- Kultura
GAYA HIDUP
Casing Ponsel, Kebutuhan “Primer” Umat Manusia
09 Januari 2021 , 14:19

Oleh Kevin Sihotang *)
Casing atau case sudah identik dengan gawai, khususnya telepon seluler (ponsel) atau telepon genggam. Bagi pengguna ponsel, casing juga menjadi salah satu kebutuhan. Penulis meyakini, hampir semua pemilik telepon genggam akan memakaikan casing atau pelindung pada ponselnya. Bahkan, ada individu yang merasa perlu mengganti casing setiap waktu, entah dalam hitungan minggu atau bulan.
Sebelumnya, penulis mencoba mencari arti kata dalam Bahasa Indonesia untuk “casing” atau “case” di internet. Namun, tidak ada hasil yang memuaskan sebab kita sudah terbiasa menyebutnya demikian. Paling mendekati adalah kata “penutup” dan “pembalut”. Namun, daripada terasa rancu, selanjutnya penulis akan memakai kata casing.
Pada intinya, casing digunakan untuk melindungi ponsel dari benturan dan goresan yang bisa “melukai” dan merusak bodi ponsel. Bagi Anda yang merasa ceroboh dan berulang kali menjatuhkan ponsel, tentu casing menjadi sangat penting.
Namun, belakangan fungsi casing nyatanya lebih dari itu. Selain sebagai pelindung, casing ternyata juga bisa menjadi fashion statement. Bahkan, menjadi lambang gengsi hingga penegasan jati diri si pemilik ponsel.
Menutupi Desain Indah Ponsel
Brand-brand ternama, seperti Apple, Samsung, Huawei, Xiaomi, dan Oppo, bukan saja memproduksi gawai. Masing-masing pabrikan itu juga berlomba membuat desain ponsel secantik dan semewah mungkin.
Semakin mahal ponselnya, umumnya semakin mewah pula desainnya. Biasanya, bodi ponsel mahal akan dilapisi kaca Corning Gorilla Glass versi 5 atau lebih. Di mata konsumen, lapisan tersebut memberikan kesan mewah dan elegan, mendukung desain warnanya yang ciamik.
Akan tetapi, secantik apapun tampilan ponselnya, pengguna biasanya akan memilih menutupnya dengan casing. Alhasil, keindahan dan kecantikan tubuh si ponsel kini tidak terlihat lagi seperti saat pertama dibuka dari kotaknya.
Jika ponsel Anda sudah sangat lama memakai casing, cobalah untuk sekali melepasnya, dan lihat betapa indah ponsel tersebut dalam tubuh aslinya. Bahkan, sebenarnya akan terasa lebih nyaman di tangan karena lebih tipis dibandingkan ketika memakai casing. Namun, pasti dalam waktu kurang dari 5 menit, Anda akan kembali membungkusnya. Ya, kita tentu takut ponsel yang kita beli dengan uang yang tidak sedikit itu “terluka” dan itu manusiawi.
Survei yang pernah dilakukan oleh T-Mobile pun menegaskan betapa cerobohnya manusia dalam menggunakan ponsel mereka. Dari sebagian besar pemilik ponsel di dunia, 37%-nya menyatakan secara tidak sengaja membiarkan layarnya tergores. Kemudian, sejumlah 29% menumpahkan air minum ke atas ponselnya dan menjatuhkannya dari tangga, serta 20% lainnya menjatuhkan di toilet.
Untuk Bergaya
Sejatinya, selain untuk alasan perlindungan dan kenyamanan saat memegang ponsel, penggunaan casing sering kali juga dimanfaatkan si pemilik untuk bergaya. Dari survei, didapat kesimpulan bahwa wanita cenderung memilih casing dengan warna-warna menyala, seperti merah muda atau ungu. Sementara itu, para pria umumnya memilih casing berwarna gelap, seperti hitam dan biru tua.
Selain tersedia dalam berbagai warna yang dapat disesuaikan selera, desain casing pun kian beragam. Desain yang lebih bervariasi bisa ditemukan di toko-toko daring (online). Bahkan, terdapat pula desain-desain yang nyentrik, seperti yang berbentuk panci, radio, hingga bungkus mie instan. Selain itu, ada juga penjual yang menawarkan desain casing yang bisa disesuaikan dengan keinginan pembeli, atau yang biasa orang sebut custom design, misalkan dengan mencetak foto sendiri dan orang-orang terdekat pada casing.
Di samping desain, bahan yang digunakan pun bervariasi. Di toko-toko daring, casing biasanya dibagi menjadi dua kategori bahan. Pertama, softcase yang terbuat dari bahan-bahan bersifat lunak dan lebih elastis, seperti karet dan plastik. Kedua, hardcase yang terbuat dari bahan lebih keras, seperti aluminium dan plastik fiber (polycarbonate).
Jenis-Jenis Casing Populer
Dilansir dari Android Authority, ada 4 jenis casing yang populer di masyarakat, yaitu thin cases, hybrid cases, rugged cases, dan wallet cases.
Thin case atau casing tipis biasanya terbuat dari poliuretana termoplastik (TPU) dan polycarbonate. Jenis casing ini adalah jenis yang paling umum dan paling banyak di pasaran.
Hybrid case merupakan jenis casing yang lebih tebal sehingga lebih mampu melindungi ponsel. Bahan yang digunakan pun kombinasi dari polycarbonate di bagian belakang dan plastik TPU di bagian bumper atau rangkanya.
Sementara itu, rugged case adalah casing dengan materi tebal yang memberikan kesan bulky ketika digunakan. Ketika dipasang, penampilannya meyakinkan kita bahwa ponsel akan terlindung dari benturan apapun. Biasanya, casing jenis ini digunakan oleh pekerja lapangan dan para pecinta alam, atau bahkan karyawan kantoran yang merasa dirinya clumsy.
Terakhir, ada wallet case atau casing berbentuk dompet. Biasanya, casing jenis ini digunakan oleh para orang tua atau orang-orang yang mencintai kepraktisan. Praktis, karena casing dompet ini bisa juga digunakan sebagai tempat menyimpan kartu ATM, kartu identitas karyawan, KTP, bahkan sejumlah uang tunai. Ya, layaknya dompet pada umumnya.
Banyak pengguna menyukai wallet case karena formatnya yang melindungi bagian depan atau layar ponsel. Hanya saja, di sisi lain desain tersebut menambah ketebalan ponsel secara signifikan. Terlebih bagi pengguna yang terbiasa menyimpan ponsel di saku celana.
“Murahan” Hingga “Kemahalan”
Harga jual casing bervariasi, mulai dari di bawah Rp10.000,00 hingga yang termahal bisa di atas Rp500.000,00 hingga jutaan rupiah. Artinya, casing pun ternyata memiliki target pasar.
Sebagai contoh, para pengguna iPhone yang harga satu unit ponsel barunya bisa mencapai belasan atau puluhan juta, tentu bersedia mengeluarkan uang lebih hanya untuk membeli casing dengan kualitas terbaik. Namun, tidak sedikit juga pengguna iPhone mahal yang lebih memilih casing yang lebih murah.
Perlu diketahui, bahwa brand-brand ponsel kenamaan, seperti Samsung dan Apple, juga memproduksi dan menjual casing mereka sendiri. Tak main-main, harga yang ditawarkan berada di kisaran Rp100 ribu hingga Rp2 juta-an. Dengan kata lain, brand-brand ini juga melihat besar potensi pasar casing. Mereka selalu membawa embel-embel “original” agar masyarakat menerima bahwa produk yang mereka tawarkan memang sepantasnya mahal.
Tak mau kalah, perusahaan-perusahaan fesyen ternama dunia, semacam Chanel, Dior, dan Louis Vuitton juga ikut meramaikan pasar casing. Mereka mendesain casing untuk para wanita sosialita yang ingin memadu padankan casing ponselnya dengan tas mahalnya. Desain-desain mahal untuk casing tersebut biasanya hanya untuk ponsel keluaran Apple. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari US$67—US$1.025.
Bahkan, jika iseng berselancar di internet, Anda juga dapat menemukan casing dengan harga selangit yang mencapai Rp50 juta. Tentu yang membeli punya kocek banyak dan jelas tujuannya lebih dari sekadar untuk melindungi ponsel, bukan?
Brand-Brand Raksasa
Dalam pasar dunia, ada beberapa merek casing ponsel yang populer. Beberapa di antaranya Spigen, Urban Armor Gear (UAG), dan Ringke. Tentunya, harga casing dari merek-merek ini tidak lah murah. Akan tetapi, karena peminatnya banyak, produk-produk tiruan atau KW-nya pun bertebaran di pasaran.
Spigen terkenal dengan desainnya yang tebal dan memberi keamanan ekstra bagi ponsel. Dalam situs resminya, Spigen mengklaim sudah “melindungi” jutaan ponsel pintar di seluruh dunia. Perusahaan asal Korea Selatan yang berkantor pusat di California, AS ini didirikan tahun 2008 dan telah memproduksi bermacam aksesoris ponsel. Selama menjalankan bisnisnya, situs Owler mencatat, estimasi pendapatan tahunan Spigen bisa mencapai US$63 juta.
Selain Spigen, ada Urban Armor Gear (UAG) yang terkenal dengan desain tebal dan mayoritas bertemakan baja-baja kuat layaknya robot besi dalam film Transformers. Casing yang diproduksi UAG masuk dalam kategori rugged case. Apabila menengok situs resminya, target pasar UAG adalah para pria yang ingin tampil modis sekaligus ingin memberikan perlindungan pada ponselnya. Hal ini terlihat dari desain casing UAG yang terkenal “macho”. Dari segi pendapatan, perusahaan UAG bisa menghasilkan US$47,4 juta per tahun.
Selanjutnya, ada Ringke atau Ringke Fusion. Desain casing dari perusahaan ini mirip-mirip dengan desain yang dimiliki Spigen, yakni tebal dan biasanya bermodel hybrid case. Ringke sudah mengekspor produk casing-nya ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Bahkan, mereka mengklaim telah memiliki 60 juta pelanggan yang tersebar di 60 negara. Dalam hal pendapatan, tahun 2020 Ringke mencatat telah menghasilkan US$8,4 juta.
Selain ketiga merek di atas, ada beberapa merek-merek top dalam dunia per-casing-an, di antaranya Otterbox, Incipio, Speck, dan Anker.
Pasar Casing Kian Besar
Hingga kini, belum banyak penelitian mengenai industri casing. Namun, beberapa situs penelitian memberikan memperkirakan pasar casing akan terus meningkat pesat selama beberapa tahun ke depan.
Dilansir dari situs Statista, secara global diproyeksikan pasar casing akan meraup pendapatan hingga US$462.95 miliar pada 2021. Selain itu, pasar ini diperkirakan akan terus bertumbuh setiap tahunnya sebesar 4,1% hingga 2025. Dalam hal ini, pendapatan terbesar diraih negara China sebagai produsen casing terbesar, dengan perkiraan pendapatan mencapai US$95.42 miliar tahun 2021 ini.
Lebih lanjut, situs GlobeNewsWire Research And Markets juga memperkirakan pasar casing secara global terus bertumbuh dengan tingkat laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) 6,5% dari tahun 2020 hingga 2028, dimulai dari nilai US$21,36 miliar pada 2019.
Pertumbuhan pasar casing dunia tersebut sudah tentu disebabkan semakin meningkatnya jumlah pengguna telepon genggam di seluruh dunia. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan jumlah ponsel pintar yang terjual semakin meningkat setiap tahunnya. Statista mencatat, pada 2019 jumlah ponsel pintar terjual pada konsumen (end users) adalah 1.524,84 juta unit, pada tahun 2020 mencapai 1.571,22 juta unit, dan pada 2021 ini diperkirakan akan meningkat menjadi 1.589,20 juta unit.
Berikan Perlindungan Terbaik
Di Amerika Serikat, hampir setiap orang akan membeli ponsel barunya dari perusahaan operator yang mereka percaya (seperti paket bundling). Sementara itu, ada juga yang memilih membeli di toko-toko retail yang juga menawarkan keunggulan operator-operator tertentu, seperti Best Buy.
Bagi para penjual, hasil penjualan ponsel saja tidak lah cukup. Tim marketing mereka juga akan mati-matian menawarkan paket asuransi, paket internet dan telepon internasional, dan casing beserta screen protector (antigores).
Nah, casing dan antigores ini adalah sumber pemasukan terbesar bagi penjual dan akan meningkatkan komisi tim marketing. Mereka bahkan bisa menaikkan (mark-up) harga casing hingga 80%.
Lalu, apakah konsumen tetap membeli casing tersebut? Jawabannya, tentu saja. Mereka percaya bahwa ponsel adalah investasi yang harus dilindungi sehingga secara otomatis akan memilih casing dan antigores kualitas terbaik.
Bagaimana dengan Anda? Berapa buah casing yang Anda miliki saat ini untuk melindungi sekaligus melengkapi gaya sehari-hari?
*) Peneliti Muda Visi Teliti Saksama
Referensi:
Android Authority. (2020). Our guide to picking the best case for your new phone. Diakses dari: https://www.androidauthority.com/best-phone-case-brands-746904/
UX Design. (2020). Plastic pushers: how the phone case industry has compromised smartphone design. Diakses dari: https://uxdesign.cc/plastic-pushers-the-phone-case-industry-has-compromised-smartphone-design-926611efd314
Tulis Komentar
ATAU
MASUK DENGAN