wajahnya menggunakan teknologi laser, terapi cahaya fotodinamis, perawatan estetika, dan prosedur-prosedur lainnya. Setelah rangkaian pengobatan wajahnya membuahkan hasil, perempuan itu hadir di panggung The Tyra Show dengan wajah yang membaik dan penuh percaya diri.
Pada 2013, beauty blogger asal Singapura bernama Bun Bun mengejutkan penggemarnya akibat peradangan jerawat sangat parah yang ia alami. Ternyata, peradangan jerawat tersebut terjadi akibat bahan kedaluwarsa yang diaplikasikan pada wajahnya saat ia bertandang ke sebuah klinik kecantikan. Kejadian tersebut membuatnya marah kepada pihak klinik kecantikan tersebut. Kondisi buruk di wajahnya memengaruhi kepercayaan dirinya sebagai beauty blogger. Bun Bun terpaksa menghadiri sebuah acara dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Jerawat dan bekasnya menjadi masalah wajah paling populer sekaligus sering dialami banyak orang. Jerawat, yang dalam istilah ilmiahnya disebut acne vulgaris, merupakan kondisi kulit ketika pori-pori tersumbat oleh minyak dan sel kulit mati. Sejumlah penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara menderita jerawat dengan bermacam-macam faktor psikologis, seperti kecemasan, emosi, depresi, kepercayaan diri, konsep diri, penerimaan sosial, dan isolasi sosial.
Sembuh Selalu Diburu
Menurut Albert Kligman, dokter kulit asal Amerika yang menemukan tretinoin sebagai obat jerawat pada 1960-an, tidak ada satu orang pun yang menjalani kehidupannya tanpa pernah mengalami jerawat di kulitnya (Kathleen, dkk., 2018). Meskipun demikian, kehadiran jerawat tetap dianggap mengganggu bagi banyak orang dan tidak diharapkan ada.
Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada 2012 mengungkapkan data permasalahan kulit pasien, yakni jerawat, yang mencapai 629 kasus per tahun. Sementara itu, penderita iritasi/kerusakan kulit akibat penggunaan kosmetik mencapai 146 kasus. Masalah-masalah lainnya, seperti melasma (bercak kecokelatan pada wajah) dan penyakit pigmentasi (hilangnya warna kulit) mencapai 159 kasus.
Banyaknya orang dengan masalah kulit, terutama jerawat, membuat dokter spesialis kulit laris manis. Terlebih, jika dokter spesialis kulit tersebut direkomendasikan oleh orang-orang terdekat penderita jerawat. Dokter Kun Jayanata, contohnya, merupakan salah satu dokter jerawat paling terkenal di Indonesia. Call center dokter yang berpraktik di Hang Lekir, Jakarta Selatan, ini dikenal sangat sibuk dan sulit sekali diakses.
Berdasarkan artikel Indah Pakpahan, salah satu pasien Dokter Kun, yang ditulis di situs pribadinya pada 2018 serta didukung pengalaman pribadi kerabat penulis, ada sekitar lima belas pasien yang dipanggil dalam satu sesi konsultasi dengan Dokter Kun. Hal tersebut terjadi karena banyaknya antrean tidak memungkinkan bagi Dokter Kun melayani hanya satu orang dalam satu sesi konsultasi. Pada sesi konsultasi tersebut, Dokter Kun melakukan presentasi mengenai penyebab jerawat dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam rangka penyembuhan jerawat. Setelah itu, setiap pasien akan diajak berdiskusi satu per satu mengenai kondisi kulit dan resep obatnya.
Dengan demikian, tak bisa dimungkiri bahwa kesembuhan kulit wajah dari jerawat menjadi hal yang selalu diburu. Kulit wajah yang terbebas dari segala masalah adalah kondisi yang diidamkan banyak orang.
Jerawat dan Konsep Diri
Pada paragraf pertama, kita melihat contoh kasus kepercayaan diri seseorang terpengaruh wajah yang berjerawat. Hal ini bisa terjadi karena kulit manusia yang begitu mudah dilihat dan diraba berperan penting dalam menyokong penampilan, kepribadian, dan menjamin kelangsungan hidup seseorang. Jerawat memang bukan penyakit yang mengancam nyawa, tetapi mampu memunculkan beragam masalah psikologi seperti rendah diri, penarikan sosial, kecemasan, malu, depresi, hingga bunuh diri.
Mereka yang rentan mengalami jerawat adalah remaja berusia sekitar 14–19 tahun di mana pada usia ini kepercayaan diri menjadi salah satu hal yang perlu dimiliki seseorang. Kehadiran jerawat bagi remaja dapat menyulitkannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena perasaan malu. Jerawat kerap dipandang sebagai pengikis kepercayaan diri remaja dalam menjalani aktivitas sehari-hari (Kathleen, dkk, 2018).
Meski mungkin terdengar tidak masuk akal, bunuh diri akibat jerawat nyata terjadi. Contohnya yang terjadi pada 2017 di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Seorang remaja 18 tahun meminum racun serangga akibat tidak percaya diri dengan jerawat yang tak kunjung sembuh di wajahnya.
Rendahnya kepercayaan diri berkaitan erat dengan konsep diri yang negatif. Konsep diri negatif meliputi anggapan bahwa diri sendiri lemah, tidak menarik, tidak disukai, serta tidak memiliki daya tarik kepada hidup. Sementara, seseorang yang percaya diri, optimis, dan tidak meratapi kegagalan yang diterimanya, menandakan konsep diri yang positif (Tambar, 2015).
Dengan demikian, kesehatan mental orang yang sedang berjerawat sesungguhnya tak bisa dianggap main-main. Bagi mereka yang belum pernah merasakan masalah serius dengan jerawat, mungkin contoh-contoh kasus di atas terasa sulit untuk dipercaya. Namun, bagi mereka yang mempunyai problem mendalam dengan jerawat, dampaknya sangat terasa pada kehidupan kerja, sekolah, dan pergaulan.
Tak ketinggalan, dukungan dari orang sekitar juga penting untuk meningkatkan kepercayaan diri penderita jerawat. Jangan sampai, kehadiran jerawat membuat seseorang kehilangan harga dirinya dan orang-orang di sekelilingnya hanya bisa menyesal karena terlambat mengetahui.
*Peneliti Muda Visi Teliti Saksama
Referensi:
Matheus, Kathleen G, Herman P L Wungouw & Su Djie To Rante. (2018). Hubungan Kejadian Acne Vulgaris dengan Tingkat Kepercayaan Diri pada Siswi SMAN 3 Kupang. Cendana Medical Journal, Volume 15, Nomor 3, Desember 2018.
Sinaga, Tambar Malem. (2015). Hubungan Acne Vulgaris Dengan Konsep Diri pada Remaja Putri di SMK Panca Budi Medan. Universitas Sumatra Utara.
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN